30 TM #22 What is in your purse/hand bag?

Aku cuma punya satu dompet. Warna hijau, beli di online shop beberapa tahun lalu atas saran kakakku.

Si kakak pengen beli barang kembaran gitu ceritanya. Barengan sama aku dan adek.

Ujung-ujungnya ummi juga pengen ikutan nimbrung, wkwk.

Jadilah berempat punya dompet yang sama model, beda warna.

Dompet adalah satu dari sekian barang yang sekarang kedudukannya masih di level 'gak butuh yang baru kalau yang lama masih bisa dipake.'

Makanya boro boro handbag, dompet aja cuma satu. Lagian bawa handbag kemana-mana tuh ngeribetin nggak sih, bergunanya cuma pas mau ke kondangan atau acara formal.

Di balik masalah hiatusdarismartphone aku berusaha mengambil foto isi dari dompetku, yang langsung dibongkar di tempat.



Iya, nggak ada duitnya sama sekali.

Padahal awal bulan.

Toh, naruh duit kan nggak kudu di dompet. Ye kan?

Ku jelasin aja kali ya isi dari dompetku itu biar tulisannya panjangan dikit.

1. Tiket Medical Expo FKUII

Medical Expo adalah acaranya anak FK Universita Islam Indonesia, kalau nggak salah tiap tahun ada deh. Acaranya tuh ntar kita kayak diajak ngerasain jadi dokter sehari/?/ keliling fakultas kedokteran, apa aja yang dipelajari di kedokteran/?/ sebenernya aku nggak terlalu tau soalnya aku nggak ikut.

(nggak ikut)

Buat menjelaskan aja. Kalau aku ikut, sudah pasti tiketnya nggak bakalan ditemukan dalam dompet.

Kenapa aku nggak ikut?

Sebuah peristiwa alam yang langka menjadi penyebabnya.

Nggak di postingan ini, nggak di postingan yang peristiwa alam itu. Aku tetap nggak tau ME itu acaranya ngapain aja wkwkw.

2. Tiket Bioskop

Ketularan teman-teman yang sukanya nyimpen tiket bioskop. Mulanya tidak paham apa faedah dari hal tersebut, namun makin kesini sepertinya memang bukan hal yang buruk menjaga bukti kenangan. Sebuah ingatan tidak akan berharga jika tidak ada campur tangan kenangan #asiq

Itu tiketnya cuma beberapa kok. Telah sekian lama dibiarkan mendekam dalam selipan dompet tanpa dilirik hingga sesaat sebelum aku membongkar dompet untuk postingan ini.

3. Photo Box

Errrrrrrrrrrrrrrr......

hmm....

waduh..

Sebenarnya aku nggak terlalu suka photo box.

Serius.

Habis biasanya diajak photo box di amplaz yang editannya super sekali.

saynototiputipuwajah

Aku baru tiga kali photo box, yang terakhir perlu rayuan berkali-kali sebelum aku mengiyakan.

Yang pertama tuh yang fotonya udah sedikit luntur kena air. Kami bertiga (Ula-Hilma-Shofwa) memutuskan buat photo box setelah nonton Insidious 2.

Kedua kalinya di Galeria Mall. Waktu itu sama sekali nggak ada niatan untuk photo box, murni ke galeria hanya ingin jalan-jalan, tapi melihat tempat foto yang sepi dan hanya 20k saja serta no editan, ya why not. By the way, tempatnya sempit bangeeeeeeeet.

Terakhir kali photo box itu waktu aku ketemuan sama Hilma, Farah, dan Nadia saat masa-masa libur pasca akhirussanah. Berhubung kami berempat emang suka sama yang koriya gitu alhasil kami memutuskan buat ketemu di Amplaz lalu makan di Seorae



Sok berkelas banget emang, haha. Masih (calon) mahasiswi tjoy, ketika penghematan adalah segalanya. Kami milih paket dua orang loh itu sama tambahan nasi dua porsi, minumnya Ocha yang free refill dongz.

Dua porsi tapi ngenyangin banget, aih, pengen kesana lagi tapi kudu nabung dulu.

Harganya standar harga mall.

Mall kan makanannya nggak temenan sama kantong.

( malah bahas makanan )

(wqwqwq)

Setelah makan, kami muter-muter dulu buat ngabisin waktu. Farah, Hilma, sama Nadia emang udah ada niatan buat photo box, ngajakin aku juga tapi kutolak.

"pokoknya aku nggak mau photo box lagi." (kalau editannya bikin nipu) (cantik tapi nipu mah maaf maaf aja ye)

Cuma kala itu pendirianku belum kuat, jadilah aku menjadi pemilik atas dua foto yang diambil pada suatu sore dalam sebuah ruangan kotak yang terang benderang akibat cahaya lampu.

4. Pas Foto

Masih berhubungan dengan foto.

Itu yang paling atas bukan aku lho yaaaa.

Dua foto yang di bawahnya baru foto aku, satu saat SMP, satu lagi saat SMA.

Ketutupan? Emang, sengaja kok.

5. Struk Belanja

Kebiasaan sejak kecil, nyimpen struk belanja sampai menuh-menuhin dompet.

Tujuannya mah biar tau harga setiap barang gitu biar bisa ngomong, "harga barang A di toko X lebih murah 500 perak dari toko Y."

Padahal kalau cuma beda 500 perak doang palingan yang peduli cuma paman Gober.

Meski pada akhirnya, struk belanja cuma mendekam di dompet tanpa diapa-apain.

6. Kertas dari Jihan

Waktu itu H-1 Haflah Khotmil Quran dan Jihan lagi dijenguk sama keluarganya.

Tiba-tiba Maya datang ke kamarku, "shof mau nginep di hotel nggak?"

Intinya, Ummi nya Jihan udah ngebooking kamar buat dua malam eh tapi Abi nya mendadak ngajak mereka trip ke luar kota jadi di hotel itu masih ada jatah satu malam. Daripada rugi nggak diapa-apain, akhirnya Jihan nawarin Maya dan dia nyuruh Maya ngajak aku karena saat itu posisinya aku lagi sendirian di kamar.

Nginep di hotel. Wifi kenceng. Lokasinya dekat dari tempat Haflah.

Menolak tawaran tersebut adalah sebuah kerugian yang nyata.

Ketika aku sama Maya sampai hotel, ditanya sama resepsionis,

"Ada yang bisa saya bantu?"

"Errr, mau ambil kunci kamar atas nama Jihan."

"Maya sama Shofwa ya?"

"Eh? Iya."

Lalu mas resepsionis nya ngasih kunci kamar plus pesan manis dari Jihan <3

7. Kartu Berobat

((( kartu berobat )))

Sebutannya apa banget.

Aku berobat ke Sardjito baru sekali, itu pun bukan sesuatu yang perlu di khawatirkan.

Di Hidayatullah juga baru sekali, tapi yang ini kudu bolak-balik.

Udah bolak-balik. Tapi kalau ditanya sakit apa, aku pun bingung jawabnya.

Yang kalau ditanya udah sembuh atau belum, aku pun tak tau jawabannya.

Kok malah melankolis---

Karena dibongkar di tempat jadi cuma dua kartu yang terfoto, kartu-kartu lainnya berserakan di dalam laci.

Bukan kartu berobat kok, tenang aja tenaaaang.

/menenangkan diri sendiri/

8. Boarding Pass

Ketutupan sama kertas berisi pesan manis dari Jihan.

Boarding Pass LOP-SWQ.

Bukti dimulainya kisah kehidupan shofwa di daerah baru.


0 komentar