GoF #16: Response

Halo?

Kamu di sana, kan?

Halo?

Aku mau cerita.

Kamu cukup di sana saja.

Tidak. Tidak usah merespon.

Hanya membaca.

Dan, ada.

----------
Barusan ada temen tiba tiba curhat tentang masalahnya.
Gak ada angin nggak ada hujan, nggak ada panas, nggak ada api, dia ngechatt aku untuk curhat.
Diawali dengan, "wa aku mau cerita, ini serius."

"Blablabla gini lho... blabla kamu inget nggak waktu... blabla aku jadi males... blabla ingin keluar... blabla mau keluar..."


Aku diem baca chattnya.


Diem.

"Harus dibalas seperti apa?" Pikirku bimbang.

Karena bingung ya aku tanya aja ke dia, "kamu mau direspon kaya gimana?"



Semenit. Dua menit.

Belum ada balasan.

Lima menit.

Belum dibales juga.

Sepuluh menit.

Pesan baru masuk. Dari temenku.

Jawabannya singkat.

"Ga usah direspon."

/glek/

Ga. Usah. Di. Respon.

💔

Kemudian dia bilang lagi, "salah ya aku cerita ke kamu."

Huwaaaah.

💔💔💔💔💔💔

Nyezzz banget. Jleb hingga ke tulang rusuk.

Aku merasakan kalimat berimplisit dalam kalimat ga.usah.di.respon-nya

Ini yang cerita ke aku tuh seorang cewek loh. CEWEK. Makhluk yang tidak-nya adalah iya. Iya-nya adalah tidak. Diem-nya adalah petaka. Terserah-nya adalah bencana.

#akukudupiyeboz

Cuma di sisi lain aku juga merasa kalau aku ngehibur dia pake segala macam kalimat penyemangat, yang ada hanyalah aku memberinya kefanaan. 


Realita tidak selamanya tidak keji.

Mencoba empati? Oh, well, bagaimana caranya?

Trus sampe sekarang aku ga berani buka whatsapp. huft.
----------

Hei.

Kamu masih di sana?

Selamat istirahat.

0 komentar