Sumbawa Hijab Festival 2019: Bertaruh sama Allah

Hari Sabtu pagi aku bangun dengan perasaan terburu-buru. Karena belum siap-siap, karena beberapa printilan barang belum terbawa, karena sudah kesiangan tapi aku masih di kontrakan dan belum menuju tempat acara.

Hari ini hari pertama Sumbawa Hijab Festival 2019!

Selain buru-buru, aku juga memikirkan hal lain. Udah rame belum ya di tempat acara? Bakalan banyak yang datang nggak ya? Lancar nggak ya? Gimana kalau sepi?

Sumbawa Hijab Festival 2019. Lebih sering disebut SHF atau Hijabfest, adalah kegiatan yang diadakan untuk turut serta menyemarakkan peringatan Hari Hijab Internasional dan sebagai upaya meningkatkan kualitas iman dan taqwa kepada Allah, menyebarluaskan syiar Islam di tengah kehidupan masyarakat Sumbawa serta membangun kesadaran muslimah akan kewajiban memakai hijab yang sesuai syariat.

SHF ini dilaksanakan selama dua hari, Sabtu dan Minggu tanggal 09 - 10 Februari 2019.

Kurang lebih itu yang tertulis di proposal.

Hijab tu apa sih?

Hijab (Arabحجاب‎, ħijāb) adalah kata dalam bahasa Arab yang berarti "penghalang". Pada beberapa negara berbahasa Arab serta negara-negara Barat, kata hijab lebih sering merujuk kepada kerudung yang digunakan oleh wanita muslim (lihat jilbab). Namun dalam keilmuan Islam, hijab lebih tepat merujuk kepada tatacara berpakaian yang pantas sesuai dengan tuntunan agama.
- wikipedia

Jadi, di postingan ini istilah hijab merujuk pada jilbab, kerudung, khimar~

Menurutku, keberadaan SHF juga merupakan upaya dalam meningkatkan kesadaran seorang muslimah terhadap hijab yang dipakainya. Bisa jadi selama ini berhijab karena alasan "ini perintah agama" tanpa tahu urgensinya apa, bisa jadi selama ini berhijab karena suruhan orang tua, bisa jadi selama ini berhijab karena tuntutan lingkungan, bisa jadi selama ini berhijab sekedar tahu bahwa hijab untuk menutupi rambut padahal ada syarat-syarat yang harus terpenuhi agar hijab yang dikenakan sesuai dengan syariat, bisa jadi masih butuh bimbingan dan pengetahuan serta arahan.


Kali ini, aku diberi kesempatan untuk turut berpartisipasi dalam kepanitiaan Sunbawa Hijab Festival 2019, mendapat tanggung jawab sebagai pengelola dana kegiatan.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa pendanaan menjadi salah satu hal yang paling krusial dalam melakukan suatu kegiatan. Bukan sekali-dua kali aku melihat ide-ide besar yang tenggelam karena terbentur dengan minimnya dana. Dan sebenarnya aku termasuk orang yang tidak memiliki ekspektasi terlalu tinggi terhadap kegiatan yang hendak diadakan jika sedang berada di suatu kepanitiaan.

Bukan pesimis, lebih ke realistis.

Kondisi geografis yang menjadikan Sumbawa sebagai salah satu daerah 3T secara tidak langsung membuat Sumbawa bukan merupakan ladang yang cocok dalam mencari partnership dan sponsorship kegiatan. Ditambah lagi sebenernya aku nggak terlalu suka dengan strategi pencarian dana yang melibatkan keluarga dan kenalan orang tua.

Jangan tanya kenapa.

Persiapan SHF, di luar dari pembentukan panitia, dilakukan dalam kurun waktu satu bulan, itupun dalam satu bulan tersebut pergerakannya masih nggak terlalu efektif. Dan kepanitiaan ini bergerak dengan uang kas yang berjumlah nol rupiah.

Bener-bener makna sejati bergerak dari nol~

Ide melaksanakan SHF muncul sekitar akhirtahun 2018, beberapa bulan sebelum pergantian tahun, dan sepertinya aku termasuk jejeran orang-orang yang mengetahui ide tersebut dari awal. Ketika mendengar idenya, seingetku aku hanya merespon dengan kalimat,

Hmm, yaudah bikin aja.

Saat itu, ide SHF sudah mendapat dukungan dari bu Niken yang merupakan istri Gubernur Nusa Tenggara Barat. Pencetus SHF adalah seorang teman yang saat ini merupakan teman kelas sekaligus teman kontrakanku, mungkin kalian mengenalnya tapi mungkin juga tidak, nama temenku itu Sholihah Putri Syahidah. Nama panggilannya Putri tapi suka juga dipanggil dengan panggilan Princess.

bersama bu Niken

Berkat SHF, aku jadi sedikit mendapat pengalaman "gimana sih rasanya kalau ada pihak yang underestimate?"

Karena bukan satu atau dua pihak aja yang berpikir SHF ini hanyalah kegiatan main-main dan terkesan meremehkan.

Ketika H-2 minggu kegiatan, Putri sampai bertanya ke aku,

Wa, kamu nggak deg-deg an apa kita nggak punya uang?

Enggak.

Seriusan. Melihat perjuangan temen-temen panitia lain dalam menyebarkan proposal dan juga janji-janji pihak donatur, aku sama sekali nggak merasa deg-deg an.

Apa ya, hmm, semacam ada keyakinan bahwa kegiatan ini bisa berjalan atas izin Allah.

Keyakinan yang sekaligus pertaruhan, aku udah terlalu sering denger kalimat "jangan khawatir, ada Allah kok, ada Allah," yang dipakai oleh banyak orang untuk menenangkan orang lain ketika akan mengadakan kegiatan dengan dana yang masih minim.

Terlalu sering mendengar dan malah pengen membuktikan.

Allah sehebat apa, sih?

Kalau emang bener, berarti ketika ingin mengadakan kegiatan dengan tujuan syiar agama. Pasti dibantu.

Dengan jalan apapun. Bantuan itu pasti datang.

Begitu, kan?

Makanya aku cenderung tenang-tenang aja. Soalnya kalau mau dipikir, aku bakalan pusing karena pasti dana yang ada itu masih minus. Daripada pusing liat simbol minus dimana-mana, jadinya aku tidak merapikan catatan keuangan tiap hari. Sekedar mencatat dana keluar dan masuk, tapi menunda melakukan rekapitulasi.

Siapa yang nyangka bahwa kegiatan tersebut bisa melebihi ekspektasi aku. Bener-bener melewati batas ekspektasi akuu.

Ekspektasi dari aspek jumlah peserta ya.

Di hari pertama, peserta talkshow hampir mencapai 700 orang.
Di hari kedua, peserta yang hadir menembus angka 2000 orang.

Siapa yang nyangkaaaaa?!

Bahkan hari-hari menjelang hari H, aku seperti udah menyiapkan mental jika kegiatan ini akhirnya dipenuhi kekecewaan. Sampai melakukan sugesti dengan kalimat "nggak papa, toh dulu para nabi juga berdakwah puluhan bahkan ratusan tahun namun pengikutnya sedikit, namun yang tergerak hatinya untuk menerima dakwah nabi jumlahnya sedikit. Nggak papa, sampaikan walau satu ayat. Nggak papa, dibawa enjoy aja."

Udah melakukan sugesti, dan ternyata kenyataan yang terjadi malah melebihi ekspektasi.

MashaAllah. Taabarakallah.

Tentu saja. Pertolongan Allah itu ada.

Dari mencari pemateri untuk talkshow. Memilih pemateri A, feenya puluhan juta. Pemateri B, nggak menemukan kontaknya dan no respon. Pemateri C, ada syarat-syarat yang harus dipenuhi seperti tiket pesawat business class, dsb dsb. Pencarian panjang tersebut akhirnya bermuara pada sosok Tika Ramlan, mantan personil T2 yang menyanyikan lagu fenomenal "aaaaaaa, oke~"

Satu kalimat untuk menggambarkan Tika Ramlan: down to the eaaaaaarth.

Meski aku nggak ketemu sama Tika secara personal (lah gue sapa wkwk) tapi tuh beliau baik bangeeet, nggak yang minta macem-macem gitu, ini kali pertama aku berurusan dengan seorang artis makanya aku pikir bakalan ribet tapi ternyata nggak.

Letak pertolongan Allah ada di mana?

Banyaaaak! Banyak bangeeet.


Salah satunya ketika hendak membeli tiket pesawat.

Ini rahasia perusahaan yang nggak bisa kutahan untuk tidak kuceritakan, ketika hendak mendatangkan Tika Ramlan. Kondisi keuangan masih kritis. Ibaratnya manusia, mati enggan hidup tak mau. Enggan membatalkan Tika Ramlan namun dana tak ada.

Dengan sedikit siasat, tiket kedatangan sudah terbeli, alhamdulillah nggak perlu tiket business class. Namun masalah muncul untuk pembelian tiket kepulangan Tika Ramlan. Mulanya pihak panitia hendak membelikan tiket pesawat sore karena kegiatan talkshow baru selesai tengah hari. Qadarullah, ternyata dari tanggal 06 Februari sampai tanggal belasan, tiket pesawat tujuan Sumbawa - Lombok dengan jadwal keberangkatan sore diberhentikan sementara. Di sini kemampuan problem solving divisi acara diuji, mereka harus berpikir gimana caranya Tika Ramlan tetap menjadi pengisi talkshow tapi beliu juga harus pulang hari itu juga karena beliau sudah memiliki agenda di hari selanjutnya. Akhirnya muncullah keputusan bahwa Tika akan pulang dengan pesawat terakhir yang terbang pukul 11 pagi.

Begitu tau hal tersebut, aku langsung mikir bahwa harus cepet-cepet beli tiket untuk kepulangan Tika Ramlan. Tapi dana sama sekali nggak ada, tapi kalau nggak beli dan malah kehabisan tiket, urusannya bakalan lebih runyam.

Bingung.

"Beli tiket SWQ-LOP dulu aja." Ujarku via whatsapp ke Putri . Posisi Putri di kepanitiaan adalah seorang Steering Committe (SC), jadi aku banyak konsultasi sama dia.

Karena dananya cuma cukup untuk membeli dua tiket SWQ-LOP. Ngomong-ngomong, Tika datang bersama seorang managernya.

"Tiketnya kepisah dong? Dia check in ulang dong?" Tanya Putri balik.

Bener juga pertanyaan Putri, kalau yang dibeli hanya tiket untuk SWQ-LOP aja, itu bisa merepotkan Tika. Sebagai tuan rumah dan pihak yang mengundang, rasanya nggak elok merepotkan tamu. Meski terlihat sesederhana sang tamu harus check in lagi di Lombok.

"Hmm, khawatir kehabisan tiket. Weekend kan itu. Gimana baiknya terus?" 

"Aku lagi nyari pinjeman."

Dana minus dan berani-beraninya nyari pinjeman.

Kami berdua sama-sama nyari, akhirnya berhasil mendapat pinjeman. Setelah itu kami melakukan hitungan kasar mengenai pengeluaran yang dibutuhkan dalam waktu dekat.

"Bisa nutup buat tiket kan? Pesen sekarang ya tiketnya." 

"Iya."

"Kamu gada notif kiriman uang lagi, wa?"

Alhamdulillah aku makai m-bangking, jadi aku bisa langsung cek rekening tanpa perlu ke ATM. Ketika Putri nanya begitu, aku pikir ada yang mengonfirmasi ke Putri bahwa sejumlah uang masuk ke rekeningku.

Saat aku mengecek saldo rekeningku
.
.
.
.
Kaget

Angka di rekeningku udah berubah. Mengalami penambahan.

Tanpa pikir panjang, aku buru-buru mengirim pesan ke Putri

"ADAAAA!!! Baru ngeceek."

Pesanku serta merta langsung dibalas sama Putri, "di traveloka udah ga ada tiketnyaaa. Makanya ke Garuda langsung. Ini aku udah di kantor Garuda. Tinggal 2 seat cobaaa."

Last minute banget ga siiiiih.

Bener-bener last minute, karena saldo rekeningku baru aja bertambah sekitar 15 menit sebelum Putri nge-booking tiket.

Aku nggak bisa bayangin apa yang akan terjadi ketika saat itu Putri nggak pergi ke kantor Garuda.

Aku nggak bisa bayangin apa yang akan terjadi kalau nggak ada kenekatan untuk nyari pinjeman uang.

Dan saat aku ketemu Putri pasca dia beli tiket, ternyata Putri juga nggak tau kalau ada yang nransfer. Putri mengajukan pertanyaan, "Kamu gada notif kiriman uang lagi, wa?" tuh murni seperti ikhtiar terakhir gitu.

Fabiayyi ala i robbikuma tukadziban.

Apakah pertolongan Allah berhenti sampai situ?

Tentu saja nggak!

Tika Ramlan yang nggak mempermasalahkan tempat menginap namun alhamdulillah ketika beliau sudah di Sumbawa, panitia mampu menyewa Seaside Cottage yang harganya nggak murah. Setidaknya kami sudah berusaha memuliakan tamu:)

Pemilik sound system yang, "berapa aja dah mas. Untuk acara kayak gini. Terserah mau dibayar berapa."

Divisi-divisi yang ternyata mengalami kelebihan dana. Jadi saat kegiatan selesai, mereka masih menyimpan sisa uang yang aku kasih, dan sisanya pun masih di atas seratus ribu.

Loh loh, kok semuanya berhubungan dengan duit?

Padahal duit hanyalah recehan. Hal-hal duniawi ini hanyalah recehan bagi Allah.

Sebenernya masih banyak lagi pertolongan Allah yang aku rasain, banyak juga yang nggak melulu berkaitan dengan duit. Cuma karena emang aku lebih banyak mengelola keuangan, jadi contoh-contoh yang aku sebutin yang mengenai keuangan aja.


Selain pertolongan Allah, persiapan SHF juga tidak terlepas dari pengorbanan SC dan OC. Aku tau pengorbanan dalam suatu kepanitiaan pasti selalu ada, yang aku nggak tau adalah ternyata tidak semua hasil dari pengorbanan bisa dinikmati oleh orang yang telah berkorban.

Tidak semua buah yang ditanam bisa dinikmati oleh si penanam.

Itu kenyataan yang baru aku sadari ketika seseorang yang memiliki ide SHF, yang mengajak orang-orang untuk mewujudkan SHF, harus pergi ke Mataram ketika hari H kegiatan.

Iya. Putri.

Putri harus pergi ke Mataram dan berangkatnya pas malam sebelum hari H.

Ketika aku mengantar dia ke terminal, aku nggak bisa merasakan sebesar apa kesedihan yang dipendam sama dia. Kesedihanku karena dia pergi nggak ada apa-apanya dibandingkan kesedihan dia tidak bisa membersamai SHF.

Bahkan aku udah mengajukan opsi yang cukup nekat agar setidaknya Putri bisa membersamai di hari pertama, eh, aku malah dibilang udah gila wkwk.

Tapi aku serius dengan opsiku saat itu, karena ibaratnya selama ini dia yang paling tersibukkan oleh SHF, melakukan banyak hal, berpikir, berdiskusi, namun di akhir cerita dia nggak diberi kesempatan untuk melihat secara langsung hasil dari usahanya. Aku aja sedih, apalagi dia kan.

space tengah untuk Putri

Dan izinkan aku menutup postingan ini dengan caption Instagram Putri (@sholput just in case you wanna follow her IG)

Beberapa bulan yang lalu, siapa coba yang bisa membayangkan acara sebesar ini bisa hadir di kota kecil di daerah Nusa Tenggara? 
Beberapa bulan yang lalu, acara ini hanyalah dianggap sebuah wacana, mimpi, atau apalah itu yang tidak mungkin terjadi.

Tapi manusia bisa apa sih? bahkan ketika pertama kali membentuk kepanitiaan, tak mungkin ada yang akan mendaftar jika tidak digerakan hatinya oleh Nya. Ketika mempersiapkan acara, segala kesulitan dan rintangan menghadang, siapa yang akan bertahan kalau bukan hatinya dipertahankan oleh Nya.
Para donatur dan sponsor yang ada pun tak akan mau menggelontorkan dana sekian kalo bukan hatinya digerakkan oleh Nya.
Bahkan di hari H, peserta ratusan hingga ribuan yang hadir tidak mungkin datang kalau bukan hatinya digerakkan oleh Nya.

Hingga pada akhirnya, kita semua hatinya terpaut dengan kebaikan, terpaut dengan ukhuwah, dan terpaut oleh Nya.


Barakallah Sumbawa Hijab Festival 2019 💕

penuh rasa syukur,
shofwamn

0 komentar