Rupanya Masih Sayang

Ada yang bilang, sebaiknya merahasiakan siapa saja teman-teman yang berada di lingkaran ilmu yang sama. Tidak disebarluaskan karena memang tidak perlu, toh buat apaan juga.

/sempat mengalami dilema/ /ngeposting foto atau engga/

Namun, karena lingkaran ilmu yang ada di cerita ini sudah tidak ada akibat dari rematch anggota. Jadi nggak papa lah ya nggak usah dirahasiain lagi. Toh, sudah berpencar jugaan.

#SebuahPembelaan

Here we go~ lets begin the story.


Alih-alih menyebut sebagai mentoring atau istilah beken lainnya, aku lebih memilih untuk menggunakan istilah lingkaran ilmu. Lingkaran ilmu, tidak terkesan agamis ataupun mengingatkan akan satu kelompok tertentu. Tidak terkesan eksklusif, cenderung friendly. Tapi kalau emang sedang di lingkungan yang sefrekuensi, yaa nyebutnya tetap ke istilah yang seharusnya. Istilah yang itu tuuh, liqo. Hehe.

Kenapa suka dengan sebutan lingkaran ilmu? Karena yang dibahas bukan hanya seputar agama dan intinya saja, banyak diskusi ringan ataupun sharing session yang terjadi di lingkaran ilmu milikku.

Sekarang bukan milikku lagi. Lingkarannya udah nggak ada. Udah berubah.

Sejak masuk UTS, aku memiliki sebuah lingkaran ilmu yang isinya teman-teman lintas fakultas. Lingkaran ilmuku yang ada di cerita ini terbentuk saat semester satu, sekitar tanggal 09 Desember 2016 (grup whatsappnya terbentuk tanggal segitu, padahal kita udah temu perdana sebelum ada grup whatsapp wkwk). Kami dipertemukan oleh peraturan universitas dan pertemuan tersebut berlanjut hingga sekarang.

Bertemu satu pekan satu kali.

Kami mengawali pertemuan rutin kami di asrama dengan lokasi paten aula lantai empat, kadang hanya bermodalkan mukena, tanpa harus berdandan rapi~

Kemudian semenjak pada nggak tinggal di asrama, pertemuan diubah di sekitaran kampus.

Gara-gara ini, lingkaran ilmuku sempat membeli karpet untuk alas duduk bergambar dragonball! How cute.



Ketika sudah pada memiliki kendaraan, sesekali bertemu di kawasan kota.

Puncaknya itu saat akhir 2018, kami akhirnya tidak lagi melakukan pertemuan di area publik. Kami bertemu di kontrakan salah satu anggota. Pekan pertama di kontrakan A, pekan kedua di kontrakan B, begitu seterusnya.

Sudah menjajaki berbagai level yang secara tidak langsung membuat lingkaran ilmuku makin erat, dan kemudian mendapatkan kabar kalau lingkaran ilmu kami akan diubah. Lingkarannya dirombak. Dipisah. Tidak bersama lagi dalam satu lingkaran.

Sedih?

YA SIAPA YANG NGGAK SEDIH COBAK. MENDADAQ BANGET.

Sudah dikasih tau sejak tahun lalu, namun tidak pernah terjadi. Begitu tidak ada pemberitahuan mengenai perubahan, tiba-tiba kelompoknya sudah berubah. Tanpa prolog, tanpa permisi, tanpa aba-aba, kami semua langsung menerima daftar kelompok baru masing-masing.

Aku tu pengen cerita tentang mereka, teman-teman lingkaran ilmuku. Tapi bingung mulai dari mana. Meski hanya bertemu satu kali satu pekan dan itu pun kadang nggak rutin, tapi kenangannya banyak coy.

Mulai dari Qonit yang dua tahun lalu bikin kaget karena tiba-tiba bilang "sebelum liqonya ditutup, aku mau ngucapin pibesdey ke shofwa." Padahal baru pertemuan kedua dan aku belum kenal sama Qonit sebelumnya but she remembers my birthday date. Aw, so sweet.

Atau Diana yang terkadang datang sambil bawa cilok jualannya. Kita semua mah bahagia lahir batin ketika ada makanan gratis ditaruh di tengah-tengah lingkaran.

Makan-makan di lantai empat alakadarnya tapi inshaAllah berkah.

Olahraga pagi-pagi nggak tau dah esensinya apaan kita dulu rajin banget ya guys.

Bikin surprise birthday party yang berisik seantero asrama, bahkan suaranya sampe kedengaran dari sungai.

Dari yang pada single, eh sekarang kita malah punya jagoan kecil bernama Ghaza~ dan sudah dua orang yang statusnya berubah

Dari yang masih pada nyari jati diri, sekarang pun masih mencari, namun sudah ada yang memantapkan pilihan hidup dengan memakai niqob:)


Kemudian belajar untuk kumpul secara mandiri karena di periode September-Oktober, ditinggal sebentar oleh pembimbing (atau pembina?) (atau mentor?) (you name it laa~) karena beliau harus magang sehingga tida bisa membersamai dalam lingkaran ilmu. Itu kayaknya masa-masa penuh perjuangan, dimana kami makin aware antara satu dan lain, berusaha untuk menyisihkan waktu demi sebuah temu, belajar untuk mengisi materi sembari membagi ilmu, belajar untuk melakukannya bersama-sama, hingga akhirnya... belajar saling menuangkan ide, hendak berjuang mewujudkan impian yang tercetus dengan niat ingin memberikan kebermanfaatan di tana Samawa.

Namun... tiba-tiba dipisah.

Rasanya tuh kayak, gimana sih, ketika udah makin sadar akan kekuatan persaudaraan, makin sayang, makin nyaman, terus dipisahkan. Kemudian diminta untuk menyayangi orang lain di lingkaran berbeda, tidak ada pilihan untuk bertahan di lingkaran ilmu yang sama.


Kekecewaan yang mendadak muncul, karena harapan yang telah lama terlupakan. Udah nggak inget pernah berharap agar nggak dipisah, lupa gara-gara persaudaraan yang makin kuat. Meski lupa, bukan berarti harapan agar nggak dipisah itu sirna. Tapi namanya juga berharap. Nggak semua harapan bisa menjadi nyata.

Aku perlahan mulai mengganggap kalau pengelompokkan kembali anggota lingkaran ilmu adalah sarana untuk lebih mengenal orang lain. Untuk belajar.

Be-la-jar.

B-E-L-A-J-A-R.

Belajar menerima kalau hidup tidak selalu sesuai dengan keinginan kita.

Belajar untuk melakukan ekspansi kebaikan dengan lingkaran baru.

Belajar taat pada keputusan, meski tidak dilibatkan dalam proses pembuatan keputusan.

Belajar ikhlas dan mengikhlaskan.

Mudah?

JELAS NGGAK LAH.

Move on sama satu orang aja strugglingnya butuh waktu yang lama bangeeet, apalagi move on sama dua belas orang.

minus satu orang: aku. Dan satu orang di bagian kanan yang harus ku-crop karena alasan tertentu

Terus, hari ini tiba-tiba grup whatsapp lingkaran ilmuku kembali aktif. Isinya? Permintaan untuk berjumpa dan berkumpul. Permintaan yang sebenernya tidak mungkin terkabul jika melihat kesibukan masing-masing anggota. Namun, mungkin semua anggota sadar bahwa enggan menyisihkan waktu serta hanya menjadwalkan tanggal ketemu (yang entah kapan tersepakati agar fullteam) bisa berakibat pada semakin lama waktu untuk berjumpa, padahal ada 'pertemuan terakhir' yang sudah direncanakan, menunggu terealisasi. Semacam pertemuan terakhir sekaligus perpisahan gitu. Alhasil, diadakanlah pertemuan sore ini. Emang temen-temenku tuh #mendadakisourstyle #antiwacanakleb

Walaupun tidak bisa fullteam tanpa ada yang izin, namun rasanya familier sekali dengan lingkaran sore ini, meski tajuknya pertemuan gak formal sekaligus perpisahan.

Karena bukan pertemuan yang rutin, nggak ada lagi susunan acara seperti biasa. Hanya saling bertukar kabar.

Tapi tetep seruuuuu. Tetap menyenangkan. Tetap heboh. Tetap dipenuhi tawa.

Charger iman? Yaps! Sepertinya memang sekaligus mencharger iman.

Kalian bayangin aja~ pertemuan lingkaran ilmuku yang nggak formal aja bisa mencharger imanku, apalagi di pertemuan yang sebelumnya rutin diadakan.


Pernah nggak sih kalian berada di kondisi yang membutuhkan suatu jawaban, namun kalian nggak tau apa yang harus ditanya, nggak tau sebenernya masalahnya apa, merasa sedang tidak ada masalah, tapi butuh jawaban. Dan kemudian jawaban yang kalian butuhin muncul secara simsalabim lewat ocehan seorang teman?

Berada di situasi merasa sudah menemukan solusi, namun butuh penguatan dan dikuatkan?

Sama kayak sore ini, sudah kubilang kalau aku sekaligus mencharger imanku yang grafiknya selalu fluktuatif. Meski tidak ada materi yang disampaikan, namun ketika mendengar kabar temen-temen lingkaran ilmuku, aku seperti mendapat jawaban, kekuatan, dan juga pemahaman baru~

Rupanya, rasa sayangku ke mereka nggak menghilang meski sudah lama tidak bertemu. Meski jarang banget berkomunikasi melalui media sosial. Meski cuma bisa memantau mereka dari apdetan status (yang nggak semua anggota sering apdet).

Yang namanya ukhuwah tuh ternyata manis sekali, ya.

xoxo,
shofwamn

0 komentar