GoF #14: *Permintaan Maaf dan Jeda Waktu

Wow. Mau ngomong "sekarang shofwa jadi sering apdet g+ ya" tapi mending gausah karena hanya akan menumbuhkan rasa malas di kemudian hari #apalah

---------------------
"Gak mau tau pokoknya kamu yang ngambil itu cincau."

Ngomong gitu sambil serius natep layar hp. Mainan game cacing cacing alias main slither.io

Aku main game bukan berarti aku ga serius sama perkataanku.

Kalau mau di-lost control. Udahlah. Bakalan riweuh.

Jadi awal mulanya gini, Ula kan pergi melalangbuana ke kota bareng Maya, aku nitip dibeliin yeos cincau. Mereka berdua nyampe asrama ketika aku sama Ahda lagi leyeh leyeh di kursi lobby nyari angin.

Terus,


Maya instagraman.


Ula instagraman.


Ahda instagraman modal tetring dari shofwa.


Shofwa sibuk mæn cacing cacing kanibal.

Tiba tiba, gak tau apa penyebabnya, dua kaleng yeos cincau ku menggelinding jatuh ke dalam got.

Jatuh..

Ke

Dalam

Got..

.
.
.
.
.

.
.
BENTAR INI GAME CACING CACING JAUH LEBIH PENTING DARI YEOS YANG JATUH.

Sakjane aku woles aja yeosku jatuh, tapi kewolesanku berubah jadi rasa kesal ketika dalang di balik jatuhnya yeosku tidak menunjukkan usaha apapun selain nyengir.

Nye. Ngir.

YaAllah rasanya ingin berkata kasar.

"Da, kok aku kesel ya liat kamu kayak gitu. Ambilin kek minumannya shofwa. Malah ketawa doang." Ujar Ula yang duduk di samping aku.

Terimakasih sudah mewakili perasaanku, Ula. Ehe.

Kalau misalnya saat itu aku lagi ga maen game cacing cacing palingan aku langsung refleks ngambil minumanku yang jatoh.

(berarti yang salah game cacing cacing dong?
🤔)

"Gak mau lah. Aku nggak mau ngambil."

Lah. Ni anak malah bikin kesel:((

Mana raut mukanya tidak menunjukkan rasa bersalah sedikit pun.

"Kalau gitu tetringnya kumatiin." kataku spontan.

Ancaman mainstream
😅

"Yaudah. Matiin aja."

Ahdaaaaaa
😒😒😒😒😒 apakah kau sedang dalam mode ngeselin level dewa.

Karena aku mulai kesel, kumatiin tetringnya dan lansung diam. Sibuk main cacing cacing dengan sedikit harapan dia mau ngambil yeosku.

Sekali game over.

Dua kali game over..

Tiga kali game over...

(mendongakkan kepala) (natep Ahda) (nurunin kepala lalu ngomong)

"Gak mau tau pokoknya kamu yang ngambil itu cincau."

Dalam rentang waktu 5 menit setelah insiden kaleng minumanku yang jatuh. Aku denger Maya memeriksa letak minumanku. Aku denger Ahda nyalain keran air. Aku denger Ahda pamit undur diri mau balik kamar duluan.

Aku denger. Tapi aku tetep diam. Sambil main game cacing cacing.

(fix lah game cacing cacing ikut berkontribusi di persoalan ini)

Terus aku liat stories Ula kan. Mau aku re-stories sambil nge-tag Ahda eh tapi inget kalau kuotanya Ahda tinggal dikit. Akhirnya urung membuat restories.



Apa gunanya bikin stories kalau tidak sampai kepada orang yang dituju
#asiq

Pas kita bertiga mau balik ke kamar, Maya kan bawa barang belanjaan, Ula bawa kardus hasil berburu, terus aku disuruh bawa kresek berisi minumanku.

"Ini tadi siapa yang ngambil?"  tanyaku.

"Aku." Jawab maya.

"Nggak. Aku nggak mau bawa ini. Tadi kan aku udah bilang kalau yeosnya harus diambil sama Ahda." Ujarku sambil berusaha menukar kresek minuman dengan ikatan kardus.

Parah sih shofwa, kalau udah punya tekad gapenting langsung berubah jadi keras kepala.

"Yaudah. Kamu bawa kresek belanja aja biar aku yang bawa minuman kamu."
Tukeran kresek deh aku sama Maya.

Aku gak tau kenapa saat itu aku bisa seannoying itu. Kalian bisa bilang ini tuh masalah sepele, kok lu lebay amat dah shof?

Iya. Kalian bisa bilang gitu. Bebas mah.

Mungkin Ahda lupa. Mungkin aku yang terlalu menuntut. Mungkin kita terlalu terbiasa menyelesaikan persoalan dengan sebuah kata ajaib berkekuatan sihir.

maaf

Empat huruf. Dua suku kata.

Sederhana namun sulit.

Mungkin Ahda lupa melontarkan kata maaf karena menurut dia ini hal yang biasa. Dan biasanya aku juga selow aja sih gaperlu dipermasalahin.

Mungkin aku yang terlalu menuntut. Berharap Ahda bakal bergerak atas dasar rasa bersalah dan kesadaran diri.

Honestly, aku akui kalau aku terlalu berlebihan. Mana pas udah sampe kamar aku tetep bersikeras, "karena bukan Ahda yang ngambil, aku gamau nerima yeosnya." Dan aku tetep pada pendirianku padahal Maya udah membela Ahda dengan kalimat, "udah sih gausah marah. Tadi Ahda yang nyuci kalengnya lho."

Shofwa childish sekali ya
😔

Terus, pas aku lagi mau nyarger hp. Tiba-tiba dapet notif kalau aku di-tag Ahda dalam sebuah stories

Aku buka notifnya.
.
.
.
Kemudian
.
.
.
.
Plong~~~




Rasanya ada beban yang terangkat dari hati
💝


Aku bersyukur Ahda gak minta maaf saat aku sudah menunjukkan kekesalan ketika kami masih di lobby. Soalnya kalau dia minta maaf sesaat setelah rasa kesalku muncul, bukannya maafin, bisa jadi aku malah makin kesel dan merunyamkan persoalan ini.

Aku butuh waktu kalau lagi dikeselin atau dalam kondisi apapun yang perlu permintaan maaf dengan orang. Waktu untuk berpikir. Waktu untuk netralin perasaan. Waktu untuk dapat memaafkan.

Ketika berbuat salah (yang menyangkut perasaan) kepadaku, jangan coba coba langsung minta maaf, apalagi sampe tahap annoyed yang, "duh maaf ya shof. Maaf banget. Kamu ga marah kan? Blablabla, pokoknya aku minta maaf, blablabla, kamu maafin aku gak?" Sambil ngintilin kemanapun aku pergi.

Itu minta maaf dengan tulus atau minta maaf untuk kedamaian pribadi deh?

Bisa bisa aku langsung melaksanakan sunnah nabi yang memperbolehlan ummatnya marah dengan cara mendiamkan selama maksimal tiga hari.

Sebenarnya saat aku tiba di kamar, aku udah gak kesel lagi sama Ahda. Mana nggak lama kemudian aku menerima sebuah permintaan maaf (even on stories but no problemo).

Karena aku tahu kalau ini adalah masalah yang sepeleeee banget, plus hellaaaw, friendship is more important than yeos cincau harga promo 10rebu dapet dua.

Unfortunately, kalau kondisinya udah kayak gini aku berubah menjadi orang yang enggan menyapa duluan
😭

Sedih.

Kayak awkward gitu mau nyapa.

Biasanya tuh shofwa lebih sering bodo amat dan mengesampingkan rasa kesal.

Jadi curiga, apakah memang benar game cacing cacing yang membuat kekesalan shofwa muncul ke permukaan. Hft.

4 Juni 2017
sumber foto: galeri pribadi

0 komentar