Seorang teman bertanya padaku, "shof, tadi kan aku habis baca buku. Terus
di bukunya dibilang kalau ngafalin Qur'an niatnya emang harus tulus karena Allah.
Apa karena itu ya aku jadi agak susah ngafal? Soalnya aku juga pengen
ngeperbaiki diri".
"Jadi gimana?" tanyaku untuk menerka apa yang hendak disampaikan olehnya.
"Mungkin sebelumnya karena niatku yang mau ngeperbaiki diri kali ya? Makanya agak susah. Tapi, kalau niatnya baik gitu salah nggak sih shof?"
"Nggak salah sih".
"Nah kan! Makanya, aku bingung. Kayak mau lillah tapi terselip harapan pengen jadi diri yang lebih baik dengan menghafal", ujarnya mengebu-ngebu.
"Well, intinya mah kamu pengen ngeperbaiki
diri dengan cara ngafal Qur'an?" tanyaku lagi untuk kembali memastikan.
"Kurang lebih gitu. Soalnya targetku masuk
UTS pokoknya harus punya hafalan, berapa pun itu".
Aku berpikir sebentar, "hmm, berarti kamu harus memperbaiki
diri dengan hafalan, bukan hafalan untuk memperbaiki diri, paham nggak?"
"Maksudnya?" mimik mukanya menunjukkan bahwa dia butuh penjelasan.
"Yaa seperti yang dibilang di buku yang kamu
baca, menghafal tuh harus lillah. Kalau udah lillah mah secara otomatis dirinya
akan lebih baik, beda kalau kamu hafalan untuk memperbaiki diri, kalau gitu kan
kamu menjadikan hafalan sebagai salah satu jalan untuk menjadikan diri lebih
baik, itu nggak salah tapi kurang tepat, duh, belibet yak bahasanya."
"Oh iya iya. Aku paham".
08 Februari 2017
sumber foto: pinterest
0 komentar