Bianglala

  • Home
  • Kaleidoskop
    • BTN Entertainment
    • 128 Kata
    • 30 Tema Menulis
  • Seri Pengingat
    • #1 Paman Pelukis
    • #2 Memaknai Temu
    • #3 Don't Talk to Me About Muhammad
    • #4 Koreksi Niat
    • #5 Menyesal
    • #6 Salat Tepat Waktu?
  • Sosial Media
    • Instagram
    • Steller

18 Desember  2018 ~ 22 Januari 2019


Sudah tiga puluh lima hari berlalu sejak tanggal ulang tahunku, artinya sudah lima pekan aku resmi berusia dua puluh tahun.

(mendadak berasa tua banget)

Dua tahun terakhir, tulisan spesial edisi ulang tahun diposting tepat tanggal 18 Desember. Tahun ini beda, padahal kemarin udah berencana untuk nulis tepat waktu, tapi akhirnya mengurungkan niat.

Nanti aja deh nulisnya.

Apa-apa yang dipaksakan, terkadang tidak berakhir baik.

Lagipula, aku baru sanggup menulis sekarang.

Well, sebenernya lebih ke bingung aja sih mau nulis tentang apaaan. Kalau dua tahun lalu kan angkanya lagi bagus, 18 di 18, maksudnya berusia 18 tahun di tanggal 18. Kemudian tahun lalu ketika usiaku jadi 19 tahun, aku kembali menulis karena memang sebenernya hal tersebut udah jadi kebiasaan, menulis sesuatu untuk memperingati angka yang berubah dari sisa hidup. Terus, saat menyapa usia 16 dan 17, tulisannya aku posting di google plus. Kalian tau g+? Pokoknya itu salah satu fitur di google yang bisa buat ngeposting tulisan, aku aktif di g+ karena pada masanya kak Muna lumayan sering memposting tulisan di g+. Sekarang aku udah nggak pake g+, cuma sesekali kembali berkunjung dan meninggalkan jejak di situ, biar ndak terlalu berdebu.

Bisa jadi ini tulisan spesial edisi ulang tahun yang terakhir aku posting di blog,

Karena tiba-tiba, banyak sekali hal yang aku pikirkan.

Mostly about my future.

Aku nggak tau apakah ini keajaiban angka 20 apa gimana, tapi aku merasa wawasanku jadi semakin terbuka semenjak aku berusia 20 tahun, aku juga semakin banyak memiliki diskusi-diskusi yang mendalam, baik dari orang-orang yang ada di inner circleku, atau orang-orang yang bahkan aku nggak pernah nyangka bisa ngobrol banyak sama dia.

Rasanya sedikit aneh ketika merasa semakin menutup diri, namun di sisi lain relasi malah semakin banyak.




Aku juga merasa lebih deket dengan Allah, ini aku rasain ketika tempo hari aku menjawab pertanyaan seorang teman tentang kabar Kai dengan kalimat, “diambil lagi sama Allah lewat perantara pencuri”. Padahal bisa aja aku langsung ngomong kalau aku kemalingan, tapi aku sadar kok bahwa sesungguhnya Kai itu bukan milik aku, meski aku yang make dia 24/7, meski aku yang meminang dia dari toko, tapi Kai bukan milik aku.

Ngomong-ngomong, Kai itu nama laptop.

Saat ini aku lagi belajar menata hati, maksudnya bukan menata hati kayak yang buat someone such as my significant other, bukan. Yaelah emang masih jaman ngurus begituan? 

Sedangkan tentang menikah. Hmm... kalau sekarang ini. Maksudku yang bener-bener sekarang, bulan Januari 2019. Aku malah tidak terlalu berpikir tentang hal tersebut. Akhir-akhir ini aku terlalu sering melihat berita pernikahan orang, berita pernikahan orang yang aku kenal, berita pernikahannya kenalan dari orang yang aku kenal. Terlalu sering melihat kata-kata barakallah~ semoga samawa~ dsb dsb, keseringan yang memberikan dampak tersendiri bagi aku. Dan dampaknya tuh agak sedikit kurang baik, ehe.

WAIT WAIT. KENAPA MENDADAK MALAH NGOMONGIN PERIHAL NIKAH SIH.

Saat ini aku sedang mendalami makna ma fii qalbi ghairullah, karena selama ini yang kulakuan untuk  mengisi hati adalah setiap nama memiliki porsi yang sama, dengan tingkatan yang sama. Itu kan nggak boleh, ketika seharusnya Allah berada di urutan pertama, dan utama. Tidak bisa digeser oleh siapapun, apalagi digeser dengan makhluk ciptaannya yang berwujud manusia.

Gile, bijak banget nggak sih gue.

Sejauh ini, mencintai Allah merupakan proses yang paling suliiiit, tapi juga seru. 

Aku menyimpulkan bahwa ketika seseorang sudah terbiasa dengan satu kebiasaan, dia cenderung tidak mempublikasikannya. Kebiasaan yang sudah melekat di kehidupan yang bersangkutan. Sebenernya aku suka dengan sosok yang minim publikasi, tidak melakukan publikasi secara berlebihan (yang kadang masih sering kulakukan). Publikasi-publikasi yang sebenarnya tidak diperlukan. Tapi aku nggak suka kalau orang yang pengen aku tau kabarnya malah sama sekali tidak pernah mempublikasikan apa-apa.

wkwk, paradoks.

Sekarang, aku lebih mencoba untuk menyayangi diriku sendiri, berupaya menjauhkan diri dari emosi-emosi negatif dan memperbanyak energi-energi positif. Mungkin memang perubahannya tidak bisa dilihat secara kasat mata, tapi perubahan yang seperti itu bukan sesuatu yang bisa diukur lewat pandangan semata.

Wah gilak, kenapa bijak sekali.

Harapannya, semoga di usia yang sekarang dan seterusnya, aku bisa lebih baik lagi, lebih bermanfaat (tapi jangan dimanfaatin) untuk orang lain, lebih menambah ilmu dunia dan akhirat.

Semoga selalu dikelilingi oleh orang-orang baik.

-shofwa, yang akhirnya berusia dua puluh.
Ada yang bilang, sebaiknya merahasiakan siapa saja teman-teman yang berada di lingkaran ilmu yang sama. Tidak disebarluaskan karena memang tidak perlu, toh buat apaan juga.

/sempat mengalami dilema/ /ngeposting foto atau engga/

Namun, karena lingkaran ilmu yang ada di cerita ini sudah tidak ada akibat dari rematch anggota. Jadi nggak papa lah ya nggak usah dirahasiain lagi. Toh, sudah berpencar jugaan.

#SebuahPembelaan

Here we go~ lets begin the story.


Alih-alih menyebut sebagai mentoring atau istilah beken lainnya, aku lebih memilih untuk menggunakan istilah lingkaran ilmu. Lingkaran ilmu, tidak terkesan agamis ataupun mengingatkan akan satu kelompok tertentu. Tidak terkesan eksklusif, cenderung friendly. Tapi kalau emang sedang di lingkungan yang sefrekuensi, yaa nyebutnya tetap ke istilah yang seharusnya. Istilah yang itu tuuh, liqo. Hehe.

Kenapa suka dengan sebutan lingkaran ilmu? Karena yang dibahas bukan hanya seputar agama dan intinya saja, banyak diskusi ringan ataupun sharing session yang terjadi di lingkaran ilmu milikku.

Sekarang bukan milikku lagi. Lingkarannya udah nggak ada. Udah berubah.

Sejak masuk UTS, aku memiliki sebuah lingkaran ilmu yang isinya teman-teman lintas fakultas. Lingkaran ilmuku yang ada di cerita ini terbentuk saat semester satu, sekitar tanggal 09 Desember 2016 (grup whatsappnya terbentuk tanggal segitu, padahal kita udah temu perdana sebelum ada grup whatsapp wkwk). Kami dipertemukan oleh peraturan universitas dan pertemuan tersebut berlanjut hingga sekarang.

Bertemu satu pekan satu kali.

Kami mengawali pertemuan rutin kami di asrama dengan lokasi paten aula lantai empat, kadang hanya bermodalkan mukena, tanpa harus berdandan rapi~

Kemudian semenjak pada nggak tinggal di asrama, pertemuan diubah di sekitaran kampus.

Gara-gara ini, lingkaran ilmuku sempat membeli karpet untuk alas duduk bergambar dragonball! How cute.



Ketika sudah pada memiliki kendaraan, sesekali bertemu di kawasan kota.

Puncaknya itu saat akhir 2018, kami akhirnya tidak lagi melakukan pertemuan di area publik. Kami bertemu di kontrakan salah satu anggota. Pekan pertama di kontrakan A, pekan kedua di kontrakan B, begitu seterusnya.

Sudah menjajaki berbagai level yang secara tidak langsung membuat lingkaran ilmuku makin erat, dan kemudian mendapatkan kabar kalau lingkaran ilmu kami akan diubah. Lingkarannya dirombak. Dipisah. Tidak bersama lagi dalam satu lingkaran.

Sedih?

YA SIAPA YANG NGGAK SEDIH COBAK. MENDADAQ BANGET.

Sudah dikasih tau sejak tahun lalu, namun tidak pernah terjadi. Begitu tidak ada pemberitahuan mengenai perubahan, tiba-tiba kelompoknya sudah berubah. Tanpa prolog, tanpa permisi, tanpa aba-aba, kami semua langsung menerima daftar kelompok baru masing-masing.

Aku tu pengen cerita tentang mereka, teman-teman lingkaran ilmuku. Tapi bingung mulai dari mana. Meski hanya bertemu satu kali satu pekan dan itu pun kadang nggak rutin, tapi kenangannya banyak coy.

Mulai dari Qonit yang dua tahun lalu bikin kaget karena tiba-tiba bilang "sebelum liqonya ditutup, aku mau ngucapin pibesdey ke shofwa." Padahal baru pertemuan kedua dan aku belum kenal sama Qonit sebelumnya but she remembers my birthday date. Aw, so sweet.

Atau Diana yang terkadang datang sambil bawa cilok jualannya. Kita semua mah bahagia lahir batin ketika ada makanan gratis ditaruh di tengah-tengah lingkaran.

Makan-makan di lantai empat alakadarnya tapi inshaAllah berkah.

Olahraga pagi-pagi nggak tau dah esensinya apaan kita dulu rajin banget ya guys.

Bikin surprise birthday party yang berisik seantero asrama, bahkan suaranya sampe kedengaran dari sungai.

Dari yang pada single, eh sekarang kita malah punya jagoan kecil bernama Ghaza~ dan sudah dua orang yang statusnya berubah

Dari yang masih pada nyari jati diri, sekarang pun masih mencari, namun sudah ada yang memantapkan pilihan hidup dengan memakai niqob:)


Kemudian belajar untuk kumpul secara mandiri karena di periode September-Oktober, ditinggal sebentar oleh pembimbing (atau pembina?) (atau mentor?) (you name it laa~) karena beliau harus magang sehingga tida bisa membersamai dalam lingkaran ilmu. Itu kayaknya masa-masa penuh perjuangan, dimana kami makin aware antara satu dan lain, berusaha untuk menyisihkan waktu demi sebuah temu, belajar untuk mengisi materi sembari membagi ilmu, belajar untuk melakukannya bersama-sama, hingga akhirnya... belajar saling menuangkan ide, hendak berjuang mewujudkan impian yang tercetus dengan niat ingin memberikan kebermanfaatan di tana Samawa.

Namun... tiba-tiba dipisah.

Rasanya tuh kayak, gimana sih, ketika udah makin sadar akan kekuatan persaudaraan, makin sayang, makin nyaman, terus dipisahkan. Kemudian diminta untuk menyayangi orang lain di lingkaran berbeda, tidak ada pilihan untuk bertahan di lingkaran ilmu yang sama.


Kekecewaan yang mendadak muncul, karena harapan yang telah lama terlupakan. Udah nggak inget pernah berharap agar nggak dipisah, lupa gara-gara persaudaraan yang makin kuat. Meski lupa, bukan berarti harapan agar nggak dipisah itu sirna. Tapi namanya juga berharap. Nggak semua harapan bisa menjadi nyata.

Aku perlahan mulai mengganggap kalau pengelompokkan kembali anggota lingkaran ilmu adalah sarana untuk lebih mengenal orang lain. Untuk belajar.

Be-la-jar.

B-E-L-A-J-A-R.

Belajar menerima kalau hidup tidak selalu sesuai dengan keinginan kita.

Belajar untuk melakukan ekspansi kebaikan dengan lingkaran baru.

Belajar taat pada keputusan, meski tidak dilibatkan dalam proses pembuatan keputusan.

Belajar ikhlas dan mengikhlaskan.

Mudah?

JELAS NGGAK LAH.

Move on sama satu orang aja strugglingnya butuh waktu yang lama bangeeet, apalagi move on sama dua belas orang.

minus satu orang: aku. Dan satu orang di bagian kanan yang harus ku-crop karena alasan tertentu

Terus, hari ini tiba-tiba grup whatsapp lingkaran ilmuku kembali aktif. Isinya? Permintaan untuk berjumpa dan berkumpul. Permintaan yang sebenernya tidak mungkin terkabul jika melihat kesibukan masing-masing anggota. Namun, mungkin semua anggota sadar bahwa enggan menyisihkan waktu serta hanya menjadwalkan tanggal ketemu (yang entah kapan tersepakati agar fullteam) bisa berakibat pada semakin lama waktu untuk berjumpa, padahal ada 'pertemuan terakhir' yang sudah direncanakan, menunggu terealisasi. Semacam pertemuan terakhir sekaligus perpisahan gitu. Alhasil, diadakanlah pertemuan sore ini. Emang temen-temenku tuh #mendadakisourstyle #antiwacanakleb

Walaupun tidak bisa fullteam tanpa ada yang izin, namun rasanya familier sekali dengan lingkaran sore ini, meski tajuknya pertemuan gak formal sekaligus perpisahan.

Karena bukan pertemuan yang rutin, nggak ada lagi susunan acara seperti biasa. Hanya saling bertukar kabar.

Tapi tetep seruuuuu. Tetap menyenangkan. Tetap heboh. Tetap dipenuhi tawa.

Charger iman? Yaps! Sepertinya memang sekaligus mencharger iman.

Kalian bayangin aja~ pertemuan lingkaran ilmuku yang nggak formal aja bisa mencharger imanku, apalagi di pertemuan yang sebelumnya rutin diadakan.


Pernah nggak sih kalian berada di kondisi yang membutuhkan suatu jawaban, namun kalian nggak tau apa yang harus ditanya, nggak tau sebenernya masalahnya apa, merasa sedang tidak ada masalah, tapi butuh jawaban. Dan kemudian jawaban yang kalian butuhin muncul secara simsalabim lewat ocehan seorang teman?

Berada di situasi merasa sudah menemukan solusi, namun butuh penguatan dan dikuatkan?

Sama kayak sore ini, sudah kubilang kalau aku sekaligus mencharger imanku yang grafiknya selalu fluktuatif. Meski tidak ada materi yang disampaikan, namun ketika mendengar kabar temen-temen lingkaran ilmuku, aku seperti mendapat jawaban, kekuatan, dan juga pemahaman baru~

Rupanya, rasa sayangku ke mereka nggak menghilang meski sudah lama tidak bertemu. Meski jarang banget berkomunikasi melalui media sosial. Meski cuma bisa memantau mereka dari apdetan status (yang nggak semua anggota sering apdet).

Yang namanya ukhuwah tuh ternyata manis sekali, ya.

xoxo,
shofwamn
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

Bianglala's Author

Shofwa. Manusia yang lebih senang berbicara dalam pikiran, punya kebiasaan bersikap skeptis terhadap sesuatu yang dianggap tidak masuk akal, jatuh cinta dengan makna nama yang dimiliki: keikhlasan dalam cinta.

My Post

  • ►  2025 (2)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (1)
  • ►  2024 (5)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  April (1)
  • ►  2023 (5)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2022 (1)
    • ►  Agustus (1)
  • ►  2021 (10)
    • ►  November (2)
    • ►  September (5)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (1)
  • ►  2020 (6)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
  • ▼  2019 (36)
    • ►  Desember (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Mei (3)
    • ►  Februari (28)
    • ▼  Januari (2)
      • Akhirnya 20
      • Rupanya Masih Sayang
  • ►  2018 (18)
    • ►  Desember (7)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (2)
  • ►  2017 (41)
    • ►  Desember (2)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (13)
    • ►  Maret (9)
    • ►  Februari (13)
  • ►  2016 (21)
    • ►  Desember (2)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (3)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2015 (33)
    • ►  Desember (4)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (5)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (8)
  • ►  2014 (3)
    • ►  Desember (3)
Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright © Bianglala. Designed by OddThemes