Surga Yang Tak Dirindukan (book review)


Sesaat setelah mengalami kisah cinta,
Aku pun mencarimu
Tanpa tahu bahwa itu tak perlu

Aku tau Asma Nadia sejak bertahun lalu, beberapakali membaca karyanya namun tak membeli. Gimana ya, Shofwa remaja tuh nggak punya minat untuk membeli buku-buku seperti Sakinah Bersamamu, Catatan Hati Seorang Istri, atau apapun yang berbau menikah, istilahnya masih belum cukup umur.

Setelah aku baca Assalamualaikum Beijing, baru deh aku mulai tertarik untuk menjadikan novel Asma Nadia sebagai koleksi. Menurutku, Assalamualaikum Beijing tuh bagus banget karena aku baru sadar kalau Asma dan Ra adalah satu orang yang sama waktu udah mau ending,  sukaa sama jalan cerita yang nggak tertebak, sayang versi filmnya malah lumayan jauh dari novel mana si Zhongwen dapan julukan Mas Cungcung. Apa pula itu.

Pesantren Impian juga ngasih kesan yang sama, aku baru tau identitas si Gadis ketika si penulis membeberkannya. Mungkin emang otakku tipe organ yang tak ingin ambil pusing dan mencintai kejutan.

Aku disini mau ngereview soal Surga Yang Tak Dirindukan. Novel entah-ke-berapa-Asma-Nadia yang bulan lalu filmnya tayang di Bioskop. Karena aku belum nonton filmnya jadi review kali ini lebih fokus pada novel.


Buku yang pertama ku review tu karangan Rick Riordan, dan waktu itu aku belum paham soal review-reviewan jadi asal nulis. Kali ini aku bakal bagi review SYTD jadi tiga bagian :
COVER, KEGALAUAN TANPA UJUNG, dan ENDING


COVER

Aku masih gagal paham sama penerbit Indonesia, tiap sebuah novel dijadiin film maka nggak nunggu waktu lama sampe novel tersebut dicetak ulang dan yang jadi pertanyaannya adalah kenapa cover dari novel yang dicetak ulang harus wajah pemain fimnya sih?! Kenapa nggak sekalian aja kru film nongol di sampul belakang buku misalnya, biar adil. Aku nggak suka cover jenis seperti ini, kesannya kayak memaksa pembaca untuk memvisualisasi tokoh novel menjadi wajah para pemain. Waktu baca Surga Yang Tak Dirindukan, aku nggak membayangkan Mei Rose sebagai Raline Shah. Gimana coba cara membuat penampilan seorang gadis berkacamata tebal, bertubuh agak bungkuk, serta selalu tampak canggung seperti Raline Shah yang cantik berhidung mancung dan bermata lebar?Soalnya si kak Ralin sudah terpatri sempurna sebagai Riani di 5cm

Eh, Kak Ralin?

Sok akrab banget dah.

Pengen berharap kalau suatu saat penerbit di negara tercinta nggak bakal nyetak foto pemain film untuk cover buku lagi, tapi aku sadar kalau itu adalah bagian dari strategi pemasaran dan pelarisan.

KEGALAUAN TANPA UJUNG

Selama aku dalam proses membaca, aku hanya bisa merasakan kegalauan yan dialami tokoh utama. Bukan galau macam anak muda zaman sekarang, tapi galau yang lain, entah apa.

Terdapat sebuah keluarga bahagia yang terdiri dari Ayah (Pras), Bunda (Arini), dan tiga buah hati (Nadia, Adam, Putri). Arini tuh tipe istri yang nurut sama suami, sayang banget sama anak-anak, dan in love sama dongeng tentang putri-pangeran. Dia juga seorang penulis, semua bukunya memiliki happy ending, dia mengira bahwa rumah tangganya yang sudah berusia 10 tahun merupakan surga, baiti jannati.

Perkiraan yang salah, apalagi ketika Arini menelepon sebuah nomor dan mendapat sapaan mengejutkan

“Halo, Nyonya Prasetya disini.”

Selanjutnya bisa ditebak, Arini menyimpulkan bahwa Pras sudah poligami tapi dia nggak berani nanya kebenarannya. Jadi Arini cuma berspekulasi.

Pikiran seorang Istri tuh rada ngeri ya, cuma firasat aja bisa bener terjadi.

Berbulan-bulan si Arini memendam rasa penasaran sekaligus sedihnya, entah kenapa setiap mau tanya ke Pras dia selalu nggak berdaya. Aku sampe greget sendiri-_- emang sebegitu susah nya kah menanyakan hal yang super penting dan berdampak dalam kelanjutan sebuah rumah tangga.

Di sisi lain, Asma Nadia juga makai pov Mei Rose. Diceritain bagaimana si Mei Rose ini tumbuh menjadi seorang wanita, yang keperawanannya direnggut paksa sama temen kantor, kemudian pacaran sama cowok yang suka mukul, sampe nyari suami gara-gara hamil. Waktu nyari suami pun nggak mudah, beberapa kali ada lelaki yang mau nikah sama dia dan semuanya gagal. Laki-laki terakhir yang menawarkan diri malah bikin tabungan Mei Rose terkuras habis.

Kemudian Mei Rose memutuskan bunuh diri dengan menabrakkan mobilnya ke pembatas jalan, yang berakhir dengan ia ditolong Pras.

Singkat cerita, Mei Rose jatuh hati sama Pras dan dia bertekad untuk membuatnya ada di sisinya padahal dia tau kalau Pras udah menikah, “Tuhan. Untuk peratama kali kusebut nama-Mu. Dan untuk pertama kali aku memohon. Jadikan dia mencintai aku, atau anakku.”
DASAR WANITA LICIK BERPARAS LEMAH!!

Terimakasih untuk takdir, rencana Mei Rose berjalan mulus tanpa hambatan

Berhasil mendapatkan Pras tanpa diketahui Arini selama -+ 3 tahun

Sebenernya aku agak bingung mau memihak siapa,
Pras yang selalu nggak minat berpoligami namun yang terjadi malah sebaliknya
Arini si Istri yang setia sekaligus Bunda yang penyayang, selalu berusaha membuat kalimat baiti jannati menjadi kenyataan
Mei Rose yang memiliki masa lalu kelam dan pengalaman pahit.

Jalan ceritanya biasa aja, menurutku hentakan cerita ada di akhir. Ketika Arini memutuskan berjumpa sama Mei Rose. Alurnya juga maju-mundur jadi aku nggak yakin kalau antara film dan buku penyampaian cerianya bakal sama. Aku penasaran gimana cara sutradara menggambarkan Arini muda yang suka berkhayal tentang Putri-Pangeran, atau saat Arini reuni dengan teman kost selama kuliahnya, atau saat Arini mengingat curhatan para istri yang dipoligami.

Mari kita membahas bagian akhir alias ENDING

Sosok Pras yang tampak kusut berada di depan pintu. Mata lelaki itu menyala gugup melihat Arini. Kepada perempuan itulah ia tak hanya berutang penjelasan, tapi juga permohonan maaf. Pras ingin menyapa, tapi bingung bagaimana harus memulai.

Mei Rose yang melihatnya serta merta menubruk. Merebahkan kepala di dada sang suami, seraya kedua tangannya melingkari leher Pras tanpa ragu.
“Andika sakit, a-aku khawatir  sekali. Aku sudah memberinya obat panas, tapi tidak turun-turun juga. Kamu harus melihatnya, Pras! Kondisinya membuatku takut. Kita harus membawanya ke rumah sakit.”

Pras menggangguk. Menatap Arini sekilas, berharap istri pertamanya akan mengerti. Lalu tanpa menunggu lelaki itu berlari ke kamar, diikuti Mei Rose dari belakang.

Suasana mendadak hening. Hanya sunyi yang memeluk Arini yang terpukul dengan sikap Pras yang terkesan tidak memedulikannya

Sesekali masih terdengar suara kepanikan dan isak Mei Rose. Perempuan keturunan itu mendadak beralih rupa dari seorang petarung kuat menjadi sosok rapuh tak berdaya di hadapan Pras.

Tapi hanya kegelapan tanpa suara yang membelenggu Arini. Sayup-sayup terngiang kalimat yang disampaikan Mei Rose hanya beberapa detik sebelum Pras muncul.

“Sejak dahulu kamu punya segalanya Arini; orang tua, suami yang baik, anak-anak yang sehat, karier kepenulisan, segalanya.”
“Sementara satu-satunya hal baik yang pernah terjadi seumur hidupku hanya Pras.”

Mata Mei Rose berkilat-kilat, pandangannya membuat tubuh  Arini terasa menciut.

“Dengan begitu banyak kebahagiaan, tidakkah seharusnya kamu bersyukur dan bisa sedikit bermurah hati?”

HAH!!
Apakah masa lalu yang kelam harus menjadi alasan untuk merebut suami dari wanita lain Mei?
Kamu meminta Pras mengajari mu tentang agama namun niat mu adalah ingin memiliki Pras, tidakkah itu egois?


Jadi, setelah dua jam aku habiskan untuk membaca puluhan lembar novel ini, yang kudapat hanyalah ending yang menggantung dengan Arini keluar dari rumah Mei Rose. Well, aku agak-banyak merasa kecewa. Sementara di lain sisi, aku merasakan emosi dan simpati yang tercampur buat Mei. Bahkan kalau aku nulis ending versi shofwa, aku bakal bingung siapa yang dipilih Pras. Arini yang keibuan dan Mei Rose yang egois bukan elemen yang gampang menyatu, lagipula Pras nikah sama Mei Rose juga karena rencana Mei. Kalau nggak salah inget, di bukunya nggak pernah disebutkan kalau Pras mencintai Mei Rose.

Pras memberikan cintanya hanya pada Arini.

Buku ini bagus,bahasanya nggak ribet dan gampang dipahami (kecuali untuk bagian ending). Aku belum nikah jadi masih belum bisa merasakan betapa “sakitnya” hati Arini.
Ini bukan review yang baik, aku tau. Soalnya waktu aku nulis ini aku perlu beberapa kali buka buku untuk menyamakan kejadian, dan hal tersebut bikin aku mikir bahwa pembelaan Mei kalau dia nggak merampas Pras dari Arini, tapi memaksa Arini untuk berbagi adalah sesuatu yang tak masuk akal. Maksudku, alasan apa yang membuat seorang Istri bakal mengizinkan suaminya nikah lagi padahal sang Istri udah memberikan keturunan, kenyamanan, kasih sayang, dan lain lain.

Jika Mei adalah wanita yang baik, seharusnya ia meminta Pras untuk memberitahu Arini. Bukan malah merahasiakan Istana Kedua yang udah dibangun Pras secara diam-diam.

And the last, aku penasaran kalau ceritanya dilanjutkan. Kira-kira Pras bakal milih siapa ya?

p.s : bagi yang udah nonton filmnya, cerita dong endingnya gimana.



1 komentar

  1. Kamu salah,pras pernah mengatakan alasanya menikah krn jatuh cinta lagi dan kehilangan kontrol diri, kamu baca bagian itu.

    BalasHapus