GoF #21: *Semester 5, Suporter, dan Sibuk

  Yak! Belum juga menyelesaikan semester tiga dengan segala laporan dan ujiannya, udah ngebayangin semester 5 aja.

Hoho.

"Kak, tau nggak. Aku nggak sabar ada di semester 5".

"Kenapa?"

.
.
.

(berbisik sembari meringis) "soalnya... biar aku nggak ikut organisasi lagi dan menjadi mahasiswa yang berdedikasi pada tugas".



Nggak deng. Tugas hanyalah alasan sekunder.

Saat ini aku sedang menjadi bagian dari beberapa organisasi.

Tertekan? Well... ada sih😂 tapi lebih ke bersyukur aja.

Bikoz hellaw track record ke-organisasian-ku saat sekolah menengah itu sama sekali nggak ada.

Kalau bukan UTS, mana bisa aku lolos kualifikasi~

Memang sih nggak sibuk-sibuk amat, memang sih terkadang merasa senang, memang sih seperti punya perasaan sudah menjadi manusia produktif.

Tetapi....

Tahun 2017 diisi dengan beberapa pengalaman baru, dan tidak semuanya merupakan pengalaman yang ingin kuulang (at least dalam waktu dekat, atau di waktu 2018).

Organisasi. Salah satunya.

Adoooh, how i describe it yak, hmm.

Bisa dibilang, organisasi merupakan dunia baru untukku, yang masih asing.

Bosen nggak sih ngomongin organisasi? Soale aku bosen. Kelihatannya kayak aku kepikiran banget gitu.

Banyak orang yang aktif di dunia ini, orang-orang yang terlihat sibuk dan memiliki banyak agenda hingga memberikan kesan kagum karena, mashaAllah, manajemen waktunya pasti ndak mudah. Namun aku yakin mereka pasti belum mampu mengontrol satu dua hal, esp jika kondisi futur sedang menerpa.

Iri?
Nggak.
Kagum aja. Bisa mengenal orang-orang seperti itu.



Selama jadi bagian dari organisasi, aku jadi menyadari poin minus alias kekurangan yang kupunya. Banyak banget tjoy, kelebihanku malah ndak terdeteksi, seperti terbuka pemahamannya~ dan itu bikin aku pingin stop dulu berada di dunia organisasi.

Duh shof, setahun juga belum wkwk. Dasar lemah!

Padahal belum yang ekstrem, menurutku organisasi yang aku ikutin tuh masih yang santai adem ayem tida terlalu banyak hal yang perlu dipikirkan

#ahem

Namun aku merasa masih perlu banyak memperbaiki diri sendiri dulu😥 too much negativity habbits yang harus dirubah sebelum terjun ke dalam per-organisasi-an.

Nulis gini biar esok inget, bahwa aku mau berhenti dulu selama belum yakin kalau mampu. Habis anaknya suka nggak mikir panjang, gampang luluh juga terhadap bujukan ehe.

Selain itu, karena aku keinget saat semester 1 dan 2. Masih punya banyak waktu lowong, jadi dimintai tolong buat nemenin ya ayok aja, diajak kesana kemari ya tidak masalah.

Meski cuma nemenin ke laundry, atau diajak pergi ke tempat service motor.

Sekarang?
Boro-boro nemenin atau diajak pergi, malah sampe ada temen yang kudu nanya. "Shof, hari ini agendamu apa? Ada rapat nggak?"

Guyz. Ku belum sesibuk itu, plis.

Aku tuh suka lho mendengar cerita mereka, kesibukan mereka, ataupun curhatan mereka tentang organisasi yang mereka ikuti (iye, masih dalam tahap ndengerin doang😅) (mereka = ma frends)

Jadi ngerasa berada di sekeliling orang-orang ketjeh nan hebat.

Aku yakin aku hebat juga kok, meski mungkin sekarang kehebatanku belum terdeteksi . Dulu, setiap diajak merasakan dunia asing itu, paling jawabanku "nggak ah, tapi kalau kamu butuh volunteer atau butuh temen, aku mau-mau aja."



Dulu aku menghindari dunia asing itu agar memiliki waktu dan tenaga yang dapat terpakai untuk mendukung mereka.

Misalnya, kalau semua anak kontrakan sibuk di saat yang bersamaan karena organisasi (ataupun tugas), siapa yang bakal beresin kontrakan? Ngerapihin kamar? Ngebersihin kamar mandi? Masak nasi?

Yang ada, itu kontrakan bisa jadi kayak kapal pecah, nggak nyaman buat istirahat.

Contoh lain, kalau ada temen yang lagi kalut banget karena suatu masalah, atau cemas terhadap suatu pilihan yang menyangkut organisasi. Setidaknya aku bisa memberi telinga~ memberi telinga tanpa aku harus teringat akan problem yang ada di organisasiku haha.

Wow. Pengalaman memang salah satu guru terbaik dalam berkehidupan.

Makanya, mau jadi pendukungnya temen-temenku aja lah, suporter yang bisa ngasih support meski belum maksimal.

Kita juga harus melakukan hal yang kita suka, i am right?

Aku mau curhat deh, dibikin poin aja ya biar aku nggak bingung.

• tanggung jawab: terberat dan terbanyak ngambil jatah pikiran karena menakutkan apalagi jika belum berpengalaman. Tapi yang paling aku takutin tuh adalah hilangnya rasa bersalah secara perlahan. Tau nggak sih? Ketika kamu melakukan sebuah kesalahan namun bagi banyak orang ditanggapi secara wajar lalu kamu kayak, "oh pada biasa aja."

Itu fatal. Fatal banget.

Kalau untuk hal kecil saja luput akan introspeksi. Semakin besar tanggung jawab yang kita dapat, bukan tidak mungkin kita jadi luput terhadap tanggung jawab-tanggung jawab minor.

• amanah: lebih suka sebutan ini daripada sebutan jabatan, huft. Setiap amanah selalu meminta pengorbanan yang diringi dengan keikhlasan. Dan juga pertanggung jawaban ofkours. Sebuah beban tersendiri yang tak nampak.

• menepati: jika sudah memiliki amanah, skill speakingnya harus bagus biar tatanan kalimatnya nggak berantakan. Yang susah adalah menepati apa-apa saja yang sudah dikatakan. Semakin tinggi amanah yang dimiliki, semakin banyak kalimat yang terlontar hingga terlupa untuk ditepati.

• prioritas: UDAHLAH YHA. Terbosen lah ngomongin ini😂

Aku sadar pengalaman aku masih belum ada apa-apanya, namun aku ingin merasa cukup. Setidaknya aku membangun pemikiran, "hamdalah sudah pernah diberi kesempatan berada di organisasi."

Jadi tau capek yang menyenangkan😎 tau kegiatan yang melelahkan🙄 tau situasi tak terduga dengan faktor X-nya😐 tau sensasi deg-deg annya😝 tau rasa kekeluargaannya😍

Kelak, ketika semester 5 tiba, ketika aku sudah terlepas dari ini semua. Aku ingin fokus ke dua hal.

Perbaikan diri, dan menjadi suporter.

Nggak perlu jadi suporternya banyak temen, satu atau dua sudah cukuplah.

Perbaikan diri juga harus digiatkan. Sudah otw kepala dua nih (ma godness, harus sudah lebih dewasa berarti ya😰). Sepertinya perlu membuat target-target non spesifik untuk dijadikan resolusi.

Karena (saat ini) target spesifik ku hanya fokus pada satu hal😓

Oke shofwa, jangan sampai kamu terjatuh pada lubang inferiority (hanya) karena kata organisasi. Paham?

Coba keinginan untuk melatih kemampuan yang sudah kamu miliki direalisasikan. Biar aku lihat sejauh mana kamu bisa menempa dirimu sendiri.

Banyak lho kesibukan yang bisa kamu pilih.

Blog kamu apa kabar?
Folder-folder sarat ilmu kapan mau dibuka?
Itu buku hadiah yang tebelnya kayak bantal kok belum dibaca lagi?
REVIEW MATERI APA KABAR OY?
Sampai kapan mau hobi ngebawa qur'an tapi nggak dibaca?
Kapan terakhir kali muroja'ah?

Tuh kan shof, kebutuhan diri sendiri aja belum terpenuhi secara layak. Masih berani buat nggak stop dari organisasi?

Salam.

Esha.
Catatan akhir-awal tahun ketika melihat salah satu anak kontrakan yang jadi produktif sekali tiga hari terakhir plus dibayang bayangi oleh tanggung jawab yang belum selesai dan juga segala macam hal lain yang menumpuk jadi satu😊

01 Januari 2018
sumber foto: pinterest

ps: tulisan ini dibuat tahun lalu

0 komentar