Ramadan dan Lebaran 1441 H

Mungkin, mungkin loh ya, mungkin aja aku terlalu serius berpikir untuk mengumpulkan orang agar banyak orang datang ke BTN Entertainment.

Meski sebenarnya aku nggak butuh-butuh banget. Aku nggak butuh banyak orang berkumpul, aku nggak butuh cucian piring yang menumpuk, aku nggak butuh interaksi dengan belasan atau puluhan orang hanya untuk memenuhi kebutuhan bersosialisasi.

Sejak awal tahun 2020, ketika aku masih memiliki pilihan, aku lebih memilih berlebaran di Sumbawa mengingat bahwa bisa jadi tahun ini merupakan tahun terakhirku di Sumbawa (AAMIIN!) daripada harus mudik ke rumah dan berlebaran di Bacan. Lagipula adekku yang berkuliah di Sumatera juga baru bisa pulang pasca Idulfitri karena harus mengikuti Ujian Akhir Semester terlebih dahulu.

Rencananya, aku akan berada di Sumbawa untuk menyelesaikan tanggung jawab yang tersisa sebagai seorang mahasiswi lalu aku akan pulang bertepatan dengan jadwal libur semester adekku.

Hingga datang situasi yang tidak terduga dan mengubah banyak hal dari segala aspek kehidupan.

Tiba-tiba adekku pulang ke rumah di akhir April.

Tiba-tiba aku tidak memiliki pilihan.

Tiba-tiba aku harus menetap di Sumbawa hingga Idulfitri dan entah sampai kapan.

Meskipun tetap di Sumbawa, ada perbedaan yang kurasakan antara 'memilih lebaran di Sumbawa' dan 'harus lebaran di Sumbawa.' Ketika aku bisa memilih artinya memang itu yang aku inginkan karena kita memilih pilihan yang sesuai dengan hati kita, bukan? Sedangkan ketika aku harus menetap di sini, mau tidak mau, suka tidak suka, ingin tidak ingin, harus aku lakukan.

Apalagi fakta bahwa semua anggota keluarga berkumpul di rumah sedangkan terakhir kali kami merayakan Idulfitri di rumah secara full team adalah di tahun 2015. Udah lima tahun lalu dan tahun ini nggak bisa full team karena aku nggak bisa pulang. Nays sekali skenario Yang Maha Kuasa terhadap hambanya yang tidak berdaya di hadapan takdir. Aku butuh beberapa waktu untuk legowo dan mengenyahkan perasaan bersalah karena nggak bisa pulang.

Ouch, bukan perasaan bersalah, tapi perasaan iri dengki karena kedua saudariku bisa pulang lebih cepat dan juga amat sangat mendadak alias hari ini beli tiket lalu beberapa hari kemudian langsung berangkat. Padahal untuk urusan tiket mudik biasanya udah dipersiapkan jauh-jauh hari.

Aku kan juga ingin #MendadakPulang.

Balik lagi ke kalimat pembuka postingan ini, ide untuk mengumpulkan orang dengan cara mengadakan halalbihalal di BTN Entertainment sudah muncul sejak beberapa bulan yang lalu. Tapi setelah dipikir-pikir lagi, aku belum pernah merayakan Idulfitri secara intimate dengan anak kontrakan.

Paham nggak si, kayak... udah cukuplah rame-ramenya, sekarang time for having quality time with inner circle at Eid Fitr alias nggak mau riweuh dengan segala macam persiapan halalbihalal atau menyambut tamu. Mau lebaran sama anak kontrakan aja meski gatau bakal ngapain selama tanggal 1 syawal, yang penting nggak bikin capek.



"buka puasa hari terakhir, menunya yang agak mewah dong."

Request yang terucap dari salah satu anak kontrakan ketika BTN Ent sedang kerja bakti mencabut rumput di halaman depan yang super banyak hingga menghasilkan tumpukan rumput setinggi satu setengah meter bercampur dengan dahan pohon kelor dan dahan pohon belimbing, ntah lah gimana cara buangnya. Ketika aku nulis draft ini, tumpukan rumput masih nangkring dengan setia di halaman depan.

Tahun ini nggak ada acara kajian, tabligh akbar, pawai ramadan, hingga salat tarawih di masjid. Karena kondisi memang tidak memungkinkan. Aku sih santai aja karena emang nggak terlalu hobi datang ke kajian atau tabligh akbar, nggak doyan ikut pawai ramadan, dan nggak sering salat tarawih di masjid (aku lebih sering salat di rumah). Salah satu upaya yang dilakukan BTN Ent untuk memunculkan suasana ramadan di kontrakan adalah dengan membuat jadwal imam untuk salat Isya dan salat tarawih serta jadwal petugas kultum.

Berasa balik lagi jadi anak pondok karena ada sesi kultum segala.

Aku suka program ramadan BTN Ent karena yang jadi imam salat nggak dia lagi-dia lagi, semua anak kontrakan punya kewajiban menjadi imam, ditambah bisa sekalian murajaah hafalan. I like it!

Tahun ini juga nggak ada buka bersama yang terkadang membuat pelaksanaan salat magrib dilakukan di akhir waktu, nggak ada ajakan buka bersama yang bikin bingung karena jadwalnya bertabrakan, nggak ada kegalauan nggak penting, "hari ini buka di mana, ya?" "hari ini beli makan apa, ya?"

Damai.

Aku nggak keberatan dengan ketiadaan semua itu di tahun ini (apalagi untuk kegiatan yang buang-buang waktu ehe). Setelah kupikir ulang, ramadanku tahun lalu dan tahun sekarang nggak terlalu beda. Justru aku merasa lebih sederhana (eciyeh, sederhana wkwk) perihal makanan. Biasanya kalau puasa kan mikir pengen makan ini pengen makan itu trus beli ta'jil dan segala macam makanan.

Tapi ramadan tahun ini tuh hampir nggak pernah kepikiran soal makanan, kalau azan magrib udah berkumandang, langsung minum dan kadang dilanjut makan kurma (alhmadulillah stok kurma di BTN Ent lumayan banyak), abistu kalau ada makanan lain ya dimakan, kalau nggak ada makanan dan belum masak ya santai aja gitu. Nggak pengen yang aneh-aneh.

Ada masa aku nggak makan nasi selama dua atau tiga hari, ada masa anak kontrakan nggak masak lauk sama sekali (ujung-ujungnya kembali lagi ke bikin mie atau goreng telur). Alhamdulillah cukup untuk bikin kenyang.

Santai aja. Seloww.

Supaya tetap ngerasain nikmatnya buka bersama, BTN Ent sempat mengadakan buka bersama internal. Pada dasarnya emang cuma buka bersama anak kontrakan versi lebih serius merencanakan makanan dan minuman yang hendak disantap. Makanya ketika ada yang request agar buka puasa hari terakhir menunya agak mewah, langsung aku setujui karena aku punya kontrol terhadap penggunaan bahan makanan (apalagi kalau bahan makanannya jarang dibeli).

((punya kontrol))

Ckckck.

Setelah 29 hari ramadan dengan menu buka puasa seadanya, hari terakhir dimewahin dikit laaa. Masak ayam wkwk, BTN Ent adalah kontrakan yang setia dengan lauk 3T (tempe tahu telur), jadi ayam merupakan lauk yang super duper jarang tersedia di kulkas.

Mewah loh itu, ayam kecap pakai bawang bombay yang keberadaannya sempat punah di pasar selama berminggu-minggu.

Side dish-nya ada kurma, potato cheese stick, perkedel tahu, cireng, dan seblak kering.

Minumnya? biasa aja, hanya air mineral dan es sirup.



Bagiku, Idulfitri itu identik dengan beberapa hal, tradisi sungkeman pasca salat Ied, silaturrahim ke rumah sanak saudara (kalau lebaran di Lampung atau Jogja), silaturrahim ke rumah kenalan orang tua (kalau lebaran di rumah) yang sebenernya nggak terlalu aku minati mengingat aku nggak mengenal keluarga besar dan aku nggak suka ke rumah orang yang nggak aku kenal secara terpaksa. Idulfitri identik dengan makan banyak, makan mulu, makan teroooooos. Idulfitri identik pula dengan berbagai macam kue kering. Gara-gara urusan kue kering, BTN Ent memutuskan untuk membuat dua jenis kue kering karena lebaran tanpa kue kering rasanya kurang lengkap. Alhamdulillah, beberapa hari sebelum lebaran, kami dapat bingkisan dari tetangga yang isinya empat toples kue kering dan kudapan lebaran. Jadi, ruang tamu BTN Ent udah mirip ruang tamu di rumah alias ada toples-toples berisi makanan yang biasanya ditemui ketika lebaran tiba.

Gimana rasanya Idulfitri di Sumbawa?

Well, biasa aja sih, wkwk.

Idulfitri tahun ini menjadi hari raya yang berbeda bagi banyak orang, terlepas dari kondisi Indonesia yang sedang kurang baik dengan masyarakatnya yang ngeyel sama kebijakan pemerintah, kenapa sih ngotot berkerumun untuk belanja hhhh kesel. Perbedaan perayaan hari raya cukup membuatku penasaran, aku kan sering excited ketika bisa mencoba hal baru apalagi hal baru yang sepertinya hanya bisa dilakukan once in our lifetime.

Salah satunya, salat Ied di kontrakan.

Sekiranya di masjid atau di lapangan sekitar kontrakan mengadakan salat Ied, kayaknya aku bakalan lebih prefer salat di kontrakan (meski sunnahnya memang di tanah lapang), kapan lagi bisa salat Ied di kontrakan karena kondisi tidak memungkinkan untuk salat di luar? kapan lagi ada kesempatan perempuan jadi imam salat Ied?

Dua tahun lalu, tahun 2018, aku lebaran di Sumbawa dan kesiangan datang ke lapangan jadi nggak mendapatkan tempat strategis untuk salat padahal aku datang jam 7 pagi. Makanya tahun ini aku hepi hepi aja salat di kontrakan karena jam 7 pagi masih bisa santai nungguin anak kontrakan mandi lalu sarapan tanpa harus berburu waktu, kami salat Ied jam 8 pagi.



"Setel takbiran dong biar kerasa kalau hari ini lebaran, speaker ada di mana?"

Agenda pertama BTN Ent di tanggal 1 Syawal 1441 H adalah bangun pagi (yaiyalah), kemudian mandi, sarapan, takbiran, salat Ied, takbiran lagi, lalu dandan.

#DiKontrakanAja tidak menghalangi kami untuk memakai baju bagus.

Dan ketika sudah memakai baju bagus serta dandan cantik, tentu saja harus berfoto!



Setelah selesai berfoto yang sebagian hasilnya bisa dilihat di instagram BTN Ent, anak kontrakan sibuk dengan menghubungi orang rumah. Alhamdulillah teknologi udah memungkinkan adanya video call, raga boleh tidak bersama namun kita masih bisa bertatap muka. Ada yang video call di ruang tamu, ruang tengah, kamar, Kontrakan rame sama orang-orang yang lagi video call. Habis rame, terbitlah sepi. Habis video call, terbitlah rebahan.

Kapan lagi bisa leyeh-leyeh ketika idulfitri?

Kontrakan sepi sepanjang siang dan baru terdeteksi adanya aktivitas lepas ashar, hari ini ada satu undangan makan dari dosennya kak Neny, berhubung rumahnya deket sama kontrakan jadi semua anak kontrakan datang ke rumah beliau.

Rumah dosen kak Neny adalah satu-satunya rumah yang dikunjungi ketika lebaran, ternyata di rumah beliau sedang ada tamu yang aku kenal. Ujung-ujungnya kami semua ngobrol sampai azan magrib.


Lepas azan isya, Ahda yang lagi rebahan sembari megang hape tiba-tiba ngomong, "Wa, kamu nggak pengen keluar?"

"Kamu lagi pengen apa?"

"Mie Ayam."

"Mau keluar? yaudah, ayo."

"Kamu nggak makan?"

"Aku masih kenyang, kalau aku makan makanan ringan gimana?" tawarku soalnya aku tau Ahda nggak suka makan sendirian dan dia bakal menolak kalau aku cuma nemenin doang.

"Apaan?"

"Emmm... kacang rebus?"

Mimik Ahda langsung, "ish ngapa kacang rebus-_- pilih makanan lain aja lah."

Wkwkw.



Draft ini berhasil diselesaikan saat aku sudah kembali ke kontrakan setelah makan seporsi bakso tanpa mie dalam rangka menemani Ahda Nabilah yang mendadak ingin makan mie ayam sembari membahas kenapa aku belum nangis juga setelah nonton Hi Bye Mama sampai episode 12, membahas apa saja drama yang sedang kami tonton, dan tentu saja membahas nasib dari skripsi kami berdua.

Happy Eid Mubarak!
shofwamn

0 komentar