Kai & I : Berpisah dengan dua pekan yang ditunggu

Hidup itu berputar, di atas di bawah di tengah, nggak ada yang tetap. seabsolut-absolutnya sesuatu pasti pernah mengalami perubahan. Kata orang di salah satu video yang sempat viral tahun lalu, "roda itu berputar."

Kasihan sih sama tuh orang, udah bela belain ngebela temennya, eh pada akhirnya putus pertemanan

#nggoship

Terkadang kita dihadapkan oleh sesuatu yang menuntut kita untuk bergerak cepat dan selesai. Kadang pula kita 'dipaksa' untuk menerima kenyataan ketika hal-hal tidak berjalan sesuai dengan ekspektasi kita, atau malah di luar kendali kita sebagai manusia.

Yah, mirip-mirip lah sama keadaanku dua puluh hari yang lalu. Pagi itu pagi yang indah di hari Ahad, tidak ada perasaan buruk sama sekali.

Tidak ada perasaan buruk bukan berarti tidak adanya masalah yang akan muncul.

Ketika masalah tersebut datang menghampiriku tanpa suatu pertanda aku cuma, "hah iya? duh aku juga nggak tau kenapa bisa begitu." Alih-alih meratapi nasib yang tidak mujur aku malah, "untung ketahuan, untung kamu buka case nya, kalau nggak paling aku nggak bakalan sadar sampe pecah sendiri."



Intinya mah ya, baterai hpku kembung alias dia membengkak gitu yang mengakibatkan hampir terbukanya casing bagian belakang, padahal baterainya non-removable. Ketahuan gara-gara ada temenku yang habis numpang nelpon lalu iseng buka case yang selama ini telah melindungi si hp.

Melindungi dari luar, tapi malah menutupi masalah yang ada di dalam, hft.

Padahal baru juga lunas.

Iye baru lunas, haha, aku bisa beli hp itu gara-gara dipinjemin uang sama kakak sendiri (yang jumlahnya lumayan). Kak Muna emang nggak pernah nagih macam debt collector dan nggak mengungkit peminjaman itu tapi kan aku terlepas dari status sebagai adik orangnya tahu diri. Begitu ada kesempatan buat melunasinya ya langsung hantam aja meski kemudian aku perlu melakukan penghematan besar-besaran selama beberapa waktu:(( itu konsekuensi.

Begitu aku tau hpku perlu penanganan secepatnya, aku langsung nyari kak Muna dong, doi bisa diandalkan untuk hal-hal urgent. Coba tebak respon yang dia berikan waktu aku datang ke dia sambil ngebawa box hp.

Janganlah bayangin dia bakal heboh dan prihatin atas keadaan yang menimpa adiknya ini. Gue malah dikata katain tjoy. 

"Lu makenya bener kaga?"
"Kok udah bermasalah? Hp gue yang lebih lama dari punya lu aja kaga kenapa-napa."
"Suka dipake pas lagi dicharger ye?"

Kurang lebih seperti itu.

Sudah biasa.

Tapi dia langsung gerak cepat kok.

"Kirim aja ke Lombok. Di sana ada service centre samsung."

"Adiknya bu Tri yang kuliah di Lombok sekarang lagi di Sumbawaa. Ntar titip di dia aja"

Oke. 

Masalah hp beres.

Selanjutnya,

Apakah shofwa bisa bertahan hidup tanpa hp? 

kesimpulan sementara : ya bisa lah, hellaw, hp bukanlah segalanya.

Emang waktu ngasih hp ke kak Muna tuh udah yang, yowes sepanjang hp di service aku mainnya sama Kai aja. Untung punya Kai gitu jadi nggak sengsara amat.

Awal-awalnya aku gabut segabutnya manusia di asrama, kayak mau ngapa ngapain tuh salah. Di kamar salah di balkon salah thawafin lorong asrama juga salah. i dont know what i have to do. Mana sehari setelah aku menyerahkan hpku ke kak Muna, hp pesanan Ula datang pula. Ula kan emang udah hampir dua bulan terakhir nggak megang hp gara-gara hp dia mati mendadak dan enggan untuk nyala lagi makanya di akhir Maret dia memutuskan untuk beli hp. 

Jadi berasa tukeran keadaan sama Ula.

Awalnya susah, seperti ada sebuah kebiasaan yang hilang dengan tiba-tiba kemudian harus mencoba membuat sebuah kebiasaan baru untuk menutupinya. Umpamanya kayak udah beli skincare segala macam (milk cleanser, face toner, face wash, sunblock, lan konco koncone) dalam rangka persiapan menghadapi status sebagai mahasiswi (alias mau membiasakan diri ngerawat wajah gitu loh) lalu ujung-ujungnya tetep ngandelin air wudhu.
Eh nyambung nggak sih itu perumpamaannya, wkwk.

Rasanya tiga hari tanpa hp telah dihabiskan dengan tidak melakukan apapun. Memang sih aku sempat megang hp Ula (karena sebelum hp dia datang, Ula berjanji untuk menyerahkan hpnya ke aku selama sepekan biar dia nggak langsung ngelunjak main hpnya) (katanya sepekan, realisasinya cuma dua hari) tapi tetep aja itu bukan hp sendiri.

Akhirnya di hari ke empat kegabutan, aku memutuskan main sama Kai.

Semenjak aku punya hp lagi, aku emang udah jarang main sama Kai. Palingan si Kai ku ajak begadang ngerjain tugas, nonton drama korea, atau nonton video yang tidak memberikan benefit selain celetukan ala fangirl labil.

Di hari keempat, aku bukan ngerjain tugas. Bukan pula ngetik-ngetik buat nambah tulisan.

Tapi nonton.

Soalnya h+1 kelar UTS. 

Sekalian refreshing.

Kimi no Todoke. Film jadoel tahun 2010.



Cukuplah buat bikin aku ketawa, greget, senyum, dan senang karena hepi-end.

Terlepas dari film di atas yang tidak terlalu berhubungan dengan postingan ini, banyak banget hal yang baru kusadari ketika aku dalam kondisi tidak memegang hp. Aku emang sadar kalau hp adalah musuh yang susah dihadapi. Musuh. Membuat kita membuang waktu yang berharga untuk kegiatan yang tidak berguna. Contohnya, aku tersadar kalau aku udah terlalu ering membuat stories instagram yang amat sangat super tidak berfaedah, haha, apa-apa dijadiin stories, apa-apa di share.

Padahal yang penasaran juga siapa. Yang pengen tau kehidupanku juga siapa.

Kesimpulan yang muncul ketika aku tau temen-temenku juga nggak ngeh kalau aku menghilang sesaat dari dunia maya.

Yeu, pengen banget di perhatiin shof? Urusin aja hidupmu, semua orang sudah terorientasi dengan hidup mereka masing-masing.

Sometimes you have to give up on people, not because you don't care, but because they dont care.
-unknown

Nah loh.

Menyerah dalam konotasi positif. Kepedulian -bagi aku- bukan sesuatu yang perlu diumbar kemana-mana, dibalik kepedulian yang tampak terdapat faktor penentu dan penggerak.

Wait, kok ku bingung sama kalimatku barusan ya--

Soal instagram, aku sering buka instagram, yha meski nggak bisa ngeliatin stories. 


Dengan ketiadaan hp juga, aku membuat bernapas modemku yang delapan bulan terakhir hanya mendekam di laci, bisa kembali berselancar di dunia maya bersama Kai, yuhuuuu~ seperti kembali ke masa lalu. Searching sana-sini. Googling sana-sini. Stalking orang-orang. Memang sih kalau dari segi penambahan ilmu secara autodidak, rasanya belum  terlalu banyak yang bertambah. Palingan aku menemukan beberapa blogger yang tulisannya bagus dan bisa dijadikan panutan. Tambahan lainnya, aku kembali lumayan aktif di tumblr (lebih enak update tumblr via lepi daripada hp).

Nyatanya aku bahagia-bahagia aja nggak megang hp selama 20 hari terakhir. Palingan beberapa kali agak kesusahan dalam komunikasi dengan teman pas mau ngebahas tugas kelompok, selebihnya masih berada dibawah kendali. Malahan, ketika aku dikasih tau kalau hpku udah bener aku malah cemas dan sedikit takut. Cemas akan waktu yang mungkin akan terbuang lagi, takut masih belum bisa mengontrol penggunaan hp.

Dua puluh hari emang hampir tiga pekan, tapi aku kan suka angka dua jadi judulnya suka-suka penulis.

Pada akhirnya, yang ditunggu belum tentu membuat hati membuncah bahagia ketika masa penungguan telah berakhir.

Aku sih sedikit sedih. Akhirnya bisa kembali megang hp.

Semoga bisa memproduktifkan benda pintar berbentuk segi empat yang suka bikin terlena ini.

Bingung lah aku. Mau cerita apa lagi. Banyak sih. Tentang BEM, kunjungan MENPANRB, hasutan untuk ikut DM1, atau paketan Salwa yang udah nyampe dengan selamat (YAALLAH SAAAAL FINALLY AFTER 120days!!).

Kalau sempat nanti bakal kubuat tulisan tentang kejadian yang telah kusebutkan di atas. Kalau sempat. Nggak usah berharap. 

Xoxo
shofwamn

0 komentar