1439 H Eid Mubarak of mine


Sebenarnya, alih-alih merasa sedih karena belum diizinkan untuk pulang, aku justru excited ketika mengetahui akan merayakan Hari Raya di Sumbawa, yang mana sekarang menjadi tanah rantauan.

(kesampingkan saja segala cerita kepulangan yang ada, plus kisah tentang para anggota bilang-gak-pulang-tapi-mendadak-pulang kleb)

 cr to: Ulala

Hari ini, aku dan Aiko kesiangan berangkat ke tempat sholat. Memang lapangan buat sholatnya nggak luas-luas amat sedangkan jama’ah membludak dan itu membuat ruas-ruas jalan digelari oleh berbagai macam karpet atapun koran bekas (yang tidak dipungut lagi, meninggalkan sampah koran di mana-mana -__-) yang bikin aku berdecak adalah, penataan jama’ahnya kurang terorganisir. Masa di belakang shaf aku isinya bapak-bapak, terus dua shaf di depanku juga diisi sama bapak-bapak. Udah nggak bener, tapi mau gimana lagi, baru kali pertama sholat Eid Fitr di Sumbawa dan datangnya agak telat jadi nggak menyangka kalau shafnya bisa random seperti itu.

Ketika tahu kalau lebaran kali ini akan dihabiskan di Sumbawa, sudah merencanakan beberapa hal, salah satunya adalah: masak! Setidaknya berusaha agar bisa makan enak ketika Lebaran dan sebisa mungkin menghindari konsumsi micin di Hari Raya. Niat baik pasti akan bertemu dengan niat baik karena beberapa hari sebelum lebaran, seorang kakak tingkat yang juga tidak mudik bernama teh Shofy menghubungi aku melalui layanan whatsapp,

“Uwaa, anak-anak BTN halbi yuk! Kita masak-masak buat makan bareng.”

Sejak bulan September 2017, aku bersama sembilan orang temen mengontrak sebuah rumah yang kami namai sebagai BTN Entertainment (ada Instagramnya loh! check @btn_ent). BTN Ent sendiri berlokasi di BTN Bukit Permai dan memang banyak mahasiswa UTS yang mengontrak ataupun nge-kost di wilayah tersebut, sehingga dibentuklah aliansi PPN-BTN dengan anggota para mahasiswa yang tinggal di wilayah PPN ataupun BTN agar bisa saling membantu jika membutuhkan. Dari sepuluh orang pemegang saham BTN Ent, hanya delapan orang yang menghuni kontrakan tersebut. Alhasil, aku dan Ula yang sama-sama memutuskan untuk tidak pulang diberikan mandat untuk menjaga BTN Ent selama libur Ramadaan dann Eid Fitr karena enam penghuni lainnya menjadi bagian #TeamMudik2018

“Kapan tuh? Anak Aliansi nih?”

“Iyaa, tapi kalau ada himara (himpunan mahasiswa rantau) lain yang mau join ya gapapa.”

Ekspektasi aku nih ya, ajakan tersebut memang ajakan untuk anak-anak aliansi yang memang tidak mudik. Makanya aku kaget ketika kemudian teh Shofy menyebar broadcast halbi, bahkan ada posternya pula. Setiap melihat nama-nama peserta halbi yang di-update di grup, aku sembari membayangkan berapa banyak energi yang harus dikeluarkan untuk bersosialisasi dengan manusia-manusia yang mayoritas tidak kukenal.

Aduh, bakalan capek banget.



Bukan bermaksud untuk membatasi diri atau bersikap ansos, tapi kembali lagi ke ekspektasi aku bahwa itu merupakan acara makan-makan untuk aliansi agar feel kekeluargaannya bisa lebih dapet, agar nggak merasa sendiri saat Lebaran.

Tapi, sebenernya aku juga terbuka dengan open house, kapan lagi gitu ngadain makan bareng di hari kemenangan? Nggak papa sih kalau emang banyak yang datang ke halbi, nanti anak-anak aliansi bisa menjadi tuan rumah dan yang datang adalah tamu undangan.

Tamu undangan tapi ditagihin uang iuran makan wkwk.

Lagipula ekspektasi aku tidak kebanting amat kok, karena beberapa anak aliansi ngumpul untuk masak-masak buat persiapan halbi di malam takbiran, ada bang Hamdi selaku tuan rumah, lalu mas Azzam, kak Aladin, Teh Shofy, dan Ula, plus dua penghuni sementara BTN Ent: Aiko dan kak Ipeh. Kami baru selesai masak sekitar jam satu dini hari dan, yah, i had so much fun back then even aku sama sekali tidak membantu masak dan hanya berkontribusi terhadap penyiapan bahan masakan serta mencuci piring plus sibuk merekam tingkah duo Ipeh-Ula yang hobi karaokean dengan menggunakan pisau kupas sebagai microphone.

Karena memang udah memiliki agenda halbi, aku dan Aiko langsung menuju ke rumahnya bu Putri begitu sholat Eid selesai karena di sana ada Ula dan kak Ipeh yang menunggu. Bu Putri ini salah satu dosen Ula yang sedang mudik, jadi beliau menitipkan rumahnya ke Ula biar ada yang menjaga dan kami memanfaatkan kulkas yang terdapat di rumah beliau untuk membuat es batu.

Dari rumah bu Putri, aku dan Aiko pulang dulu ke BTN Ent sedangkan kak Ipeh dan Ula mampir ke kontrakan mas Azzam untuk ngambil karpet. Habis itu langsung ngumpul di rumah bang Hamdi karena masih harus memasak tempe mendoan dan menyiapkan tempat untuk makan.


Tradisi yang selalu aku lakukan kalau lebaran adalah sungkeman setelah sholat Eid, entah mau lebarannya di Lampung atau di Bacan, sungkeman nggak pernah absen.  Berhubung tahun ini lebarannya di Sumbawa, jadi sungkemannya ditiadakan dulu karena siapa pula yang mau di-sungkem-in? Sebenarnya aku menunggu telepon dari rumah tapi sama sekali nggak ada telepon masuk sampai bingung sendiri hari ini jadi lebaran nggak sih? kemudian sadar, lah gue kurang ajar amat jadi pihak yang menunggu, harusnya kan anak yang berbakti kepada orang tua jadi harusnya ya anak yang menghubungi orang tua, bukan sebaliknya wkwk, makanya aku langsung telepon ummi..... dan nggak diangkat dong:)

Iyalah nggak diangkat, waktu di Sumbawa kan satu jam lebih lambat dari waktu di Bacan, bisa jadi orang rumah udah keliling-keliling buat silaturrahim ke kenalan ketika aku masih di lapangan dengerin khutbah Eid Fitr sambil ngeliatin dua gadis kecil yang lucu parah.

Karena nggak berhasil menghubungi rumah, aku berinisiatif mau menghubungi kak Muna yang tahun ini lebaran di Tangerang tapi inisiatif tersebut aku urungkan karena pasti kak Muna masih sholat Eid. Tangerang kan waktunya satu jam lebih lambat dari Sumbawa.

Padahal masih beda WIB – WITA – WIT doang tapi mau berkomunikasi aja udah rada ribet gitu.



Ngomong-ngomong, yang datang halbi sekitaran lima puluh orang dan tentu saja mayoritas tidak aku kenal. Karena aku nggak mau repot-repot kenalan, jadi yang aku lakukan hanya muter-muter nggak jelas, ngambilin emping, nyomot kue, minum es, main hp, ngobrol sama orang yang aku kenal, menyapa seadanya ke orang yang aku tahu, dan tidak terlalu memperdulikan sisanya.

Seharian ini yang stay di rumah bang Hamdi adalah orang-orang yang turut serta dalam memasak makanan untuk halbi (bang Hamdi, mas Azzam, kak Aladin, Teh Shofy, Ula, Aiko, kak Ipeh). Menu yang kami sediakan untuk halbi hari ini ada lontong, nasi, opor ayam, sambal kentang, tahu goreng, tempe mendoan, sambal kecap, kerupuk udang, emping, es sirup, dan air mineral, lalu ada makanan perintilan macam kue-kue kering, buah, serta brownies.

Rumah bang Hamdi udah berasa rumah sendiri, selepas dhuhur beberapa dari kami tidur di gazebo, ada yang tidur di kamar, ada juga yang tidur di ruang tengah, terus kalau mau makan tinggal ambil makan, mau ngemil juga banyak camilan. Sorenya, kak Ipeh menggoreng sisa tempe yang belum sempat digoreng, kak Ipeh juga menggoreng ayam opor karena khawatir santannya sudah mulai tidak bagus untuk dikonsumsi.

Kami mulai beres-beres merapikan pekarangan rumah bang Hamdi yang sudah dipakai sebagai lokasi penyelenggaraan halbi ketika yakin tidak ada lagi orang yang akan datang untuk makan. Ada yang nyuci piring, ngerapiin alas duduk, buang sampah, beberes meja, menata barang-barang yang dipinjam selama halbi, berbagai macam kegiatan tersebut selesai ketika maghrib menjelang. Seusai sholat, Mas Azzam, bang Hamdi, teh Shofy, sama Ula pergi buat ngembaliin alat-alat.

Tentu saja kami tidak lupa mengabadikan momen terakhir halbi sebelum pamit undur diri dari kediaman bang Hamdi yang super cozy buat dijadiin tempat nongkrong, sebelum akhirnya kembali mencari kesibukan masing-masing untuk megisi waktu libur setelah diiznkan merusuh sejenak di rumah bang Hamdi.

Terimakasih untuk malam ketemu malamnya!

minus kak Aladin yang harus pamit lebih dulu karena suatu urusan

Padahal cuma stay di satu tempat tapi ngerasa capek, i would say it might be caused by my introvert side. Seorang introvert perlu banyak energi untuk bersosialisasi dengan orang-orang sedangkan bersosialisasi merupakan cara seorang ekstrovet untuk mencharger diri.

Ehtapi bisa jadi ngerasa capek karena emang jarang melakukan aktivitas seharian penuh dan lebih sering mendekam dalam kamar, berduaan sama Kai haha.

Lebaran kali ini berbeda karena jauh dari keluarga namun bisa berakhir dengan menyenangkan! Tahun kedelapan merantau, diberi kesempatan untuk merasakan lebaran di tanah rantau, alhamdulillah.

best regards,
shofwa muhimatunnisa

3 komentar

  1. Dan aku kemaren gaada makan nasi atopun lontong bahkan opor 😂 cuma ngemilin mendoan dan makanan kecil lainnya. Eh aku makan ayam yang udah digoreng sih~

    BalasHapus
  2. Dari yang berekspektasi makanan akan kurang sampai akhirnya lebih banyak ~
    Terima kasih lebaran pertama aku di tanah rantau ceman - ceman <3

    BalasHapus
  3. Makasih udah nemenin lebaran di perantauan

    BalasHapus