30 TM #21 What were you favorite childhood toys?

Yeaaaaaaaaaay, sudah tema ke dua puluh satu.

Aku harus menyelesaikan tantangan ini secepat mungkin.

Ngomong-ngomong agak wagu nggak sih ketika judul postingannya in english tapi isi tulisannya pakai bahasa Indonesia non formal campur bahasa pergaulan?

Tapi gini aja nggak papa, daripada susah susah ngetranslate terus ujung-ujungnya banyak grammar yang salah.

Inginnya mau menyelesaikan 30TM ini di satu hari, biar langsung selesai. Udah. Nggak ada tanggung jawab lagi atas tantangan ini. Selesai. Kembali menulis semampu dan sesempatnya.

Cuma, pas baca-baca kembali tulisan sebelumnya...

Oh ini kan tantangan ODOP.

One Day One Post.

Mana bisa langsung hantam ngepost sepuluh tulisan satu hari.

Berarti tantangan ini, selain memaksa untuk konsisten, juga memaksa untuk bersabar.

Sabar biar nggak kegoda buat langsung ngehabisin tema yang disediakan mentang-mentang lagi banyak menghabiskan waktu di depan laptop. Meski kemarin-kemarin sempat tergoda.

Tergoda karena lupa kalau ini One Day One Post.

Lalu, soal mainan favorit saat kanak-kanak.

Beda sama post tentang acara TV favorit, aku punya beberapa mainan yang aku suka saat masih memiliki wajah yang berpipi unyu unyu gemash minta dicubit.

1. Bekeeeeeeeeeeeel
Di tempat aku, anak bekelnya bukan dari besi tapi pakai jasad-jasad kerang yang dengan kejam dipisahkan dari kuburan pasir pantai kemudian dijual seharga goceng/6pcs (harga setahun lalu ketika si ragil membawa bekel ke Lampung hasil dari beli di pasar)

source = gugeeel


Bentuknya kayak gitu tapi aku lebih suka yang ukurannya dua kali lipat dari di gambar dan berwarna cokelat. Warna cokelatnya menunjukkan kelas yang berbeda/?/ mbikos terlihat lebih menawan dan lebih mahal. Kalau kerangnya ngadep ke atas sebutannya 'rika' kalau ke bawah disebut 'palaka.' Sedangkan bola bekelnya pakai bola kasti. Iye bola kasti warna ijo yang gedenya sekepalan tangan.

2. Lompat Tali
Ada masa ketika lompat tali merupakan kegiatan yang paling digemari. Nggak di sekolah, nggak di rumah, mainannya ini mulu. Posisi paling enak itu posisi anak bawang, karena nggak mati-mati. Posisi yang dihindari oleh semua insan adalah posisi yang bertugas megang tali, menjadi posisi yang dibenci ketika kamu megang tali lalu teman-temanmu semuanya jadi ahli dan mengakibatkan nggak ada yang mati, atau kamu udah lama megang tali lalu ada yang menggantikan posisi kamu kemudian kamu mati di ronde pertama yang menyebabkan kamu kembali bertugas memegang tali. Terus tali yang paling bagus tuh yang karetnya rangkap dua, atau tiga.

source : still google

Jaman dulu, punya tali yang nggak dirangkap tuh berasa hina. Tidak berkelas apalagi totalitas. Selain harus rangkap dua, karetnya harus karet yang bagus, bukan yang terlihat rapuh gampang putus. Karet aja harus bagus, apalagi hubungan, iye gak? Punya hubungan tuh ya dijaga, jangan dibiarin rapuh, ntar ujung-ujungnya putus.

Lalu baper.

Ngepost banyak foto.

Dan juga status.

Nge-defense mecchanism #JombloBahagia

Cukup hati aja yang rapuh, hubungan jangan.

Kok malah curhat, wqwq.

Nyari karet yang berkualitas, disambung dengan penuh kesabaran dan dua rangkap, biar nggak ada halang rintang waktu lagi seneng-senengnya main (misalnya karet putus mendadak). Karetnya dijaga penuh kehati-hatian layaknya harta pusaka.

Anak kecil aja totalitas.

Masa kamu enggak?

(ujung ujungnya reminder)

3. Cenge cenge
Ini permainan umum yang punya banyak nama karena di setiap daerah penyebutannya beda-beda. Untung nggak terserang krisis identitas dan multipersonality akibat memiliki nama panggilan yang terlalu banyak #hah

source = always google

Dulu biasanya main tiap sore di halaman rumah bareng tetangga masa kecil. Waktu udah punya beberapa petak pribadi (disebutnya rumah) (benefitnya adalah kita boleh menjejak rumah kita pakai dua kaki) rasanya kayak udah ahli banget, the queen of cenge cenge.

Di tempat aku, cenge itu artinya lompat.

#justfyi

Lompat ke depan melompati garis-garis tantangan agar bisa pindah ke level selanjutnya.

Eh, tapi cenge-cenge kan permainan, bukan mainan (baru sadar) (efek sekilas tenggelam dalam kenangan masa kecil)

Berarti yang banyak tuh permainan masa kecil aku (yang penuh kenangan) bukannya mainan saat aku kecil.

Yowes.

Sampai sini aja berarti.

byebyee.

0 komentar