BTS Pemotretan BTS [Part 3] : Berakhirnya Hari yang Melelahkan

source : IndieCorp's Instagram

Halo Liburan!
Enam hari yang lalu, aku baru aja menyelesaikan UAS terakhir di jenjang yang bernama SMA ini. Seperti Ujian-ujian yang sudah terlewati, aku masih tetap belum menemukan bagaimana cara belajar yang memberi hasil tanpa perlu membuat kamar berantakan dan pusing, i mean, ngerjain tumpukan soal biar terbiasa dan menjadi pintar memang sepertinya cara paling efektif hanya saja buku-buku kumpulan soal tersebut mengeluarkan aura energi positif dan ketika bertemu denganku yang juga ber-aura energi positif, terjadilah peristiwa tolak-menolak yang dimana hal tersebut membuat kami tidak bisa bersatu. #FisikaBerbicara

Dan seperti liburan semester ganjil dua tahun terakhir, aku menghabiskan waktu seharian di Asrama. Well, khusus hari ini akhirnya satu target ku terealisasi yaitu: numpang WiFi di kantor TU!! Untuk seorang anak Asrama yang lumayan hobi berselancar di dunia maya, paket data termasuk prioritas utama yang tidak penting karena lebih banyak memberikan efek yang tidak jelas (apakah efek ini baik/buruk) apalagi harga untuk paket internet selalu naik tiap aku hendak membelinya. Jadi, WiFi gratis merupakan sesuatu yang diincar demi sebuah kebahagiaan sesaat, mana yang katanya Asrama mau dipasang WiFi sebagai pengganti karena udah nggak boleh bawa hp lagi, tiga tahun tinggal disini cukup memberikan pengalaman bahwa percaya pada omongan semata merupakan perbuatan bodoh. Boro-boro WiFi, itu hp Asrama yang simcard nya Telkomsel pulsanya gak pernah diisi, sekali diisi cuma 5 rebu. Apakah para petinggi pikir 5 rebu nya Tsel sama 5 rebu nya IM3 itu sama?


Aku hanya membuang-buang waktu kalau ngomongin para petinggi (yang pintu kamarnya persis berada di serong kiri pintu kamarku), heran juga kenapa dulu aku nggak membenci mereka. Nggak suka sama kelemahan yang satu ini, kayak kamu punya temen dan kamu nggak pernah nyari masalah sama dia tapi tiba-tiba dia ngelapor kalau kamu pacaran lalu kamu membencinya lalu kemudian kamu sadar kamu nggak bisa membencinya hanya karena wajahnya yang tidak menunjukkan rasa bersalah dan sikapnya yang biasa saja seakan tidak pernah terjadi apapun.
MINTA DIAPAIN ORANG YANG KAYAK GITU, KZL!

Sering sekali seperti itu, kayak di satu waktu kita benci banget namun di waktu yang lain kita bakal tertawa mengingat betapa konyolnya kita karena pernah membenci satu hal yang kalau mau di pikir dua kali, hal tersebut tidak layak untuk dibenci.

Hidup memang aneh bukan? Di saat beberapa tahun lalu aku merasa betapa bebasnya menjadi orang yang udah punya KTP, apa-apa gak dilarang, tidur malam nggak dimarahin, pergi pagi pulang malam nggak ada yang peduli. Justru ternyata dibalik semua itu ada sesuatu yang anak kecil belum paham. Aku baru menyadari bahwa sebenarnya orang-orang yang ber-KTP ini memiliki masalah di dalam dirinya sendiri, istilah kerennya mah, lagi nyari jati diri serta tersesat dan tak tau arah jalan pulang.

Target-target yang biasanya sudah terbuat pun terkadang juga suka melenceng ke segala arah. Lebih baik. Lebih buruk. Gagal. Mundur kebelakang. Benar-benar harus memiliki fokus jika tidak ingin melenceng.  Seperti sekarang, aku kayak orang awam yang berbicara penuh omong kosong tentang hidup padahal sebenarnya targetku adalah menyelesaikan part 3 behind the scene pemotretan buku tahunan sekolah yang sempat terbelangkai.
(PART 3 SEKALIGUS PART TERAKHIR)
(YEAHHH! I'M SOOO HAPPY)
(BYEBYE PART 4! TIDURLAH DENGAN TENANG DI ALAM PIKIRAN)


Baca BTS Pemotretan BTS : PART 1 | PART 2

Saat ini, pemotretan di gumuk sebulan lalu seakan sudah terlupakan. Tenggelam dalam lautan pikiran dalam. Kalau kamu mengangkatnya menjadi topik di suatu forum pembicaraan, aku yakin kamu bakal dikacangin (HAHA) ya karena gumuk pasir tidak meninggalkan kenangan apa-apa (beda dibandingkan study tour yang kenangannya sampai tumpeh-tumpeh). Keinginan untuk menceritakan pemotretan KLASIK juga sudah pudar seiring Kai ku yang sempat disekap dalam ruang kosong oleh para petinggi (KENAPA PARA PETINGGI TERKETIK LAGI).

Ngomong-ngomong, Kai itu nama laptop ku #bukanbias #sorrynotsorry

Kalau aku ingat-ingat dan kalau aku mau cerita secara rinci, ending part dua baru menceritakan 1/3 perjalanan potret-memotret. Yang tanpa dijelasin pun kalian tahu bahwa aku akan menyingkat segalanya dalam postingan ini yang juga merupakan postingan terakhir tentang foto BTS.

Maaf ya foto ekskul. Maaf ya foto personal. Maaf ya foto guru. Maaf ya foto angkatan. Kalian tidak berharga. 

Kejadian sebenernya 43 hari yang lalu nggak sedramatis yang diceritakan pada akhir ending part 2, aslinya cuma berhenti mendadak sambil bilang "itu ngapain mereka disana?" waktu ngeliat -kalau nggak salah- empat orang yang menempati spot foto kelompok ku. Emang sih itu tempat umum which means kita nggak punya hak buat marah-marah kayak "Heh, ngapain lo disini? pergi sana! Gue ada pemotretan!!"

Akhirnya aku sama Maya memutuskan untuk duduk sejenak di samping semak belukar yang berjarak sekitar lima puluh meter dari pohon yang kayak pohon kelapa tapi bukan pohon kelapa atau mungkin memang pohon kelapa tersebut, foto-foto bentar menuhin galeri hp lalu Maya menelpon Sasa melalui layanan WhatsApp.

M :"Halo? Saaa?"
S : "Drtt...drrrtt...ya..halo?"
M  : "Tempat kita dipake orang.."
S : "Halo? May? Kamu bilang apa tadi?"
M : "Ula mana Ula?"
Suara berganti dari yang lembut ke suara nenek lampir
U : "Kenapa May?"
M : "Tempat kita dipake sama orang."
U : "Siapa?"
M : "Nggak tau, kayakna mereka lagi pemotretan gitu."
U : "Sekarang kamu dimana?"
M : "Aku sama Shofwa lagi duduk di deket semak."
U : "Yaudah nanti aku kesana sama Sasa."
M : "Oke."

Nggak lama kemudian Sasa dan Ula datang sambil bawa keranjang makanan. Kita masih bingung gimana caranya biar bisa foto di tempat yang udah kita tentuin, aku yang nggak ahli ngomong sama orang asing cuma bisa liatin sekelompok orang tersebut -aku tebak mereka mahasiswi- sambil ngeluarin kata-kata yang sama sekali nggak membantu, contohnya, "astaga gaya apaan itu. Ew, kayak cabe-cabean."

Setelah menunggu sekitar 10 menit, kita/kami (bingung lah mau make yang mana) jalan untuk mencari tempat baru karena melihat tanda-tanda bahwa para mahasiswi tersebut bakalan nggak pergi dari bawah pohon dalam waktu dekat. Tapi tetep aja, yang pertama memang selalu susah dilupakan dan dicari penggantinya. Seperti lo ngalamin love at first sight sama seseorang kemudian lo tau orang itu udah punya pacar, lo bakal bilang sama diri sendiri bahwa selama janur kuning belum melengkung maka lo masih punya kesempatan.

Dipikir-pikir, istilah janur kuning belum melengkung hanya dipake sama orang yang baik-baik serta tidak suka cari masalah soalnya meskipun udah nikah pun kesempatan untuk memiliki doi masih tetep ada, misalnya selingkuh gitu.

WKWKWKWKWKWKWKWKWKWKWKWK

Kita (oke, make kita aja) akhirnya nemu satu tempat yang letaknya lumayan deket dengan lokasi fotonya kelompok tiga tapi seperti yang udah aku bilang di atas, kita lebih suka spot yang pertama alias yang di bawah pohon karena tempat yang kita temuin untuk lokasi darurat SAMA SEKALI tidak layak untuk dijadikan spot pemotretan. Bayangin aja kamu udah make baju bagus tapi fotonya di bawah tumbuhan semak belukar yang sebagian kering akibat cuaca panas dengan properti bungkus makanan.

Ini mau foto BTS atau foto iklan Buanglah Sampah Pada Tempatnya?

Kita pun pergi ke lokasi pertama, nggak persis di bawah pohonnya sih soalnya masih dipake buat pemotretan. Kita berdiri agak-agak deket berharap para mahasiswi tersebut peka kalau kita mau foto disitu, aku tetap nyerocos soal "gaya cabe-cabean" waktu liat si model bikin gaya yang gatau lah, pokoknya menurutku agak alay aneh nggak cocok gimana gitu. Dah, kita berdiri kayak orang kehilangan tujuan hingga aku-lupa-siapa memutuskan buat ngomong sama salah satu mahasiswi kalau kita mau make area bawah pohon buat pemotretan.

Alhamdulillah mbak nya nggak marah

Aku lega sekali 

Duduk lah kita di dekat satu orang Mahasiswi yang asyik baca buku, tiga lainnya berdiri agak jauhan sibuk ngerjain pekerjaan mereka. Sembari nunggu mas-mas IndieCorp yang lagi ngefoto kelompok tiga, kita memutuskan buat ngatur properti yang kita bawa untuk menunjang hasil foto agar lebih berwarna. Kita juga memutuskan buat gak pake tikar. Kan ceritanya kafilah pencari harta sedang istirahat jadi duduknya di atas pasir biar kelihatan lebih real. Yah, meskipun aku tau mau dibikin se-real apapun tetep aja hasil fotonya bakal kayak foto-foto BTS pada umumnya. Ketika lagi asyik menunggu sambil mandangin awan, tiba-tiba telingaku menangkap satu suara

"Bilang pa kita kalo ngoni su mau pulang"

Aku langsung terlonjak sambil bikin ekspresi like TADI DIA NGOMONG APA?!

((kita)) ((ngoni))

Wow wow wow. World is sooooo small

Langsung geleng-geleng kepala, nggak nyangka bakal denger orang ngomong dengan aksen timur di tengah gumuk pasir. Langsung excited sendiri kayak gak pernah nemu orang timur selama di Jogja. Lupa kalau tadi sempat bilang gaya mereka kayak cabe-cabean. Pengen nyapa pake bahasa timur. Rindu ngomong pake bahasa timur abal-abal. Rindu sekali. Sayang, aku penakut. Ntar dikira sok kenal sok nyapa duluan. Alhasil cuma bisa liat mbaknya dengan mata berbinar. Mbaknya nggak ngeh aku liatin. Shofwa pun dikacangin oleh seorang mahasiswi yang sibuk membaca buku berbau politik.


Setelah bereaksi terlalu over hanya karena mendengar aksen si mbak tadi, aku kembali duduk tenang dengan kesabaran menunggu mas-mas IndieCorp sambil sesekali ngelirik ke arah mbaknya yang tetep fokus sama buku, sesekali ngelirik ketiga temennya yang masih sibuk ngambil foto. Anehnya, aku udah nggak melihat unsur cabe-cabean di dalam gaya mbak model yang sempat kubilang cabe-cabean tadi. Apakah ini efek magis dari sebuah aksen yang selalu aku rindukan. Aku tak tahu.

Singkat cerita, kita udah selesai di foto dalam waktu singkat soalnya kita sadar masih banyak kelompok yang belum di foto sedangkan waktu terus berjalan. Oh ya, pas mau di foto mas-mas IndieCorp nya nyuruh kita biar pake tikar. ASTAGA MAS, TIKAR LETAKNYA 150 METER DARI SPOT FOTO! Aku gak mau ambil risiko membenamkan kaki-kaki ku diatas pasir lagi, lebih tepatnya sih aku capek jalan. Setelah diem-dieman cukup lama, Ula berdiri dan langsung pergi ke tempat peristirahatan KLASIK buat ngambil tikar, muka dia udah bete menjurus ke badmood. Semoga Allah melimpahkan banyak pahala atas kesediaan mu itu ya Ul. Tapi sama aja sih, begitu balik dia gak mau ngatur properti lagi dan malah nyuruh kita bertiga buat nyiapin tempat sedangkan dia hanya diam mengawasi, dasar!

Setelah menyelesaikan pemotretan pada hari itu, Sasa yang emang datang sendiri bareng keluarganya langsung pamit pulang meninggalkan anggota KLASIK yang masih dalam proses menunggu pemotretan beberapa kelompok lagi sebelum bisa merebahkan diri di atas kasur.

Memang hari itu adalah hari yang panjang dan melelahkan.

Sekitarab ba'da  Asar, aku memutuskan buat mengelilingi area gumuk seraya melihat proses pemotretan kelompok lain. Panas pasirnya udah mereda seiring matahari yang semakin ke barat. Nggak banyak yang bisa dilihat sih, hanya pasir yang dikelilingi oleh semak, beberapa rumput liar yang aku gak tau kenapa bisa nongol di tengah gumuk, sama pohon. Menurutku, gumuk pasirnya nggak luas dan nggak keliatan kayak Padang Pasir.

Ya kali, kamu maunya Gumuk Pasir jadi Padang Pasir beneran? Berhenti berkhayal shof.


Detik, menit, jam mulai berlalu. Tibalah saat dimana tinggal satu kelompok lagi kemudian kita bisa pulang. Entah emang aku yang udah capek atau memang dari tadi seperti itu. Aku ngerasa kelompok terakhir ini fotonya lama banget sampe harus dibantu supaya hasilnya bisa bikin mas IndieCorp mengacungkan jempol. Aku masih ingat siapa kelompok terakhir ini, ada Ayu, Asa, Farida, Fatchiya, dan Farras. Scene foto mereka adalah ketika para kafilah sudah menemukan harta karun dan membukanya.

HARTA KARUN YANG ISINYA TUMPUKAN KITAB MINHAJUL MUSLIMIN SAMA CERMIN KEBANGSAAN KELAS!!!!!!!!

Jadi mereka disuruh menampilkan ekspresi kaget. Kaget karena isi hartanya hanyalah kitab-kitab yang tidak dimengerti isinya. Dan kalau fotografernya bilang, "1...2...3....," mereka harus membuka mulut sambil ngomong, "Aaaaaa." Kurang lebih kayak gitu. Nah, karena Aaaaaa-nya mereka terdengar lesu padahal udah berkali-kali difoto, kita berinisiatif untuk membantu agar mereka segera selesai. Bantuan yang cukup simpel, hanya ikut-ikutan ngomong Aaaaaa ketika dapat arahan dari mas fotografer, yang membantu dalam teriakan kali ini adalah Farras, Maya, Ula, Salwa, serta Agna (adeknya Asa). Dan scene Aaaaa itu baru foto pertama (tiap kelompok masing-masing di foto dua kali) yaAllah mau "Ayo cepetan ntar keburu maghrib," cuman ndak tega sama mereka yang ingin tampil cantik di BTS. Ngomong-ngomong mas-nya lumayan keren lho, hahaha, mukanya ditutupin sorban, aku suka liatnya #eh

Karena emang yang kelompok terakhir ini memang lama, setelah beberapa kali membantu Aaaaa dan masih aja belum ada acungan jempol dari fotografer, Agna serta Ula serta Maya malah main seluncuran pasir. Mereka nemu pelepah pohon kelapa yang -jangan-tanya-aku-kenapa-ada-pelepah-di-gumuk, sebetulnya ada persewaan papan seluncur hanya saja harga yang dipatok untuk satu jam-nya mahal (versi anak Asrama) sayang gitu ngeluarin sejumlah uang hanya untuk main seluncuran, mending dipake buat beli makanan ketika lauk Asrama nggak enak. Lagipula kita juga nggak bawa banyak uang soalnya kita ke gumuk juga niatnya cuma buat foto.

Selama main seluncuran, aku liat ada sekelompok orang yang datang dan salah satunya makai kostum badut. Sepertinya mereka mau syuting film atau syuting tugas gitu, i dnt care. Ada juga pasangan yang datang pake gaun pengantin dan jas, yap, mereka mau foto pre-wedd. Aku sempet liatin kedua pasangan itu cukup lama.

Pagi ini habis liat video wedding proposal-nya kak Arief ke kak Tipang di pulau Ayer, huhu, aku merinding seketika karena terlalu sweet. Apalagi waktu liat kak Tipang nangis, ya ampun, emang romantis sangat mereka berdua. Pertama kali nonton video wedding proposal 'cause Kak Tipang and Kak Arief is selebask (julukan buat orang yang famous di ask.fm).

Mungkin dua puluh menit ada kali ya nungguin kelompok terakhir, kita langsung hamdalah ma'an waktu mas-mas IndieCorp nya bilang pemotretan udah selesai, berasa hasrat ingin balik ke Asrama menjadi semakin besar, tumbuh, mengakar, membunuh. Nggak, nggak. Berasa yaudah kalau emang nggak ada yang mau foto lagi ayo cepetan balik ke Asrama.

Kabar buruknya adalah, Ainun sudah pulang pake mobilnya meninggalkan KLASIK di gumuk pasir yang mulai gelap. Mungkin emang kita yang kelamaan sedangkan Ainun ditemenin Ibunya, hingga yang tersisa tinggal mobil Farras, mobil Asa, sama Elf Ainun. Selanjutnya bisa di tebak, temen-temen yang berangkat numpang mobil Ainun menyebar mencari tumpangan pulang, kebanyakan dimuat di Elf karena memang space kosonya yang paling banyak. Aku juga naik Elf, posisi duduknya sama kayak berangkat. Baru juga keluar dari pintu selamat tinggal, adzan maghrib berkumandang

"Heii, mau sholat dulu atau gimana?"
"Sholat aja yuk?"
"Langsung Asrama aja."
"Iya, langsung pulang aja."
"Ntar di jama' takhir, kasian pak sopirnya."
"Yaudah, sholat di Asrama."

Kita nggak mampir masjid bukan karena kita nggak mau lho ya, banyak alasan yang mendasari kenapa kita memutuskan buat  nunda sholat. Pertama, udah malem (ini mah jelas-_-) dan kita kasian sama pak sopir yang udah setia nunggu dari pagi. Kedua, dua mobil yang tersisa tadi udah melaju duluan di depan kita, mau minta berhenti pun kita gak bisa menghubungi orang-orang yang di mobil karena sepengetahuan penghuni Elf, anak-anak yang bawa hp di dua mobil itu hp nya udah low batt atau malah mati. Ketiga, kita udah capek. lelah, lesu, kumal, kotor jadi mending nunggu sampai Asrama baru sholat daripada ribet sendiri soalnya banyak yang pengen bersih-bersih badan setelah seharian berpanas dan berpasir ria di gumuk.

Awal perjalanan pulang, telingaku harus rela ndengerin curhatan tiba-tiba seorang temen yang duduk persis di sebelah kanan, si anu gini lah, si itu gitu lah, setengahnya merupakan hal yang nggak jelas, setengahnya lagi berisi kegalauan seorang cewek. Aku, seperti biasa, cuma nanggepin seadanya akibat kondisi tenaga ku yang sudah terkuras banyak. Tapi ada satu pertanyaan yang dia cetuskan sampai bikin aku lumayan mikir.

"Wa, besok kalau misalnya aku udah jadi orang sukses dan terkenal. Kamu bakal deketin aku karena sebagai temen atau karena kamu mau ikut terkenal?" Tanya dia.
Langsung aja aku jawab, "Pertanyaan macam apa itu."
Lalu, suasana pun menjadi melankolis.
Wkwkwkwkwkw, ya kagak lah. Dia nggak ngomong lagi hingga aku pun berpesan, "Aku mau tidur dulu, jangan ajak aku bicara!"

Cuma waktu itu aku beneran mikir, bukan mikir aku deketin dia karena apa (of course she is my friend), aku tuh mikir bahwa sebenernya hubungan antara satu orang dengan orang lain terkadang terlihat kuat dari luar namun kenyataannya hanya seperti benang jahit yang rapuh. Nggak jarang dalam sebuah hubungan selalu ada yang merasa dimanfaatkan namun nggak bisa berbuat apa-apa atau dia dimanfaatkan tapi gak sadar atau kedua pihak saling memanfaatkan. Nyebelin sih, cuma dunia memang seperti itu :) #senyuminaja

Eh bentar.

Kok aku ngerasa bagian (of course she is my friend) membuatku merinding ya.

POKOKNYA AWAS KALAU SUATU SAAT SETELAH BACA INI KAMU UNGKIT KALIMAT KU BARUSAN!!! #who #nugu #man

Sisa perjalanan dihabiskan dengan hening, ada yang tidur, ada yang hanya memejamkan mata, ada yang berbicara sambil bisik-bisik. Aku yang gak bisa tidur cuma memejamkan mata sambil sayup-sayup bernostalgia saat mendengar sebuah lagu yang di putar di radio Elf. Ingat kalau dulu ada orang yang ngirimin aku lagu ini dan kudengar waktu nunggu TransJog di shelter SMP Negeri 5 (astaga, seinget itukah gue, wkwk) hingga tanpa sadar aku ikut nyanyi sedikit-sedikit.

Janganlah kau tinggalkan diriku
Takkan mampu menghadapi semua
Hanya bersamamu ku akan bisa

Kau adalah darah ku
Kau adalah jantung ku
Kau adalah hidup ku
Lengkapi diri ku
Oh sayangku, kau begitu
Sempurna... Sempunaa...

Emang lagunya agak rada. Setelah dibuat nostalgia sama lagu waktu perjalanan ke gumuk. Sekarang lagu lama nongol lagi waktu perjalanan pulang. Mau ngakak cuma keinget sama memori tempo dulu, gimana dong. Ahamdulillah sekarang udah berhenti denger lagu begituan, hehehe.

Hari itu memang tidak banyak memberi kenangan, namun cerita yang dihasilkan cukup menjadi bukti bahwa KLASIK masih memiliki kebersamaan. Mungkin ini postingan terakhirku yang sampai beberapa part tentang kelas kita habis aku sedih masa tulisan soal KLASIK lumayan banyak di blog ini. Mungkin suatu saat aku akan menulis tentang kalian lagi, saat kita hendak berpisah aku rasa?

Fight for our super intensif on this month!!

Salam Semangat!
shofwamn

0 komentar