Bianglala

  • Home
  • Kaleidoskop
    • BTN Entertainment
    • 128 Kata
    • 30 Tema Menulis
  • Seri Pengingat
    • #1 Paman Pelukis
    • #2 Memaknai Temu
    • #3 Don't Talk to Me About Muhammad
    • #4 Koreksi Niat
    • #5 Menyesal
    • #6 Salat Tepat Waktu?
  • Sosial Media
    • Instagram
    • Steller

Hari ini banyak sekali postingan #2015bestnine entah di Ask.Fm maupun Instagram. Aku kemudian iseng-iseng nyoba, dan kalau diperhatiin #2015bestnine ku yang foto makanan kalau ditarik garis bakal jadi simbol segitiga terbalik.
#barunyadar

ILLUMINATI MODE : ON

Mau cerita dibalik foto #2015bestnine aja deh. Here we go :



1. PAPEDA

Weh itu juga bentuknya segitiga terbalik, kalau versi positive thinking nya mah itu telinga Mickey Mouse. Lucu ya? Apa? Nggak lucu? Ah, jangan bohong deh.

Aku kalau sedang liburan pulang kampung punya beberapa agenda wajib yang harus dilakuin. Salah satunya MAKAN PAPEDA (atau popeda?) ini juga sebenernya karena sebelumnya dapet undangan makan dari tetangga, sama kayak kalau Lebaran kurang afdhol rasanya kalau belum makan Coto Makassar. Tapi, lebaran kemarin tetangga ku yang rumahnya cuma berjarak lima langkah dari rumah ku udah pindah. Agak sedih sih, soalnya aku lumayan suka sama anak bungsu di rumah itu, anaknya lucu hiperaktif dan punya logat, hahaha, cute banget lah pokoknya, luv.

Alhamdulillah, emang udah jadi kebiasaan atau gimana, H+gatau berapa lebaran tetangga ku itu main ke rumah, ngobrol ala ibu-ibu lah pokoknya, terus nanya kapan aku+adek ku+kakak ku balik ke tempat rantauan masing-masing terus kami diundang makan Papeda. Aku langsung seneng, tbh aku emang udah nunggu buat undangannya sih, hehe, soalnya makanannya enak:3

Jadilah aku makan Papeda. Papeda itu tepung sagu yang disiram air mendidih terus diaduk sampai lengket dan kenyal kayak lem, cara makannya begitu masuk mulut langsung ditelen, kalau dikunyah bakal berubah kembali jadi air. Sebelum dimakan, papeda nya di cubit-cubit jadi gumpalan kecil (yekali lo mau masukin satu gumpalan gede langsung ke mulut? itu mulut manusia apa mulut kudanil), karena emang pada dasarnya papeda itu lengket jadi makannya pakai kuah ikan kuning (ENAK BANGET, GAK BOONG), untuk pelengkap biasanya disediain kasbi rebus, pisang rebus, sayur daun kasbi, dabu-dabu kacang, dabu-dabu beo, ikan goreng.

Kasbi = Singkong
Dabu-dabu = Sambal

2. Study Tour #ABY16GoesToAppleCity

Pas masih di hotel, habis sarapan, aku sama Ula explore bagian-bagian hotel. Biasalah anak-anak kurang kerjaan yang tidak bisa duduk manis. Sebenarnya aku nggak mau post foto itu tapi saat itu lagi ada sedikit masalah antara akun facebook ku dengan akun instagram ku yang lain. Jadi tiap ada temen facebook yang bikin IG, ntar notif nya malah muncul di 2nd akun IG ku, makanya aku post foto tersebut lalu aku share ke facebook biar notif nya masuk ke akun IG ku yang pertama.
photo taken by : Nuwailah Nuh yang habis punya saudara ipar (aku doakan kamu cepat menyusul)

3. Cumi Balado

Waktu itu Abi pulang bawa Cumi-cumi satu ekor yang gede banget (first time liat cumi segede itu). Terus ku masak balado gara-gara waktu praktek masak SBK di sekolah kelompok ku masak itu, sebelumnya aku juga udah coba masak Cumi Balado tapi pake cumi-cumi yang kecil dan hasilnya bukan merah tapi malah item:( rasanya pedes tapi tampilannya kayak dikasih kecap, tinta-tinta tak tahu diri memang. Aku cuma masak setengah ekor, setengahnya lagi di goreng tepung.

4. Sibela Mount

Shofwa yang ngerasa loneliness di rumah memutuskan untuk berjalan-jalan sebentar. Kak Muna sama Nadia belum ada di rumah, jadi nggak punya temen #anaknyaAnSos
Itu gunung-nya Bacan dan bukan gunung yang aktif, sekilas mirip Tangkuban Perahu kan? Shofwa kecil pernah ngayal kalau di puncak gunung tersebut ada rumahnya raksasa.

5. Greeting from Reykjavik, Iceland

Ceritanya, aku nemu akun di Ask.Fm. Cewek Indonesia yang sekarang tinggal di Iceland, nah kakak nya lagi buka free-sign (kalau sekarang udah berbayar, huhu) sekalian mau nge-promosiin Iceland karena banyak yang belum tau soal Iceland. Yaudah aku ikutan minta dibuatin sign, awalnya cuma buat ku doang tapi aku bilang ke kakak nya gini "By the way, boleh nitip dua foto nggak kak? Soalnya akhir november kakak ku ulang tahun." terus e-mail ku di balas, "Hallo! Sebenernya rules nya ga boleh nitip tapi berhubung untuk birthday wishes aku tulisin ya^^"

Kakaknya memang baik:) Jadilah aku punya birthday greeting from Iceland.

6. Bintang Laut

Ini waktu acara halal bi halal di Nusa Raaaaa, ya ampun, pengen kesana lagi bareng temen-temen. Bintang Laut kayak gitu emang sering banget ditemuin di Nusa Ra/pantai lainnya. Bocah-bocah ngambilin banyak banget terus di bawa ke tepi pantai buat mainan, kayak gak mikir kalau bintang laut itu makluk hidup:') Tapi akhirnya kita kembaliin ke laut lagi kok (meski beberapa cuma di lempar doang).

7. Friendship

Masih di acara yang sama, yaitu halal bi halal. Meskipun aku tahu aturan "bawalah pakaian ganti ketika ke pantai walau pun tidak memiliki niat untuk berenang" tapi tetep aja aku nggak bawa baju ganti waktu ke Nusa Ra. Pikir ku, aku bakal dimintai tolong para Ummi untuk bantu-bantu nyiapin makanan. Faktanya, banyak amah-amah yang jadi sukarelawan hingga membuat ku serta teman-teman menjadi pengangguran. Aku sama temen-temen mainku sejak jaman SD yang masih polos sampai jadi senior di SMA tapi kelakuan masih nggak sadar umur akhirnya memutuskan buat foto-foto biar punya kenangan yang tersimpan dan tak terlupakan. Kak Muna sibuk ngobrol sama kakak kelasnya yang keluarganya baru pindah ke Bacan, namanya kak Nadia. Ketika aku masuk ABY, di tahun yang sama kak Nadia lulus dari ABY, jadi aku nggak terlalu kenal.

Setelah beberapa saat, kami bosan ( kami = Aku dan Ifah serta para adik-adik), kak Muna juga bosen, kak Nadia juga nggak tau mau ngapain. Lalu kami melihat ada perahu karet yang terdampar manis di pesisir pantai

Kak Nadia : Eh, itu perahunya boleh dipake nggak ya
Kak Muna : Nggak tau
Kak Nadia : Coba yuk, kesana
Kak Muna : Boleh

Aku dan Ifah yang lebih muda dari mereka berdua hanya mengekor, para adik-adik yang jauh lebih muda ikut mengekor pula tanpa banyak bicara. Ternyata perahu karet nya boleh dipake, kapasitasnya cuma empat orang. Alhasil, yang naik cuma Aku, Ifah, kak Muna, dan kak Nadia. Maaf ya para adik, ini saat nya kalian ngalah dulu untuk kakak-kakak kalian yang udah sering ngalah^^

Dan entah kenapa, aku dan Ifah lebih jago ndayung jadi kami berdua lebih banyak berurusan dengan dayung sedangkan para kakak yang lebih tua sibuk mempromosikan Nusa Ra


8. Pancake Essen

Essen adalah toko roti yang berjarak 500 meter dari Asrama dan merupakan destinasi yang sering dipilih untuk mencari Wi-Fi (tapi ternyata lelet kalau buat download). Menu favoritku adalah Risol Mayonnaise, sejauh ini belum ada yang ngalahin Risol Mayo di Essen. Murah pula. Essen juga terkenal akan pancake nya, menu yang aku pesan saat pertamakali ke Essen adalah Pancake Keju Spesial. Sedangkan yang ada di foto adalah Pancake Oreo Keju. Kalau tidak salah, saat itu kami sedang libur lalu brunch di Essen.

9. Jembatan Batu Bacan

Aku inget banget kenapa bisa kesini, haha. Waktu itu lagi acara makan-makan bakso di rumah Kak Nadia terus Balqis minta ditemenin cari pulsa. Pergilah aku dan Balqis ke warung yang jualan pulsa, begitu mau balik ke rumah kak Nadia lagi tiba-tiba Balqis ngajak jalan-jalan dulu. Berhubung aku udah makan bakso, yaudah aku iyain aja. Ternyata Balqis mau silaturrahmi ke rumah orang tua-nya si doi (status kalian apa sih dulu? pacaran? atau apa?:v), aku langsung ketawa, agak-agak aneh gitu soalnya belum pernah sendirian silaturrahmi ke rumah orang. Waktu sampe di rumahnya, kita parkir motor di luar pagar terus ngintip dari luar, ternyata tuan rumah sedang ada tamu. Terus Balqis ngajakin pergi bentar, sampailah kita berdua di Jembatan Batu Bacan. Ternyata itu jembatan biasa aja, tak memberiku kesan apapun. Foto-foto bentar, lalu kembali meluncur ke rumah kak Nadia dan ngelewatin rumah orang tua nya doi lagi tapi masih ada tamu jadinya gagal deh silaturrahminya, hehe.
photo taken by : balqisqonita yang sedang berusaha untuk masuk ke FK


Pengarang :TERE LIYE
ISBN :978-602-082-212-9
Terbit :Jakarta, 2015 
Halaman :iv+ 400 Halaman
Harga :Rp. 65000,-
Berat :300 gram
Dimensi :13.5 X 20.5 Cm
Cover :Soft Cover

Sebagai orang yang masih harus belajar untuk menggapai sebuah kelulusan, disitu terdapat godaan besar untuk membeli hal-hal yang bisa membuat kebahagiaan muncul sesaat. Hal-hal yang terkadang perlu dipikir berkali-kali. Mana yang prioritas dan mana yang bisa ditunda. Hal-hal ini terkadang meresahkan, membuat bingung, dan memusingkan.

Hal-hal kecil seperti membeli sebuah buku.

Anyway, i love reading! Meski pun akhir-akhir ini hobi tersebut seperti agak memudar, tapi ada beberapa penulis yang bukunya tidak bisa tidak jadi prioritas. Aku tipe orang yang sekali suka sama satu penulis maka sukanya langsung ngerembet ke semua karya penulis tersebut.

Dan Tere Liye adalah salah satunya.

Aku agak telat membaca karya-karya bang Tere. Novel pertamanya bang Tere yang aku baca adalah Burlian, lalu Pukat yang dibawa kakak saat pulang ke rumah. Saat itu adalah saat dimana aku sedang mengalami perpindahan bahan bacaan, dari buku-buku Pink Berry Club ke novel-novel tebal. Karena aku langsung jatuh hati sama serial anak-anak Mamak, aku mulai membeli novel karangan bang Tere yang belum dimiliki kakak, bahkan beberapa novel terakhir ku beli melalui Toko Buku Online Delisa.

Tapi tidak untuk novel Pulang. Seperti yang sudah aku bilang sebelumnya, banyak hal-hal kecil yang dapat memberikan kebahagiaan sesaat namun tidak semua hal kecil tersebut harus menjadi prioritas. Novel Pulang terbit bertepatan dengan kebutuhan pokok ku yang mendadak tambah banyak. Mau tidak mau, aku terpaksa menunda membelinya, Mujur memang tak dapat diraih, malang memang tak dapat ditolak, namun keberuntungan muncul menjadi penolong. Seorang kenalan memberikan novel Pulang nya kepada ku sebagai hadiah. Begitu sampai di tangan, aku langsung membaca dan menyelesaikannya dengan waktu sekitar lima jam.

Novel bang Tere kali ini menarik hingga membuatku tertarik untuk me-reviw nya. Seperti yang sudah kulaukan sebelumnya, aku membagi review Pulag menjadi tiga bagian : Sampul, Isi, Ending. Nggak usah berlama-lama, here we go :

Cover



Seperti yang Tere Liye lakukan dalam buku #AboutLove, Tere Liye membuka voting untuk beberapa pilihan cover novel Pulang di fanpage facebook nya. Cover yang paling banyak peminatnya akan dijadikan cover novel. Aku sempat ikut memilih dan pilihan ku adalah yang Alt. Sunrise. Why? because i'm love at first sight with the cover. Mulanya aku pikir itu sunset (maaf, kadang banyak pikiran jadi suka ketuker antara sunrise sama sunset) makanya cocok, yang kelihatan baru setengah matahari. Kalau sunset kan bisa sok berfilosofis bahwa seperti matahari yang hendak pulang setelah lagi-lagi melewati satu hari perjalanan panjang dari timur ke barat, novel Pulang bercerita tentang seseorang yang menyelesaikan perjalanan panjangnya dengan kehidupan.

Baru beberapa saat kemudian sadar kalau alternatif covernya adalah sunrise yang artinya matahari terbit, filosofi nya bisa diganti dengan seseorang yang hidup di dunia kegelapan lalu ia tiba di satu titik dimana ia menemukan arti Pulang yang sebenarnya dan mengeluarkan ia dari kegelapan. Setelah kamu membaca novel nya kamu bakal sadar kalau filosofi tentang sunrise banyak benarnya. Aku nggak milih pohon karena aneh, judulnya Pulang kok covernya pohon kan agak nggak nyambung. Dan pada akhirnya, cover Alt. Sunrise lah yang diputuskan untuk menjadi cover Pulang, yeay!

ISI

Begitu membaca paragraf pertama, aku langsung teringat akan film Inside Out, Tere Liye menggambarkan bahwa si tokoh utama tidak memiliki rasa takut. Aku tertawa kecil karena dulu novel Rindu pernah mengingatkanku akan film Frozen karena kakak beradik yang bernama Elsa dan Anna. Novel Pulang menggunakan alur maju-mundur dengan gaya bahasa yang tidak memusingkan. Gaya tulisan yang digunakan agak mirip dengan novel Bidadari-Bidadari Surga. Dalam novel Pulang diceritakan bahwa si tokoh utama yang dipanggil Bujang dan memiliki julukan Si Babi Hutan adalah laki-laki yang mewarisi darah tukang jagal nomor satu dari ayah nya dan darah Tuanku Imam dari ibu nya. Dia dijadikan anak angkat oleh seorang Tauke Muda yang merupakan saudara angkat ayah nya. Bujang anak yang cerdas dan tak kenal lelah, terbukti saat dia harus sekolah di pagi hari lalu latihan fisik saat malam tiba. Bujang juga menguasai ilmu samurai dan ilmu menembak dari oran yang ahli di bidangnya masing-masing.

Novel Pulang tidak sesederhana judulnya, sebenarnya apa itu pulang? kemanakah kita harus pulang? dimana tempat pulang? pertanyaan-pertanyaan tersebut akan terjawab seiring kamu membuka lembar demi lembar halaman novel tersebut. Pertanyaan yang muncul beriringan dengan sebuah dunia yang tidak terdeteksi.

Pernah dengar istilah shadow economy? Aku tidak pernah membacanya sebelum novel Pulang ada. shadow economy adalah ekonomi yang berjalan di ruang hitam, di bawah meja. Pakar ekonomi menaksir nilai shadow economy setara 18-20% GDP dunia. Angka sebenarnya dua kali lipat dari itu, (hal 30)

Meski pun Bujang hidup di dunia yang tidak diketahui orang banyak, dunia gelap dimana semua cara di halal kan, namun Bujang tetap mematuhi permintaan akhir Mamak nya yaitu tidak meminum minuman keras atau memakan makanan haram.

Ending

Dalam situasi kritis dimana Tauke Muda (yang gelarnya sudah berganti Tauke Besar) sakit keras hingga tinggal menunggu ajal menjemput justru di saat yang bersamaan muncul sebuah pengkhianatan. Rencana balas dendam yang sudah direncanakan selama bertahun-tahun oleh seseorang yang tak terduga. Bujang yang dari lahir memang cerdas menyadari pengkhianat tersebut hanya dengan satu kalimat yang di ucapkan si pengkhianat.

Bagaimana cara Bujang menyelesaikan pengkhianatan dari dalam? Bagaimana Bujang menyembuhkan rasa sedihnya akibat kehilangan Bapak dan Mamak untuk selamanya? Bagaimana Bujang menyadari makan "Pulang" yang sebenarnya? Tere Liye menjelaskan hal-hal tersebut dengan rinci, dengan pemahaman hidup yang baru, dengan padat dan jelas.

Novel Pulang adalah novel yang mengajari arti hidup dengan sudut pandang baru. Recommended buat kalian yang sedang mencari jati diri!:)
Sebenernya, bagi sebagian dari kalian, mungkin mendengar seseorang menjadi hafizhah adalah hal yang biasa, i'm right? Selama ini aku juga gitu kok, biasa aja, kayak "wah, dia udah hafal qur'an. Sama kayak hal-hal lain, misal si fulan kuliah di Oxford, si fulanah kuliah di Cairo, si anu udah travelling ke beberapa negara, si ano menguasai banyak bahasa.

Biasa aja, cuma wow bentar terus udah, gak pake acara cerita heboh ke temen dan lain-lain, ya karena : Pertama, aku nggak kenal sama yang bersangkutan. Kedua, pasti banyak orang yang langsung terinspirasi/jatuh hati sama yang bersangkutan (salah satu alasan aku jarang mengidolakan orang adalah karena aku tau orang tersebut udah di-idolakan sama banyak orang) terkecuali kalau emang bener-bener bisa mempengaruhi pikiran ku. Ketiga, aku nggak melihat sendiri perjuangannya dari awal. Keempat, kenapa kita mengidolakan banyak orang sedangkan kita bisa mengidolakan diri sendiri? #EA #selfconfidentmeroket #akusiapa

Tapi hari ini, eh bukan, tapi sekitar satu bulan yang lalu pandangan ku terhadap satu hal berubah. Apa lagi kalau bukan tentang penghafal qur'an?

Jadi sejak tahun lalu yayasan MULIA mengadakan acara yang namanya Haflah Khotmil Qur'an. Inti acara tersebut adalah untuk me-wisuda siswa/i yang sudah memiliki hafalan yang jumlahnya mencapai batas minimal yang ditentukan panitia. Kita bakal maju ke panggung lalu membaca beberapa ayat dari suatu surah. Ngomong-ngomong Yayasan MULIA adalah yayasan yang membawahi TK IT Muadz bin Jabal, SD IT Lukman Al-Hakim, SMP IT Abu Bakar, dan SMA IT Abu Bakar.

Total murid SMA IT yang ikut Haflah tahun ini ada 73 anak, sedikit? dibandingkan tahun lalu, jumlahnya justru meningkat. Lagi pula ada beberapa anak yang hafalannya mencukupi tapi tidak ikut karena waktunya terbentur dengan acara lain. Target minimal nya sekian juz, untuk ukuran anak SMA bisa dibilang dikit, dikit banget malah.

Bulan lalu, saat ustadzah tahfidz mendata siapa aja anak-anak KLASIK yang bakal ikut. Aku baru tau kalau Ainun  udah nyelesein hafalannya.

UDAH SELESAI! 30 JUZ!

Reaksi pertama? Kaget.

Kenapa aku kaget begitu tau Ainun udah menyelesaikan hafalannya? Karena setauku dia masih kurang beberapa surah sebelum menyempurnakan 30 juz, dan dia nggak pernah mau jawab kalau ditanya berapa juz yang dia hafal. Selalu geleng-geleng atau cuma diem. Kalau nggak ada acara Khotmil Qur'an kayaknya aku nggak bakal tau dia udah jadi hafizhah.

Hari ini, Ahad 20 Desember 2015, Ainun nerima reward dari sekolah bersama dengan satu orang siswa SMP yang juga udah hafiz. Kalian bisa nebak sendiri reward apa yang dia dapet dengan melihat foto di atas. Nggak perlu di jelasin lah ya. Ainun itu siswi pindahan, dia masuk ke sekolah ku kelas 10 semester genap, waktu itu hafalannya baru 4 juz.

Dipikir-pikir, dari empat kriteria mencari Istri ala hadist. Ainun sudah memenuhi semuanya. Wajah? cantik kok. Harta? Bisa-bisaa. Nasab? Yang aku lihat sih, baik. Agama? Nggak usah di tanya lagi deh. Dia juga bisa ngerajut, mana otodidak pula, nggak paham lagi sama anak satu ini. Skill bahasa nya juga oke, kata kak Adrian di suatu malam :

KA : Ada dua anak diantara kalian  yang kemampuannya udah jauh banget, kalian udah nggak level lagi sama mereka berdua.
K : Woooooo.
KA : Loh, beneran. Pas aku liat kertas jawaban nya aku mikir, "Wah, gila. Ini mah udah jago."
K : Siapa kak?
KA : Ainun dan Lusi.

Kak Adrian itu anak Psikologi UGM yang ngajar Bahasa Inggris buat bimbel malam di kelas ku.

Sekarang aku punya temen sekelas yang juga penghafal qur'an. Untuk kali ini aku takjub, takjub karena aku melihatnya membuka kitab suci tiap istirahat. Karena sifat tidak-mau-memberitahu-jumlah-hafalannya. Karena ia tidak tertular sifat yang tidak menguntungkan di sekitarnya. Karena Ainun berhasil di SMA IT. Ya gimana sih ya, sekolah ku itu meskipun ada embel-embel Islam Terpadu tapi dalem nya nggak islam-islam banget. Kayak setengah islam setengah negeri. Ada yang sholeh/ah ada yang sedengan. Intinya mah, bakalan susah kalau emang niat nya nggak kuat. Mudah-mudahan Ainun bisa menginspirasi siswi lain. Niat baik nya semoga bisa menular ke personil KLASIK yang lain. Aamiin.

Tahun depan Ainun bakal ke Thailand  buat mengikuti acara Astronomi bareng satu siswa dari sekolah lain. Mereka berdua yang ngewakilin Indonesia di acara tersebut. Level nya tingkat ASEAN. Ini aja aku denger dari temen (maaf, efek gak bawa hp, kudet akan segala hal). Aku belum tau pasti acara apa, yang jelas, doanya jangan lupa supaya segalanya lancar.
(RALAT : Ternyata bukan cuma dua orang, tapi dari Indonesia ada beberapa orang. Asumsi ku sih Ainun bakal ikut  NARIT ASEAN Astronomy Camp 2016.
RALAT 2 : Ainun emang ikut NARIT ASEAN Astronomy Camp 2016)
Bye..

waving
shofwamn
source : IndieCorp's Instagram

Halo Liburan!
Enam hari yang lalu, aku baru aja menyelesaikan UAS terakhir di jenjang yang bernama SMA ini. Seperti Ujian-ujian yang sudah terlewati, aku masih tetap belum menemukan bagaimana cara belajar yang memberi hasil tanpa perlu membuat kamar berantakan dan pusing, i mean, ngerjain tumpukan soal biar terbiasa dan menjadi pintar memang sepertinya cara paling efektif hanya saja buku-buku kumpulan soal tersebut mengeluarkan aura energi positif dan ketika bertemu denganku yang juga ber-aura energi positif, terjadilah peristiwa tolak-menolak yang dimana hal tersebut membuat kami tidak bisa bersatu. #FisikaBerbicara

Dan seperti liburan semester ganjil dua tahun terakhir, aku menghabiskan waktu seharian di Asrama. Well, khusus hari ini akhirnya satu target ku terealisasi yaitu: numpang WiFi di kantor TU!! Untuk seorang anak Asrama yang lumayan hobi berselancar di dunia maya, paket data termasuk prioritas utama yang tidak penting karena lebih banyak memberikan efek yang tidak jelas (apakah efek ini baik/buruk) apalagi harga untuk paket internet selalu naik tiap aku hendak membelinya. Jadi, WiFi gratis merupakan sesuatu yang diincar demi sebuah kebahagiaan sesaat, mana yang katanya Asrama mau dipasang WiFi sebagai pengganti karena udah nggak boleh bawa hp lagi, tiga tahun tinggal disini cukup memberikan pengalaman bahwa percaya pada omongan semata merupakan perbuatan bodoh. Boro-boro WiFi, itu hp Asrama yang simcard nya Telkomsel pulsanya gak pernah diisi, sekali diisi cuma 5 rebu. Apakah para petinggi pikir 5 rebu nya Tsel sama 5 rebu nya IM3 itu sama?


Aku hanya membuang-buang waktu kalau ngomongin para petinggi (yang pintu kamarnya persis berada di serong kiri pintu kamarku), heran juga kenapa dulu aku nggak membenci mereka. Nggak suka sama kelemahan yang satu ini, kayak kamu punya temen dan kamu nggak pernah nyari masalah sama dia tapi tiba-tiba dia ngelapor kalau kamu pacaran lalu kamu membencinya lalu kemudian kamu sadar kamu nggak bisa membencinya hanya karena wajahnya yang tidak menunjukkan rasa bersalah dan sikapnya yang biasa saja seakan tidak pernah terjadi apapun.
MINTA DIAPAIN ORANG YANG KAYAK GITU, KZL!

Sering sekali seperti itu, kayak di satu waktu kita benci banget namun di waktu yang lain kita bakal tertawa mengingat betapa konyolnya kita karena pernah membenci satu hal yang kalau mau di pikir dua kali, hal tersebut tidak layak untuk dibenci.

Hidup memang aneh bukan? Di saat beberapa tahun lalu aku merasa betapa bebasnya menjadi orang yang udah punya KTP, apa-apa gak dilarang, tidur malam nggak dimarahin, pergi pagi pulang malam nggak ada yang peduli. Justru ternyata dibalik semua itu ada sesuatu yang anak kecil belum paham. Aku baru menyadari bahwa sebenarnya orang-orang yang ber-KTP ini memiliki masalah di dalam dirinya sendiri, istilah kerennya mah, lagi nyari jati diri serta tersesat dan tak tau arah jalan pulang.

Target-target yang biasanya sudah terbuat pun terkadang juga suka melenceng ke segala arah. Lebih baik. Lebih buruk. Gagal. Mundur kebelakang. Benar-benar harus memiliki fokus jika tidak ingin melenceng.  Seperti sekarang, aku kayak orang awam yang berbicara penuh omong kosong tentang hidup padahal sebenarnya targetku adalah menyelesaikan part 3 behind the scene pemotretan buku tahunan sekolah yang sempat terbelangkai.
(PART 3 SEKALIGUS PART TERAKHIR)
(YEAHHH! I'M SOOO HAPPY)
(BYEBYE PART 4! TIDURLAH DENGAN TENANG DI ALAM PIKIRAN)


Baca BTS Pemotretan BTS : PART 1 | PART 2

Saat ini, pemotretan di gumuk sebulan lalu seakan sudah terlupakan. Tenggelam dalam lautan pikiran dalam. Kalau kamu mengangkatnya menjadi topik di suatu forum pembicaraan, aku yakin kamu bakal dikacangin (HAHA) ya karena gumuk pasir tidak meninggalkan kenangan apa-apa (beda dibandingkan study tour yang kenangannya sampai tumpeh-tumpeh). Keinginan untuk menceritakan pemotretan KLASIK juga sudah pudar seiring Kai ku yang sempat disekap dalam ruang kosong oleh para petinggi (KENAPA PARA PETINGGI TERKETIK LAGI).

Ngomong-ngomong, Kai itu nama laptop ku #bukanbias #sorrynotsorry

Kalau aku ingat-ingat dan kalau aku mau cerita secara rinci, ending part dua baru menceritakan 1/3 perjalanan potret-memotret. Yang tanpa dijelasin pun kalian tahu bahwa aku akan menyingkat segalanya dalam postingan ini yang juga merupakan postingan terakhir tentang foto BTS.

Maaf ya foto ekskul. Maaf ya foto personal. Maaf ya foto guru. Maaf ya foto angkatan. Kalian tidak berharga. 

Kejadian sebenernya 43 hari yang lalu nggak sedramatis yang diceritakan pada akhir ending part 2, aslinya cuma berhenti mendadak sambil bilang "itu ngapain mereka disana?" waktu ngeliat -kalau nggak salah- empat orang yang menempati spot foto kelompok ku. Emang sih itu tempat umum which means kita nggak punya hak buat marah-marah kayak "Heh, ngapain lo disini? pergi sana! Gue ada pemotretan!!"

Akhirnya aku sama Maya memutuskan untuk duduk sejenak di samping semak belukar yang berjarak sekitar lima puluh meter dari pohon yang kayak pohon kelapa tapi bukan pohon kelapa atau mungkin memang pohon kelapa tersebut, foto-foto bentar menuhin galeri hp lalu Maya menelpon Sasa melalui layanan WhatsApp.

M :"Halo? Saaa?"
S : "Drtt...drrrtt...ya..halo?"
M  : "Tempat kita dipake orang.."
S : "Halo? May? Kamu bilang apa tadi?"
M : "Ula mana Ula?"
Suara berganti dari yang lembut ke suara nenek lampir
U : "Kenapa May?"
M : "Tempat kita dipake sama orang."
U : "Siapa?"
M : "Nggak tau, kayakna mereka lagi pemotretan gitu."
U : "Sekarang kamu dimana?"
M : "Aku sama Shofwa lagi duduk di deket semak."
U : "Yaudah nanti aku kesana sama Sasa."
M : "Oke."

Nggak lama kemudian Sasa dan Ula datang sambil bawa keranjang makanan. Kita masih bingung gimana caranya biar bisa foto di tempat yang udah kita tentuin, aku yang nggak ahli ngomong sama orang asing cuma bisa liatin sekelompok orang tersebut -aku tebak mereka mahasiswi- sambil ngeluarin kata-kata yang sama sekali nggak membantu, contohnya, "astaga gaya apaan itu. Ew, kayak cabe-cabean."

Setelah menunggu sekitar 10 menit, kita/kami (bingung lah mau make yang mana) jalan untuk mencari tempat baru karena melihat tanda-tanda bahwa para mahasiswi tersebut bakalan nggak pergi dari bawah pohon dalam waktu dekat. Tapi tetep aja, yang pertama memang selalu susah dilupakan dan dicari penggantinya. Seperti lo ngalamin love at first sight sama seseorang kemudian lo tau orang itu udah punya pacar, lo bakal bilang sama diri sendiri bahwa selama janur kuning belum melengkung maka lo masih punya kesempatan.

Dipikir-pikir, istilah janur kuning belum melengkung hanya dipake sama orang yang baik-baik serta tidak suka cari masalah soalnya meskipun udah nikah pun kesempatan untuk memiliki doi masih tetep ada, misalnya selingkuh gitu.

WKWKWKWKWKWKWKWKWKWKWKWK

Kita (oke, make kita aja) akhirnya nemu satu tempat yang letaknya lumayan deket dengan lokasi fotonya kelompok tiga tapi seperti yang udah aku bilang di atas, kita lebih suka spot yang pertama alias yang di bawah pohon karena tempat yang kita temuin untuk lokasi darurat SAMA SEKALI tidak layak untuk dijadikan spot pemotretan. Bayangin aja kamu udah make baju bagus tapi fotonya di bawah tumbuhan semak belukar yang sebagian kering akibat cuaca panas dengan properti bungkus makanan.

Ini mau foto BTS atau foto iklan Buanglah Sampah Pada Tempatnya?

Kita pun pergi ke lokasi pertama, nggak persis di bawah pohonnya sih soalnya masih dipake buat pemotretan. Kita berdiri agak-agak deket berharap para mahasiswi tersebut peka kalau kita mau foto disitu, aku tetap nyerocos soal "gaya cabe-cabean" waktu liat si model bikin gaya yang gatau lah, pokoknya menurutku agak alay aneh nggak cocok gimana gitu. Dah, kita berdiri kayak orang kehilangan tujuan hingga aku-lupa-siapa memutuskan buat ngomong sama salah satu mahasiswi kalau kita mau make area bawah pohon buat pemotretan.

Alhamdulillah mbak nya nggak marah

Aku lega sekali 

Duduk lah kita di dekat satu orang Mahasiswi yang asyik baca buku, tiga lainnya berdiri agak jauhan sibuk ngerjain pekerjaan mereka. Sembari nunggu mas-mas IndieCorp yang lagi ngefoto kelompok tiga, kita memutuskan buat ngatur properti yang kita bawa untuk menunjang hasil foto agar lebih berwarna. Kita juga memutuskan buat gak pake tikar. Kan ceritanya kafilah pencari harta sedang istirahat jadi duduknya di atas pasir biar kelihatan lebih real. Yah, meskipun aku tau mau dibikin se-real apapun tetep aja hasil fotonya bakal kayak foto-foto BTS pada umumnya. Ketika lagi asyik menunggu sambil mandangin awan, tiba-tiba telingaku menangkap satu suara

"Bilang pa kita kalo ngoni su mau pulang"

Aku langsung terlonjak sambil bikin ekspresi like TADI DIA NGOMONG APA?!

((kita)) ((ngoni))

Wow wow wow. World is sooooo small

Langsung geleng-geleng kepala, nggak nyangka bakal denger orang ngomong dengan aksen timur di tengah gumuk pasir. Langsung excited sendiri kayak gak pernah nemu orang timur selama di Jogja. Lupa kalau tadi sempat bilang gaya mereka kayak cabe-cabean. Pengen nyapa pake bahasa timur. Rindu ngomong pake bahasa timur abal-abal. Rindu sekali. Sayang, aku penakut. Ntar dikira sok kenal sok nyapa duluan. Alhasil cuma bisa liat mbaknya dengan mata berbinar. Mbaknya nggak ngeh aku liatin. Shofwa pun dikacangin oleh seorang mahasiswi yang sibuk membaca buku berbau politik.


Setelah bereaksi terlalu over hanya karena mendengar aksen si mbak tadi, aku kembali duduk tenang dengan kesabaran menunggu mas-mas IndieCorp sambil sesekali ngelirik ke arah mbaknya yang tetep fokus sama buku, sesekali ngelirik ketiga temennya yang masih sibuk ngambil foto. Anehnya, aku udah nggak melihat unsur cabe-cabean di dalam gaya mbak model yang sempat kubilang cabe-cabean tadi. Apakah ini efek magis dari sebuah aksen yang selalu aku rindukan. Aku tak tahu.

Singkat cerita, kita udah selesai di foto dalam waktu singkat soalnya kita sadar masih banyak kelompok yang belum di foto sedangkan waktu terus berjalan. Oh ya, pas mau di foto mas-mas IndieCorp nya nyuruh kita biar pake tikar. ASTAGA MAS, TIKAR LETAKNYA 150 METER DARI SPOT FOTO! Aku gak mau ambil risiko membenamkan kaki-kaki ku diatas pasir lagi, lebih tepatnya sih aku capek jalan. Setelah diem-dieman cukup lama, Ula berdiri dan langsung pergi ke tempat peristirahatan KLASIK buat ngambil tikar, muka dia udah bete menjurus ke badmood. Semoga Allah melimpahkan banyak pahala atas kesediaan mu itu ya Ul. Tapi sama aja sih, begitu balik dia gak mau ngatur properti lagi dan malah nyuruh kita bertiga buat nyiapin tempat sedangkan dia hanya diam mengawasi, dasar!

Setelah menyelesaikan pemotretan pada hari itu, Sasa yang emang datang sendiri bareng keluarganya langsung pamit pulang meninggalkan anggota KLASIK yang masih dalam proses menunggu pemotretan beberapa kelompok lagi sebelum bisa merebahkan diri di atas kasur.

Memang hari itu adalah hari yang panjang dan melelahkan.

Sekitarab ba'da  Asar, aku memutuskan buat mengelilingi area gumuk seraya melihat proses pemotretan kelompok lain. Panas pasirnya udah mereda seiring matahari yang semakin ke barat. Nggak banyak yang bisa dilihat sih, hanya pasir yang dikelilingi oleh semak, beberapa rumput liar yang aku gak tau kenapa bisa nongol di tengah gumuk, sama pohon. Menurutku, gumuk pasirnya nggak luas dan nggak keliatan kayak Padang Pasir.

Ya kali, kamu maunya Gumuk Pasir jadi Padang Pasir beneran? Berhenti berkhayal shof.


Detik, menit, jam mulai berlalu. Tibalah saat dimana tinggal satu kelompok lagi kemudian kita bisa pulang. Entah emang aku yang udah capek atau memang dari tadi seperti itu. Aku ngerasa kelompok terakhir ini fotonya lama banget sampe harus dibantu supaya hasilnya bisa bikin mas IndieCorp mengacungkan jempol. Aku masih ingat siapa kelompok terakhir ini, ada Ayu, Asa, Farida, Fatchiya, dan Farras. Scene foto mereka adalah ketika para kafilah sudah menemukan harta karun dan membukanya.

HARTA KARUN YANG ISINYA TUMPUKAN KITAB MINHAJUL MUSLIMIN SAMA CERMIN KEBANGSAAN KELAS!!!!!!!!

Jadi mereka disuruh menampilkan ekspresi kaget. Kaget karena isi hartanya hanyalah kitab-kitab yang tidak dimengerti isinya. Dan kalau fotografernya bilang, "1...2...3....," mereka harus membuka mulut sambil ngomong, "Aaaaaa." Kurang lebih kayak gitu. Nah, karena Aaaaaa-nya mereka terdengar lesu padahal udah berkali-kali difoto, kita berinisiatif untuk membantu agar mereka segera selesai. Bantuan yang cukup simpel, hanya ikut-ikutan ngomong Aaaaaa ketika dapat arahan dari mas fotografer, yang membantu dalam teriakan kali ini adalah Farras, Maya, Ula, Salwa, serta Agna (adeknya Asa). Dan scene Aaaaa itu baru foto pertama (tiap kelompok masing-masing di foto dua kali) yaAllah mau "Ayo cepetan ntar keburu maghrib," cuman ndak tega sama mereka yang ingin tampil cantik di BTS. Ngomong-ngomong mas-nya lumayan keren lho, hahaha, mukanya ditutupin sorban, aku suka liatnya #eh

Karena emang yang kelompok terakhir ini memang lama, setelah beberapa kali membantu Aaaaa dan masih aja belum ada acungan jempol dari fotografer, Agna serta Ula serta Maya malah main seluncuran pasir. Mereka nemu pelepah pohon kelapa yang -jangan-tanya-aku-kenapa-ada-pelepah-di-gumuk, sebetulnya ada persewaan papan seluncur hanya saja harga yang dipatok untuk satu jam-nya mahal (versi anak Asrama) sayang gitu ngeluarin sejumlah uang hanya untuk main seluncuran, mending dipake buat beli makanan ketika lauk Asrama nggak enak. Lagipula kita juga nggak bawa banyak uang soalnya kita ke gumuk juga niatnya cuma buat foto.

Selama main seluncuran, aku liat ada sekelompok orang yang datang dan salah satunya makai kostum badut. Sepertinya mereka mau syuting film atau syuting tugas gitu, i dnt care. Ada juga pasangan yang datang pake gaun pengantin dan jas, yap, mereka mau foto pre-wedd. Aku sempet liatin kedua pasangan itu cukup lama.

Pagi ini habis liat video wedding proposal-nya kak Arief ke kak Tipang di pulau Ayer, huhu, aku merinding seketika karena terlalu sweet. Apalagi waktu liat kak Tipang nangis, ya ampun, emang romantis sangat mereka berdua. Pertama kali nonton video wedding proposal 'cause Kak Tipang and Kak Arief is selebask (julukan buat orang yang famous di ask.fm).

Mungkin dua puluh menit ada kali ya nungguin kelompok terakhir, kita langsung hamdalah ma'an waktu mas-mas IndieCorp nya bilang pemotretan udah selesai, berasa hasrat ingin balik ke Asrama menjadi semakin besar, tumbuh, mengakar, membunuh. Nggak, nggak. Berasa yaudah kalau emang nggak ada yang mau foto lagi ayo cepetan balik ke Asrama.

Kabar buruknya adalah, Ainun sudah pulang pake mobilnya meninggalkan KLASIK di gumuk pasir yang mulai gelap. Mungkin emang kita yang kelamaan sedangkan Ainun ditemenin Ibunya, hingga yang tersisa tinggal mobil Farras, mobil Asa, sama Elf Ainun. Selanjutnya bisa di tebak, temen-temen yang berangkat numpang mobil Ainun menyebar mencari tumpangan pulang, kebanyakan dimuat di Elf karena memang space kosonya yang paling banyak. Aku juga naik Elf, posisi duduknya sama kayak berangkat. Baru juga keluar dari pintu selamat tinggal, adzan maghrib berkumandang

"Heii, mau sholat dulu atau gimana?"
"Sholat aja yuk?"
"Langsung Asrama aja."
"Iya, langsung pulang aja."
"Ntar di jama' takhir, kasian pak sopirnya."
"Yaudah, sholat di Asrama."

Kita nggak mampir masjid bukan karena kita nggak mau lho ya, banyak alasan yang mendasari kenapa kita memutuskan buat  nunda sholat. Pertama, udah malem (ini mah jelas-_-) dan kita kasian sama pak sopir yang udah setia nunggu dari pagi. Kedua, dua mobil yang tersisa tadi udah melaju duluan di depan kita, mau minta berhenti pun kita gak bisa menghubungi orang-orang yang di mobil karena sepengetahuan penghuni Elf, anak-anak yang bawa hp di dua mobil itu hp nya udah low batt atau malah mati. Ketiga, kita udah capek. lelah, lesu, kumal, kotor jadi mending nunggu sampai Asrama baru sholat daripada ribet sendiri soalnya banyak yang pengen bersih-bersih badan setelah seharian berpanas dan berpasir ria di gumuk.

Awal perjalanan pulang, telingaku harus rela ndengerin curhatan tiba-tiba seorang temen yang duduk persis di sebelah kanan, si anu gini lah, si itu gitu lah, setengahnya merupakan hal yang nggak jelas, setengahnya lagi berisi kegalauan seorang cewek. Aku, seperti biasa, cuma nanggepin seadanya akibat kondisi tenaga ku yang sudah terkuras banyak. Tapi ada satu pertanyaan yang dia cetuskan sampai bikin aku lumayan mikir.

"Wa, besok kalau misalnya aku udah jadi orang sukses dan terkenal. Kamu bakal deketin aku karena sebagai temen atau karena kamu mau ikut terkenal?" Tanya dia.
Langsung aja aku jawab, "Pertanyaan macam apa itu."
Lalu, suasana pun menjadi melankolis.
Wkwkwkwkwkw, ya kagak lah. Dia nggak ngomong lagi hingga aku pun berpesan, "Aku mau tidur dulu, jangan ajak aku bicara!"

Cuma waktu itu aku beneran mikir, bukan mikir aku deketin dia karena apa (of course she is my friend), aku tuh mikir bahwa sebenernya hubungan antara satu orang dengan orang lain terkadang terlihat kuat dari luar namun kenyataannya hanya seperti benang jahit yang rapuh. Nggak jarang dalam sebuah hubungan selalu ada yang merasa dimanfaatkan namun nggak bisa berbuat apa-apa atau dia dimanfaatkan tapi gak sadar atau kedua pihak saling memanfaatkan. Nyebelin sih, cuma dunia memang seperti itu :) #senyuminaja

Eh bentar.

Kok aku ngerasa bagian (of course she is my friend) membuatku merinding ya.

POKOKNYA AWAS KALAU SUATU SAAT SETELAH BACA INI KAMU UNGKIT KALIMAT KU BARUSAN!!! #who #nugu #man

Sisa perjalanan dihabiskan dengan hening, ada yang tidur, ada yang hanya memejamkan mata, ada yang berbicara sambil bisik-bisik. Aku yang gak bisa tidur cuma memejamkan mata sambil sayup-sayup bernostalgia saat mendengar sebuah lagu yang di putar di radio Elf. Ingat kalau dulu ada orang yang ngirimin aku lagu ini dan kudengar waktu nunggu TransJog di shelter SMP Negeri 5 (astaga, seinget itukah gue, wkwk) hingga tanpa sadar aku ikut nyanyi sedikit-sedikit.

Janganlah kau tinggalkan diriku
Takkan mampu menghadapi semua
Hanya bersamamu ku akan bisa

Kau adalah darah ku
Kau adalah jantung ku
Kau adalah hidup ku
Lengkapi diri ku
Oh sayangku, kau begitu
Sempurna... Sempunaa...

Emang lagunya agak rada. Setelah dibuat nostalgia sama lagu waktu perjalanan ke gumuk. Sekarang lagu lama nongol lagi waktu perjalanan pulang. Mau ngakak cuma keinget sama memori tempo dulu, gimana dong. Ahamdulillah sekarang udah berhenti denger lagu begituan, hehehe.

Hari itu memang tidak banyak memberi kenangan, namun cerita yang dihasilkan cukup menjadi bukti bahwa KLASIK masih memiliki kebersamaan. Mungkin ini postingan terakhirku yang sampai beberapa part tentang kelas kita habis aku sedih masa tulisan soal KLASIK lumayan banyak di blog ini. Mungkin suatu saat aku akan menulis tentang kalian lagi, saat kita hendak berpisah aku rasa?

Fight for our super intensif on this month!!

Salam Semangat!
shofwamn
Ada waktu dimana terkadang aku iri sama cowok. Misalnya kalau mau jalan-jalan, pakaian cowok kan simple banget. Tinggal pake jeans dipadu kemeja aja udah cakep. Beda sama cewek yang kalau mau pergi aja suka rusuh nentuin pake baju apa, rok warna apa, kerudungnya gimana, kaos kaki nya ada atau nggak. Belum lagi kalau ditambah bawa tas, ujung-ujungnya sibuk sendiri dan paling perlu sekitar 15-30 menit sebelum benar-benar siap buat pergi.

Bikin sebel juga kalau mau pulang kampung, bawa koper yang beratnya sama kayak kapasitas bagasi tapi bajunya cuma berapa stel. Yakali satu stel aja udah baju+kerudung+rok+celana lapis. Terus tambahan ciput, kaos kaki, deker, manset, halah ribet MasyaAdalah pacarnya om Eja.

Memang sudah kodratnya kali ya. Karena cewek memiliki sembilan nafsu dan satu akal jadi secara nggak langsung bikin cewek lebih memperhatikan penampilan daripada cowok yang punya sembilan akal dan satu nafsu. Biar dibilang cantik, anggun, lucu, modis, nggak jemuran, dan lain lain.

Yah, selain memperhatikan penampilan serta hobi ngobrol hal nggak penting. Cewek juga punya kegiatan membuang-buang waktu misalnya membuat foto-foto dengan pose yang kebanyakan nggak jelas.

Bentar,





INI KENAPA KESANNYA GUE NGERENDAHIN CEWEK SIH?!
#yha #gak #sadar #diri



Maafkan diri ini yang hanya sebutir pasir dibanding luasnya angkasa raya.

Tapi menurutku cewek memang makhluk rempong sih. Udah, akuin ajalah. Aku gak punya saudara cowok jadinya aku tak tahu kabar yang berembus bahwa cowok itu simple udah sesuai dengan fakta ataukah hanya kabar burung semata.

Waktu Pemotretan dua pekan lalu, begitu kita (KLASIK-red) turun dari mobil yang mengantar kita hingga sampai di Gumuk Pasir para panitia langsung menggelar tikar. Jadi di deket Gumuk ada kayak semacam kios yang menyediakan aneka makanan-minuman, persewaan tikar, persewaan papan luncur, serta ruang ganti untuk pemotretan model/pre wedd. Aku baru tau Gumuk suka dibuat spot pemotretan kayak gitu, sekilas aku lihat ruang ganti yang disediakan terlihat sangat, umm, tidak memadai? Lagipula kita juga nggak perlu ruang ganti.

Awalnya semua personil masih ngadem di semacam teras kios tersebut, ternyata mas-mas fotografernya udah nyampe duluan. Mungkin udah nunggu lama soalnya janjian mulainya jam 9 sedangkan kita nyampenya jam 11 makanya kelompok 1 langsung disuruh siap-siap untuk difoto.

Yearbook kali ini, KLASIK dibagi jadi 7 kelompok yang adegan dari kelompok satu hingga tujuh membentuk sebuah cerita.

[Klik untuk baca cerita tema yearbook KLASIK di part 1]

Kebetulan aku dapet kelompok empat jadi masih bisa jalan-jalan dulu menjelajahi gumuk sembari menunggu waktu pemotretan. Aku, Ula, sama Maya langsung nyari pohon buat dijadiin spot foto karena ceritanya kita lagi istirahat makan siang di tengah-tengah pencarian harta. Kelompok empat terdiri atas Maya, Sasa, Shofwa, dan Ula. Di luasnya Gumuk, kita cuma liat satu pohon dan jaraknya sekitar 150 meter dari tempat peristirahatan KLASIK, yaudah kita kesana sekalian ngecek bagus nggak buat dijadiin tempat foto. Perjalanan ke pohon tuh rasanya luarbiasa sekali, pasir-pasirnya beneran bersuhu diatas 50 derajat atau berapa aku nggak ngerti lagi dah, kalau panasnya dari atas mah aku masih bisa nahan tapi kalau panas dari bawah terus kena kaki, ampun, kayak habis naruh kaki diatas bara api. Yang jelas, aku lebih membutuhkan pinjaman sepatu daripada pinjaman payung.


"Kita fotonya disini aja." Kata Ula
"Boleh lah. Nanti tinggal bawa makanan kesini." Kata ku
"Ayo selfie dulu." Kata Maya

Aku nggak tau jenis pohonnya, yang jelas Kingdom Plantae, tapi Divisi, Kelas, Ordo, Familia, Genus, sama Species apa aku pun tak tahu. Bentukannya mirip pohon kelapa, apa emang kelapa ya. Seingetku gak ada buah kelapanya, coba kalian lihat foto di atas ada sedikit penampakan si pohon. Di sebelah atas payung pink, kelihatan kan? Nah, simpulin sendiri itu pohon apa.

Kita cuma sebentar di pohon itu, terus balik lagi ke tempat peristirahatan. Lagi-lagi kakiku kepanasan gegara ulah para pasir yang tak berperiperasaan, pengen lari cuma tahu lah ya lari di atas pasir tuh bikin banyak banget tenaga terbuang apalagi kalau misalnya jatuh terus pasirnya nempel di baju dan susah dihilangin. Huh, pasir kekurangan kasih sayang.

Di tempat peristirahatan, banyak anak yang sedang mengipasi dirinya sendiri. Oh ya, kalian belum tau kan kalau KLASIK termasuk kelas yang memiliki banyak kipas, hampir separuh personil selalu membawa kipas ke sekolah. Dan setauku cuma ada satu kipas yang memiliki nama, nama kipasnya Bowny (mbuh tulisannya bener kaga) bentuknya persegi berwarna kuning, memiliki mata dan pipinya berwarna merah, sekilas mirip spongebob tapi kata temen-temen Bowny ini kayak mendoan. Pemiliknya bernama Farras.

Aku ikutan duduk buat memanjakan kakiku yang sehabis terkena pasir panas, kelompok satu belum selesai juga dan aku kelaperan. Kuputuskan buat makan siang dulu pake fried chicken yang udah dipesen beberapa hari sebelumnya, temen-temen yang kelaperan juga ikutan makan soalnya emang udah waktunya lambung diisi makanan, kalau nunggu pemotretan dulu baru makan bisa-bisa maagnya kambuh malah berabe. Beberapa juga ada yang, apa istilahnya buat orang yang lagi dandan, make-up wajah? Seperti itulah, di tengah tikar udah ada satu tas kecil yang isinya alat-alat make up yang aku nggak tau namanya apa aja. Alat yang jadi populer dan banyak dipakai adalah eyeliner. Terus 'Aisy yang emang dari lahir udah baik membantu memakaian eyeliner di mata para cewek-cewek pejuang UN 2016.

" Aku mau dong dipakein."
" 'Aisy, aku habis dia ya."
" 'Aisy, aku mau."

'Aisy, gimana kabar AlQamar kuu T.T

Aku cuma liatin 'Aisy megang mata temen yang merem terus sret...sret...nyapuin eyeliner di ujung kelopak mata. Dalam hati mau juga tuh dipakein, kayaknya bikin tambah kece dan bikin tambah ke-arab-an. Cuma tiba-tiba mikir, gimana kalau besok yearbook ku dilihat sama anak sendiri

Me : Ini nih dek, bunda dulu kayak gini, (nunjuk foto)
Dedek : Lho, bunda make apa di mata?
Me : make eyeliner, cantik kan bunda?
Dedek : Jelek, masih sekolah kok make eyeliner. Bunda sok cantik.

HAHAHAHAHA, ASTAGFIRULLAH. ANAK SIAPA. KAYAK AYAHNYA DEH.

Udah ditawarin 'Aisy buat dipakein tapi ujung-ujungnya tetep nggak make. Aku emang rada takut make begituan (APAAN, CUMA EYELINER DOANG!), habisnya wajah ku sama pemiliknya suka gak diurus, ke sekolah make bedak aja gak pernah. Lagipula mau foto yearbook tapi malah mukanya ditambahin macam-macam malah nanti nggak kelihatan natural di kemudian hari #alesangakmutu

Aku cukup puas dengan cuma ngeliatin temen-temen yang menjadi cantik di hari itu.

Sehabis makan dan menunggu, akhirnya kelompok tiga dapet giliran pemotretan. Aku sama Maya memutuskan buat kembali ke pohon sambil bawa tas berisi makanan, Ula dan Sasa bakal nyusul sambil bawa properti untuk mendukung pemotretan. Berangkatlah aku dengan keteguhan hati untuk merasakan pasir panas lagi, kira-kira 50 meter sebelum sampai pohon langkahku terhenti tiba-tiba begitu melihat penampakan di bawah pohon

Aku tertegun.

Maya ikut menghentikan langkah.

Tanpa kusadari, tas meluncur ke bawah dari bahu.

Tak kurasakan lagi pasir yang sepertinya sudah mengalami penurunan suhu.

Dengan sedikit keras aku pun berkata,


NGAPAIN MEREKA ADA DISANA??!!
Hari ini Pemotretan
.
.
.
.
Ah, lebih tepatnya hari itu, hampir dua pekan lalu, Minggu tanggal satu November.

Pemotretan adalah hal yang langsung aku ingat begitu membuka mata di pagi hari, kamar sudah terang akibat sinar matahari yang masuk dari jendela dan itu yang membuatku yakin kalau jarum jam tidak lagi menunjukkan pukul lima pagi. Aku bukan orang yang konsisten setiap hari harus bangun jam segini terus langsung beraktivitas ngelakuin banyak hal, nggak, jadwal bangunku tidak pernah sama. Alih-alih langsung mandi setelah qiyamul lail seperti teman-teman yang lain, aku lebih suka tidur lagi buat nunggu adzan subuh, kalau masih ngantuk aku bakal kembali ke kasur setelah halaqoh pagi kemudian baru bangun jam enam untuk siap-siap ke sekolah. jika libur, tak jarang aku begadang lalu paginya akan terlelap hingga bangun di tengah-tengah waktu dhuha.

Yah, aku sepemalas itu.

Makanya, walaupun aku ada pemotretan tidak otomatis membuatku lebih rajin untuk bangun pagi. Excited sih iya, meski nggak se-alay temen kamarku yang heboh karena ini pemotretan pertamanya. Dan pemotretan pertamaku juga. Waktu aku bangun di hari itu, aku menatap kosong langit-langit kamar buat ngumpulin nyawa yang berceceran akibat tidur di lantai.

“Jam berapa Jih?”

“Udah mau jam tujuh.”

Aku masih tetap berbaring setelah tahu jam berapa aku terbangun sambil mikir apa yang harus dilakukan pertama kali.

“Aku punya waktu dua jam.”
“Sarapan dulu, udah laper.”
“Jangan shof, mandi terus sarapan.”
“Oh, aku belum nyuci baju seragam.
“Hmm, baju buat nanti belum di setrika.”
“Sarapan pagi ini apa ya.”
“Apa aku laundry aja.”
“Laundry mahal, ntar sore deh nyucinya.”
“Kalau nanti sore males gimana?”
“Nyuci dikit dulu aja deh.”

Nyuci baju juga rutinitas yang mau nggak mau harus dilakukan minimal sepekan sekali, sebagai anak Asrama yang menjunjung tinggi semboyan Pelit Pangkal Kaya Raya membuatku ngerasa laundry merupakan hal yang bikin uang terbuang secara percuma.

#EA
Udah insap.

Minggu hari itu, seperti minggu-minggu yang sebelumnya. Aku mandi seperti yang biasa kulakukan tiap hari sambil nyuci baju terus ke jemuran pakaian sekalian ngambilin baju yang udah kering lalu balik ke kamar. Terlihat tidak akan ada apa-apa di hari itu, tidak ada yang istimewa, semuanya normal sampai-sampai aku mikir kalau anak Asrama pada gak peduli apakah hari itu pemotretannya jadi dilakukan atau nggak. Akhirnya aku ikutan santai, habis dari jemuran aku ngambil sarapan lalu nyalain laptop buat nonton drama Falling For Challenge yang baru kutonton satu episode. Aku inget jam udah berada hampir diangka delapan dan aku tetep leha-leha sarapan sembari menikmati wajah Xiumin. Well, bukan menikmati tapi berusaha tetap menonton soalnya aku agak aneh sama perannya dia yang jadi Badut. Kenapa wajahnya dia yang perpaduan cakep-unyu-polos harus tertutupi dengan lapisan bedak putih. Mungkin aku ketularan phobianya Mpret (tokoh dalam novel Petir-nya Dee).

Baru juga kelarin episode dua (durasinya sekitar 14 menit per episode) aku denger rusuh-rusuh dari arah belakang,

"HEIIII, Kamar A siapa?"
"Ada yang make punya Ustadzah nggak?"
"Yang lagi di dalam mandinya cepet dong!!"
"Kamar yang nyetrika kamar apa?"

Teriakan-teriakan tersebut kayak bikin satu Asrama sadar (apa cuma aku doang) kalau ada pemotretan yang harus dijalani.

((PEMOTRETAN))

Njir, sok high class kali kau.

Tapi tetep aja, meskipun udah denger berbagai macam teriakan dan ada beberapa temen yang mampir ke kamar dengan pakaian untuk pemotretan. Aku nggak melakukan gerak apa-apa selain mata fokus ke layar laptop, HAHA. Kayak lupa kalau baju belum disetrika, lupa kalau gak bisa make kerudung, lupa kalau gimana kalau misalnya bajunya nggak pas meanwhile aku belum sempet nyoba di hari sebelumnya.

Akhirnya setelah episode tiga selesai, aku beranjak juga ngambil pakaian di lemari. Agak-agak berat hati becoz aku adalah orang yang nggak suka nunda-nunda nyelesein drama, apalagi Falling for Challenge yang kupunya baru sampe episode empat. Aku nyetrika di kamar sebelah dan melihat bahwa hampir semua anak Asrama sudah berganti baju, langsung aja perasaan terburu-buru menghampiri diriku yang dengan sabar menggosok kerudung baru yang baru dibeli dan belum di cuci #dasarjorok #halah #KayakKamuGakPernahAja

Rencananya KLASIK bakal melakukan pemotretan yearbook di gumuk pasir-nya Pantai Depok. Berhubung jaraknya jauh dan bakalan capek kalau naik motor (ya lo bayangin aja, udah cantik-cantik pake kerudung terus naik motor kena angin berembus bisa kacaulah dunia). Kita, KLASIK maksudnya, bersepakat buat naik mobil. Beberapa hari sebelumnya udah dirembukin dan kita bakal pakai mobilnya Fatchiya, Farras, sama Asa terus Ainun nyediain Elf. Dihitung-itung, satu mobil bisa muat 7 orang dan Elf berkapasitas 12 orang jadi totalnya 33, cukup buat personil KLASIH yang 34 orang (Sasa berangkat sendiri sama keluarganya sekalian bawa persediaan makan siang).

Titik kumpul di Masjid samping sekolah jam 9 pagi, aku yang baru selesai nyetrika langsung ke kamar mandi buat ganti baju. Kayaknya waktu itu cuma aku yang belum ganti baju, anak-anak IPS udah siap berangkat ke tempat pemotretannya mereka. Setelah ganti baju, aku balik lagi ke kamar terus nyiapin barang-barang yang mau dibawa kayak Air Minum, Tissue, sama Alquran dan beberapa komik. Habis kelar semua urusan barang bawaan, tinggal satu hal yang harus aku lakukan.

Make Kerudung.

Mampus.

Kalau boleh jujur, aku tuh nggak ahli dalam memodifikasi kerudung kain, bahkan untuk model yang sederhana sekalipun. Satu-satunya model yang bener-bener aku kuasai cuma model kerudung sekolah, selebihnya jangan tanya aku. Makanya aku kalau kemana-mana lebih suka make kerudung kaos/kerudung bergo/jilbab/you name it. Simple dan gak ribet. Soalnya aku juga benci yang ribet-ribet. Makanya untuk pemotretan kali ini, karena gak ada yang make kerudung model sekolahan, terpaksa aku juga nggak makai kerudung seperti saat aku ke sekolah. Istilahnya "ini kan buat yearbook, buat kenang-kenangan, masa mau yang biasa aja." Jadilah aku minta tolong temen buat makein sambil berpesan,

"Pokoknya kamu harus tanggung jawab atas kerudungku sampai selesai."

 Kemudian aku langsung berangkat ke sekolah, dan begitu sampai hampir semua personil KLASIK udah menunggu buat berangkat. Waktu itu udah jam sembilan lewat dan kita menunggu mobil Fatchiya baru bisa berangkat. Alhasil, kita melakukan kegiatan sejati para cewek yakni mengobrol


 Aku sama Maya memutuskan ke Pamella buat beli makanan. Soalnya memang aku memerlukan makanan untk scene pemotretan. Balik ke masjid mobilnya Fatchiya belum datang. Aku sama Maya pergi lagi ke Alfamart gara-gara titipan Ula gak kebeli. Balik ke masjid mobilnya Fathiya belum datang lagi, katanya masih nunggu sopir. Aku sama Ula pun pergi ke Ana Mart untuk beli air mineral. Balik ke masjid bertepatan dengan datangnya panitia pemotretan, usut punya usut sopirnya Fatchiya nggak datang-datang terus yang panitia mutusin buat naik motor biar bisa langsung berangkat.

Padahal ternyata Ainun bawa Elf sama make mobil soalnya Ibu nya ikut.

Masalah pun selesai, aku naik Elf sambil berharap semoga nggak mabok. Tapi kayaknya nggak sih soalnya AC-nya nggak berbau memabukkan. Beberapa menit perjalanan, telingaku mendengar nada yang familiar

Tunggu, kayaknya gue kenal nih sama lagu ini

Dari belakang terdengar sahutan

Ian : "Ini lagu apa e?"
Ula : "Itu loh, kenangan terindah."

ANJIR

HARUS LAGU INI BANGET?

Kata Bang Tere, kalau mau tau isi hati seseorang tinggal tanyain aja apa lagu yang sedang ia dengarkan. Dan dulu, ada suatu waktu dimana lagu kenanganterindah-sialan masuk dalam kategori lagu yang suka aku dengerin. Toh, seisi Elf jadi rame gara-gara banyak yang ikut nyanyi. Itung-itung sebagai penghiburan dan pengingat kenangan #apaaandeh

Kita sempat beberapa kali berhenti, buat beli minum (sebelumnya kita udah beli tapi ketinggalan di kelas), buat bayar tiket masuk, sama buat nyari lokasi pemotretan. And finally


WELCOME TO GUMUK PASIR!
Photo spot for KLASIK's yearbook

Tema yearbook nya KLASIK kira-kira seperti ini :
Jaman dahulu kala, terdapat 34 wanita Arab berkarakter random yang ingin mencari harta karun. Mereka memutuskan untuk memulai pencarian harta setelah memiliki sebuah peta dengan simbol X yang telah melegenda. Tanpa lelah mereka mencari dengan berjalan beriringan, mencari di tengah padang pasir yang membuat tangan mereka belang (sumpah, siang di gumuk emang panas gila). Beberapa saat kemudian, mereka memutuskan untuk beristirahat sejenak di tengah teriknya Matahari yang tidak seberapa dibandingkan panas Neraka. Setelah pencarian panjang penuh perjuangan, mereka pun menemukan simbol X yang berada tepat di atas pasir. "Ini dia simbolnya," sahut seseorang. 
"Tidak bukan, itu." 
"Tapi lihat, ini tanda X yang kita cari."  
"Apa kamu bodoh? bagaimana bisa ada tanda di atas pasir? Memangnya pasir sama dengan tanah?" 
 Namun, 34 wanita tersebut memutuskan untuk tetap menggali. Dan benar, mereka menemukan sebuah peti cokelat yang tidak bertakhtakan batu mulia apapun. (jangan tanya gimana cara menggali diatas pasir). Mereka mencoba untuk membuka peti tua dengan sedikit susah payah. Mereka terkejut begitu melihat apa yang mereka temukan di dalam peti.

Intinya mah, anak-anak Klasik yang made in Indonesia berubah jadi kafilah Arab pencari harta.


Sampai jumpa di part selanjutnya! Semoga part dua tidak menunggu waktu yang lama untuk di posting.

full of feelings
shofwamn
Kesan pertama saat melihat sampulnya, aku mengira novel "Mawar Tak Berduri" murni bercerita tentang kisah cinta, apalagi Agatha Christie terdengar lebih seperti penulis beralur cerita romance,

Sumber foto : searching on google
Karena novelku sedang dibawa oleh my lovely sister:)

Aku mengingat-ingat kembali saat pertamakali membaca MTB, sudah bertahun-tahun lampau kejadian itu terjadi. Dan tetap saja, mau diinget dengan cara apapun dan digali pakai apapun bagian yang paling bikin WOW AKU NGGAK NYANGKA WOW KOK BISA SIH adalah bagian dimana si penulis memberikan penjelasan tentang kebohongan pelaku yang mengatakan tertusuk duri mawar padahal tumbuhan mawar yang ada di halaman rumah merupakan jenis yang tak berduri.

' Pohon itu adalah sejenis mawar yang merambat - Zephyrine Drouhin. Bunganya harum segar baunya dan berwarna merah muda. pohonnya tidak berduri ' ( hal 239 ).

Langsung aku ketawa ngakak menyadari betapa malasnya aku menyusun kesimpulan.

Dalam menulis cerita misteri, dibutuhkan skill yang bagus dalam menyusun clue. Clue-clue yang membawa tokoh detektif agar bisa menarik kesimpulan, clue-clue yang diberitahukan secara tersamar agar pembaca tetap menikmati isi cerita. Dan Agatha Christie sang Ratu Cerita Kriminal berhasil melakukannya! Aku masih nggak nyangka bagaimana kalimat dalam halaman 239 bisa luput dari perhatianku, aku membaca kalimat tersebut dengan pikiran yang biasa-biasa saja dan berpikir "ah palingan ini juga cuma buat pengetahuan umum." menganggapnya sebagai kalimat yang tidak terlalu penting

Dan ternyata, yang tidak penting malah menjadi kunci penyelesaian masalah

Sebagai seorang detektif, Hercule Poirot tidak bisa begitu saja mengabaikan hal-hal yang bagi sebagian orang dirasa tidak penting. Ia harus mencermati perkataan orang-orang yang terlihat memiliki andil dalam suatu kasus, mengajukan pertanyaan, menyusun hipotesa, mencari dan mengumpulkan bukti, kemudian menarik kesimpulan. Dalam beberapa kasus, tidak jarang si detektif sudah tahu siapa pelaku sebenarnya hanya saja belum ada bukti yang mendukung. Begitu juga di MTB, akhirnya Hercule Poirot dapat memecahkan kasus setelah mendapatkan bukti dengan memanfaatkan kebohongan pelaku.

Bisa dibilang Mawar Tak Berduri merupakan novel misteri pertama yang aku baca, bahasa yang digunakan tidak terlalu bertele-tele sehingga aku harus membaca nya halaman demi halaman untuk mendapatkan dan menikmati esensi dari sebuah novel misteri.

Kesan pertama saat melihat sampulnya, aku mengira novel "Mawar Tak Berduri" murni bercerita tentang kisah cinta, apalagi Agatha Christie lebih terdengar seperti penulis beralur cerita romance, dan setelah membacanya aku tahu bahwa kesan pertama ku salah, MTB bukan sekedar kisah cinta belaka dan Agatha Christie bukanlah sosok yang hanya terfokus pada aliran romance.

Terdapat pertarungan antara pendaki dengan gunung
dan Gunung selalu menjadi pemenang.

Aku merasa September ini banyak film-film bagus dan menarik yang bisa ditonton di Bioskop, bukan sesuatu yang baik mengingat sekarang aku sudah berada di jenjang akhir dalam kehidupanku sebagai siswa yang berarti menghabiskan waktu untuk menonton sama dengan membuat masa depanku menjadi lebih buram.

Eh, nggak juga sih.

Dalam dua pekan terakhir aku dua kali menonton film di bioskop, mungkin bisa dibilang rekor karena frekuensi aku ke bioskop dari pertama kali sampai sekarang masih bisa dihitung dengan jari. Sebut saja Insidious 2, Gravity, dan Assalamualaikum Beijing. Kalau filmnya nggak bagus, atau nggak ada teman, atau sayang duit, aku lebih suka menunggu seseorang mendownload-nya daripada harus ke Bioskop. Tapi untuk film yang terakhir disebut, aku nonton karena emang diamanahi buat nonton, dan selama Assalamualaikum Beijing diputar aku sama teman-teman cuma ngakak serta beberapa kali ilfeel.

Everest memiliki genre yang jauh berbeda dari Maze Runner : Scorch Trial, kedua film tersebut sama sekali nggak bisa dibandingin. Everest dibuat berdasarkan kisah nyata tahun 1996 sedangkan Maze Runner : Scorch Trial murni diangkat dari trilogi novel fantasi karya James Dashner. Secara pribadi aku lebih suka sama Maze Runner : Scorch Trial dengan jalan cerita yang nggak bikin bosen, penuh konflik, terdapat beberapa adegan lucu, bikin terharu dan mupeng, apalagi pemainnya juga enak dipandang.

Oke, aku memang nggak bikin review soal Maze Runner : Scorch Trial karena masih terbayang-bayang ingin nonton lagi, hahaha. Alasan yang aneh, tapi karena aku nggak membuat review soal filmnya yang pertama (The Maze Runner) dan aku belum tahu apakah akan mereview film ketiga nya (mungkin judulnya Maze Runner : Death Cure) jadi aku akan merasa aneh dan seperti nggak berlaku adil jika membuat postingan tersendiri untuk Maze Runner : Scorch Trial

Sebelum membahas Everest, mungkin aku mau cerita dikit soal Maze Runner : Scorch Trial
Aku bareng Ula dan Laras nonton Maze Runner : Scorch Trial hari Jumat pekan lalu saat Ulangan Tengah Semester masih berlangsung. Keputusan kami bertiga buat nonton bukan karena kami sudah merasa pintar hingga seperti menyepelekan UTS, tapi karena jadwal ulangan untuk hari berikutnya adalah Bahasa Inggris yang berarti kami bisa nonton sambil belajar #alesan
Sejak pertama di putar sampai film selesai, kosa kata yang paling banyak aku denger adalah "Shit" dan "What the hell" apalagi ada satu adegan dimana si tokoh utama mengacungkan jari tengahnya. Ketawa? pastinya dong, tapi terlepas dari semua kata-kata kasar yang pernah terlontar, film ini menyuguhkan ketegangan saat para pemain di serang oleh sekumpulan zombie yang memuntahkan cairan hitam, makan tikus, dan memiliki gaya lari yang superjelek.
Untuk kedua kalinya, aku dipuaskan oleh akting Thomas, Teresa, Newt, dan Minho. Ketawa saat Minho disambar petir, tegang setiap mereka diserang zombie, dan terharu sama hubungan persahabatannya mereka.
Ada dua adegan yang jadi favoritku, yang pertama adalah ketika Thomas mengancam untuk meledakkan bom bunuh diri dan teman-temannya berdiri dibelakang Thomas sambil bilang "kami mendukungmu." Apalagi si Teresa udah mengkhianati kelompok Thomas dan malah mendukung W.C.K.D yang membuat pelarian mereka seperti sia-sia belaka ditambah beberapa anggota Right Arm terbunuh. Apa kubilang, persahabatan antara cowok-cewek nggak akan pernah berhasil!
Sedangkan yang kedua adalah saat W.C.K.D udah pergi, Thomas memutuskan untuk nggak bakal kabur lagi dan malah ingin menyerang W.C.K.D untuk membunuh pemimpinnya serta menyelamatkan Minho yang tertangkap, dan (seingetku) Newt nggak terlalu melarang terus bilang "Apa Rencanamu?" kemudian film pun berakhir, menurutku adegan terakhir terlihat kece soalnya Thomas seperti sudah mulai bertambah dewasa, bukan lagi cowok yang suka plinplan. Btw, ku baru sadar kalau Thomas nggak bilang mau nyelamatin Teresa, haha, padahal di awal film Thomas bela-belain nyari Teresa dulu sebelum kabur.

Back to our topic, 

Everest memberikan ketegangan tersendiri dan selama film sedang berlangsung aku seakan lupa kalau film tersebut pernah terjadi di kehidupan nyata.

Film dimulai dengan adegan saat para pendaki akan menuju Kathmandu, Nepal. Ada tiga orang guide yang terdiri atas Rob (leader), Mike, dan Harris serta delapan klien mereka yaitu Beck, Stuart, Lou, Jon, Yasuko, Frank, John, Doug. Mereka semua merupakan tim dari Adventure Consultant (AC)

Setelah sampai di Kathmandu, mereka melanjutkan perjalanan selama beberapa hari hingga sampai di Kamp Markas atau disebut Everest Base Camp (EBC), mereka menetap sebentar di Kamp Markas untuk latihan fisik, cek kesehatan, etc sebelum melakukan pendakian. Ketegangan pertama di film ini terjadi saat Beck lagi melintasi Icefall kemudian ada sedikit lonsoran salju terus si Beck hampir jatuh tapi gak jatuh karena dia meluk tangga, pas ditolong sama Rob dia agak marah terus bilang

"Aku membayarmu $65000 bukan untuk mati di Icefall!"

Seketika itu pula aku langsung nggak menyukai orang bernama Beck ini, terkesan selfish dan pemarah gimana gitu.

Kemudian di suatu malam, Jon yang merupakan seorang jurnalis bertanya "Kenapa kalian ingin mendaki Everest?"

Langsung pada jawab, "Karena gunung itu disana."

Jon menggeleng sambil bilang, "Itu bukan jawaban." dia noleh ke Yasuko,"Kenapa kamu ingin ke puncak Everest?

"Well, sekarang usiaku 47 tahun dan aku sudah mendaki enam puncak (six of the seven summits). Dengan Everest maka akan lengkap."


Aku langsung jadi penggemarnya Yasuko, sayang Jon tetep menggeleng, "Itu masih bukan jawaban, Doug, mengapa kamu ingin mendaki Everest?"

"Aku punya SD di rumah, dan mereka tau bahwa keinginanku ingin mencapai puncak tertinggi jadi mereka membantuku mengumpulkan uang, dan yah, aku ada disini karena mereka dan jika aku bisa mencapai puncak mungkin mereka akan terinspirasi....."
".....untuk mendaki Everest."

Semua orang yang mendengarnya langsung setuju. Seketika itu pula aku juga jadi penggemarnya Doug.


Tim Adventure Consultant menjadwalkan akan tiba di puncak tanggal 10 Mei 1996, waktu itu sedang musim mendaki hingga jalur pendakian padat makanya Rob memutuskan bekerja sama dengan Scott (leader tim Mountain Madness) karena memiliki jadwal yang sama. Awalnya Sherpa antara dua belah pihak kayak berselisih paham sebentar, tapi akhirnya setuju aja kalau mau kerjasama. Sherpa tuh penduduk lokal yang tugasnya memandu, memasang tali, atau menaruh persedian oksigen di titik-titik tertentu.

Malam sebelum tanggal 10 Mei, Camp IV (7300 mdpl) diserang oleh badai angin tapi saat pukul 00.00 badainya udah reda dan langit bener-bener bersih, puncak Everest pun terlihat dekat sekali.

NOW OR NEVER

Menurut perkiraan cuaca, pukul 2 siang bakal ada badai yang menerjang puncak tapi Rob cuma bilang, "Itu hanya perkiraan, gunung ini memiliki cuacanya sendiri."

Akhirnya, para pendaki yang udah berada di Camp IV memulai pendakian sekitar pukul 01.00 dini hari, selama beberapa jam nggak ada hambatan yang berarti.

Tapi...

Saat berada di Hillary Step

Nggak ada tali yang terpasang

KEMANA PARA SHERPA PERGI!!

Karena di Hillary Step Sherpa yang bertugas memasang tali belum nyampe, beberapa pendaki yang merupakan guide memutuskan untuk memasangnya padahal saat itu udah sekitar pukul sebelas lewat dan memasang tali setidaknya membutuhkan waktu minimal setengah jam. Hillary Step berupa semacam tanjakan agak pendek yang merupakan tanjakan terakhir dan akses menuju kesana hanya jalan kecil yang diapit oleh jurang dan tebing. Setelah menaiki Hillary Step nanti tinggal jalan sedikit lagi sebelum akhirnya sampai di puncak.

Di waktu yang sama tapi tempat yang berbeda, Beck terduduk kelelahan dan menuruti perintah Rob untuk istirahat, awalnya dia memaksakan diri untuk terus lanjut biar sampai puncak tapi efek dari operasi mata dua tahun lampau muncul yang membuat penglihatan Beck mengabur, jadi si Beck duduk aja.

Beck, kenapa kamu nggak turun aja kembali ke Camp, kamu tuh kalau duduk disitu hanya akan ngabisin persediaan oksigen.

Tabung oksigen super penting kalau mau menaklukkan Everest, karena tekanan udara akan rendah yang mengakibatkan susahnya bernafas dengan normal, makanya seperti yang kubilang sebelumnya, para Sherpa bertugas menaruh persediaan oksigen soalnya nggak mungkin pendaki menaiki gunung sambil membawa beberapa tabung oksigen sekaligus.

Kembali ke keadaan Hillary Step, setelah tali terpasang maka pendakian berlanjut. Mereka menuju puncak dengan mulus.


Dan ternyata, puncak tertinggi di dunia adalah tumpukan kain yang terlihat seperti kain bekas nggak beguna. Kira-kira yang numpuk kainnya jadi kayak gitu tuh siapa dan dengan motivasi seperti apa.


Yasuko juga berhasil sampai puncak :D dia nangis sambil nancepin bendera jepang kecil. Rob ngasih ucapan selamat karena Yasuko berhasil menaklukkan Seven Summits terus Yasuko cuma bisa bilang "Arigatou, arigatou."

Mereka cuma sebentar di puncak terus turun lagi, Rob agak lamaan soalnya dia nungguin Doug. Sekitar pukul dua atau tiga lewat (lupa) Doug belum muncul juga akhirnya Rob memutuskan buat turun, mendekati Hillary Step tiba-tiba Doug datang.

"Kamu telat, ini sudah berakhir. Waktunya untuk turun." Rob langsung balikin badan Doug.

"Tidak, puncaknya disitu. Aku pasti bisa."

"Maaf teman, ini sudah berakhir."

"Tidak Rob, aku tidak akan kembali lagi kesini. Ini adalah kesempatan terakhir ku."

Fyi, ekspedisi tahun 1996 merupakan kali ketiga Doug mendaki Everest tapi dia belum pernah sampai puncak karena selalu kehabisan tenaga makanya Rob paham betapa pentingnya keinginan Doug, hal tersebut membuat Rob menemani Doug ke puncak.

Doug berhasil sampai puncak, dia berfoto dengan bendera yang sepertinya dibuat oleh anak-anak.

Sayangnya, ternyata persediaan oksigen yang dibawa Doug habis yang membuat Doug mulai kehilangan kesadaran, disisi lain awan hitam mengepul mulai datang. Dan parahnya lagi, persediaan oksigen di titik puncak selatan habis.

Dengan susah payah Rob menurunkan Doug ke dasar Hillary Step menggunakan tali, begitu mereka berdua sampai di bawah Hillary Step badai pun datang, astaghfirullah, bener-bener deh cuma liat aja udah ngeri. Mereka berdua berusaha menyusuri jalan kecil di Hillary Step, aku nggak tau apa emang Doug pikirannya udah mulai aneh atau gimana tapi dia ngelepas pengamannya dari tali lalu yang terjadi adalah

Doug jatuh ke dalam jurang

Rob juga mulai kehabisan oksigen, dia duduk buat istirahat, lewat radio dia minta dibawakan tabung oksigen. Harris yang ndenger permintaan Rob memutuskan buat naik ke tempat Rob.

Harris sampe di tempat Rob sambil membawa tabung oksigen yang terisi setengah, waktu ditanya "Dimana Doug?" Rob cuma bisa jawab "Doug sudah pergi, dia sudah tiada."

Di tempat lain dalam perjalanan menuju Camp IV, pendaki yang tadi berhasil nyampe puncak udah kelelahan dan kehabisan oksigen juga. Beberapa menjatuhkan diri ke es termasuk Yasuko.

Aku lagsung mikir "Ini kalau Yasuko juga ikutan meninggal maleslah aku sama filmnya, masa yang aku suka semuanya nggak ada yang hidup."

Beberapa menit kemudian, pikiranku berubah jadi kenyataan.

Udahlah bete, semuanya aja meninggal di Everest. Karena badai, tekanan udara tambah turun. Harris yang nolong Rob juga meninggal, esok harinya Rob juga menyusul.

Dari film ini aku membuat beberapa kesimpulan :

  • Kalau Doug nggak memaksakan diri untuk sampai ke puncak (mungkin) mereka bakal selamat.
  • Kurangya persediaan oksigen merupakan salah satu penyebab banyaknya pendaki yang tewas.
  • Kalau Harris memutuskan untuk nggak kembali naik, (mungkin) dia bakal selamat.

Adventure Consultant 1996
(kalau gak salah) yang terlihat lebih berwarna yang meninggal
Ternyata bikin review film tuh susah ya, haha. Banyak adegan yang nggak kuceritakan disini seperti bagaimana Scott tewas, percakapan terakhir Rob dengan istrinya, proses penyelamatan Rob yang gagal, peran Helen sebagai manager Camp AC di Kamp Markas dan lain-lain. Jika kalian penasaran, tonton saja filmnya.

Salam
shofwamn
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

Bianglala's Author

Shofwa. Manusia yang lebih senang berbicara dalam pikiran, punya kebiasaan bersikap skeptis terhadap sesuatu yang dianggap tidak masuk akal, jatuh cinta dengan makna nama yang dimiliki: keikhlasan dalam cinta.

My Post

  • ►  2025 (2)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (1)
  • ►  2024 (5)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  April (1)
  • ►  2023 (5)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2022 (1)
    • ►  Agustus (1)
  • ►  2021 (10)
    • ►  November (2)
    • ►  September (5)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (1)
  • ►  2020 (6)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2019 (36)
    • ►  Desember (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Mei (3)
    • ►  Februari (28)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2018 (18)
    • ►  Desember (7)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (2)
  • ►  2017 (41)
    • ►  Desember (2)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (13)
    • ►  Maret (9)
    • ►  Februari (13)
  • ►  2016 (21)
    • ►  Desember (2)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (3)
    • ►  Januari (1)
  • ▼  2015 (33)
    • ▼  Desember (4)
      • #2015BestNine on My Instagram
      • Pulang by Tere Liye (book review)
      • Hafizhah Pertama KLASIK
      • BTS Pemotretan BTS [Part 3] : Berakhirnya Hari yan...
    • ►  November (2)
      • BTS Pemotretan BTS [part 2] : Cewek-cewek Rempong
      • BTS Pemotretan BTS [part 1] : Pencarian Dimulai
    • ►  Oktober (1)
      • Yang Tak Penting Biasanya Terlupakan
    • ►  September (4)
      • EVEREST : Now or Never (review film)
    • ►  Agustus (5)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (8)
  • ►  2014 (3)
    • ►  Desember (3)
Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright © Bianglala. Designed by OddThemes