23 Ingatan tentang Kamar Buangan

Malam sebelum Akhirussanah, asrama yang biasanya sepi menjadi sedikit ramai akibat kunjungan anak-anak mantan penghuni lantai tiga yang udah jadi anak kost.

Malam-malam sebelumnya asrama juga di kunjungi sama makhluk dunia sebelah.

Malam sabtu, ada sekitar empat belas anak yang tidur di lantai tiga tapi yang turun ke tempat sholat cuma tiga orang.

Aku, Ayuk Diah, sama Tyas.

AKU RAJIN KAN #pencitraan

Biasanya aku sholat di kamar sama temen karena udah liburan jadi ya udah nggak ke tempat sholat lagi, lagi pula waktu itu aku turun juga sekalian mau ngecek makan malam nya anak kelas tiga yang menghilang (dan ternyata adek kelas 10 salah ngambil jatah makan). Kesimpulannya, aku peduli terhadap rasa lapar nya teman-teman ku.

Juga rasa lapar ku.

Setelah al-matsurat dan doa seperti biasa, ustadzah Lely membuka halaqoh di petang yang hampir menggelap itu dengan sebuah pertanyaan,

"Kemarin malem ada anak kelas tiga yang lari-lari di koridor nggak?"

Malam sebelumnya lagi alias malam Jum'at, ustadzah Titin dan ustadzah Lely yang merupakan Pembina Asrama kami memang nggak tidur di Asrama.

"Nggak tau us, emangnya kenapa?" Tanya Tyas.

"Jadi tuh ustadzah dapat laporan dari PA kelas 10, katanya kemarin malam (malan Jum'at) sekitar jam dua belas PA kelas 10 denger ada yang turun tangga dari lantai tiga terus ke pintu depan, kayaknya nyoba buka pintu itu."

"Pintu depan kan di kunci us."

"Yaa karena di kunci terus suaranya naik lagi ke lantai tiga. Lari-lari di koridor. Makanya ustadzah nanya, siapa anak kelas tiga yang malam-malam turun ke lantai satu."

"USTADZAH JANGAN BIKIN PARNO."

"IH USTADZAH, AKU GAK MAU DENGER."

"Lha, ustadzah kan cuma nanya."

"Kayak nya nggak ada deh us. Udah pada tidur lah kalau jam segitu. Tapi Hafsa sama Firda waktu itu begadang sampai malam kok, tapi gak mungkin mereka lari-lari di koridor."

"Oh, yaudah kalau gitu. Kemarin yang shofwa denger kayak gimana?" Ustadzah Lely tiba-tiba noleh ke arah ku.

"Denger apaan shof?" Tanya Ayuk Diah.

"Orang naik tangga. Aku lagi nonton terus aku denger ada yang naik tangga, rame-rame gitu sekitar 3-4 orang. Aku cuma denger bentar terus aku positive thinking kan mungkin ustadzah habis rapat di tempat ustad Heri, tapi volume earphone nya langsung aku gedein."

"Kapan kamu denger?"

"Pas listriknya mau korslet, sekitar jam dua belas kurang soalnya nggak lama kemudian aku tidur."

Ustadzah Lely mengernyit, "Ustadzah nggak rapat kok. Shofwa nggak liat siapa yang naik?"

"Mana berani. Aku udah takut duluan kali us."

"UDAHLAH GAK USAH DI BAHAS. USTADZAH NI BIKIN TAKUT AJA!" Protes Ayuk Diah.

"Iya-iya. Mungkin itu memang makhluk dunia yang berbeda dari kita. Yaudah, nggak usah di pikirin lagi. Ustadzah kan tadi cuma nanya gara-gara dapat laporan dari PA kelas 10."

Sudah jadi rahasia umum kalau kebanyakan Asrama atau pondok atau bahkan rumah sekali pun, pasti memiliki penghuni lain yang tidak terlihat. Aku jarang mengalami sendiri kejadian-kejadian aneh dan kalau mengalami pun aku bakal pura-pura nggak tau daripada aku parno sendiri. Lagian aku juga sendirian di kamar pas suara-suara aneh orang naik tangga itu kedengeran.

Gak serem, tapi bikin parno.

Dan nggak tau ya emang takdir maunya apa, pagi harinya aliran listrik yang sebaris sama kamar ku malah mati. Tapi aliran listrik di barisan depan kamar ku malah nanya.

Ini bukan karena aku denger suara aneh itu makanya aliran listriknya korslet kan yaa.

#ParnoLagi

Daripada bercerita tentang peristiwa aneh yang hampir pasti merupakan ulah makhluk dunia sebelah (aku memutuskan buat nanya Firda, dan ternyata dia gak denger apa-apa padahal dia tidur jam dua pagi). Mending aku membagi kesan, pesan, kenangan, kebahagiaan, pengalaman, dan semua hal yang aku pikir perlu di ingat tentang kamar yang aku tempatin terakhir kali.

Kali ini, aku nggak mau bikin deskripsi yang melelahkan, sebetulnya aku paling nggak jago nge deskripsiin orang. Setiap waktu segalanya berubah, im right? Makanya kalau aku nge deskripsiin orang aku ngerasa kayak "Duh, kan dia bakal berubah terus. Ngapain gue mikir keras buat sesuatu yang belum pasti benar." Namun percayalah, selalu ada pikiran panjang di balik tulisan yang mendeskripsikan seseorang. Mana yang deskripsi tentang personil KLASIK gak kelar-kelar.

Untuk menghindari pembuatan deskripsi anak kamar, aku memutuskan untuk menulis 23 poin yang berisi tentang kamar. Yang jelas ini bakal lebih baik daripada sebuah deskripsi yang di sanksikan kebenarannya.

Aku harap begitu.

So, Here we go!

1. Kamar Buangan

Wkwkwkwk, belum apa-apa udah nongol aja si Kamar Buangan.

Biar nggak pada bingung aku mau ngejelasin sesuatu, awalnya di lantai tiga terdapat 9 kamar, tujuh kamar dihuni sama anak kelas XII sedangkan dua kamar lain dihuni sama anak kelas X karena semua kamar di lantai dua sudah penuh. Waktu liburan UTS, banyak anak kelas X yang pindah sistem dari boarding school ke fullday school yang artinya kamar-kamar di lantai dua banyak yang kosong. Jadi para dekel-dekel yang baik hati nan irit kata yang sebelumnya menghuni lantai tiga semuanya pada turun ke lantai dua. Sistem di sini tuh satu lantai buat satu angkatan karena Asrama Putri memiliki tiga lantai. Makanya para dekel pada pindah ke lantai dua karena lantai tiga merupakan lantainya kelas XII. Akhirnya, dua kamar bekas anak kelas X yang kosong tak terpakai diisi sama anak kelas XII yang mau pindah kamar. Entah karena kamar sebelumnya overload atau karena memang pengen pindah kamar.

Kalau aku sih karena alasan ketiga, diajak teman kamar.

Aku kan anak kamar C (setiap kamar dinamain sesuai abjad), terus Jihan sama Laras yang sekamar sama aku ngajak pindahan. Alasannya bersifat tidak pantas diceritakan pada publik, hehe. Yaudah aku ikutan pindah deh karena emang kamar C termasuk kamar yang kelebihan orang.

Eh, waktu lagi pindahan, tiba-tiba Salwa yang merupakan anak kamar F pengen ikutan pindah.

Jadilah kami membentuk kamar baru dengan empat orang penghuni. Aku bahagia karena lemari yang harus nya buat jatah dua orang bisa aku miliki sendiri, yippie!!!

Tapi, semenjak dari mulai pindahan sampai lulus. Status kita tetap tidak berubah. Aku, Jihan, Laras sebagai anak kamar C dan Salwa sebagai anak kamar F. Makanya kenapa nama kamar kami itu namanya Kamar Buangan, soalnya nggak pernah mendapatkan titel "Kamar H."

2. Kerajaan Semut

Waaaah, parah mah kalau ini.

Beberapa waktu setelah menjadi penghuni Kamar Buangan. Ternyata di kamar ada sarang semut yang kadang bikin rusuh.

Bikin rusuh waktu pindah sarang (buat jalur perpindahan yang meskipun lewat pinggir dinding tapi tetap aja bikin nggak nyaman). Bikin rusuh kalau ada makanan yang dibuka. Yang paling parah dan paling ngeselin adalah, para semut-semut nggak tau diri ini juga nyemplungin diri ke dalam air minum, entah yang di gelas atau pun di pemanas air.

YA SEJAK KAPAN GITU SEMUT SUKA SAMA AIR PUTIH.

SEJAK KAPAN AIR PUTIH (baca : air mineral) RASANYA MANIS?!

3. Dinding Bocor Misterius

Suatu waktu, saat hujan tiba, dan baru aja pulang sekolah (CIYEE MASIH SEKOLAH YA DULU). Keadaan kamar menunjukkan sisa-sisa habis kena air hujan. Semua buku, komik, bahkan alqur'an yang ada di atas container basah, kardus di bawah ranjang nggak luput dari sasaran keusilan hujan. Kami semua langsung mikir kalau dinding dan atap kamar bocor. Soalnya emang nggak ada yang ngira bakal kebocoran air hujan jadi naruh buku sembarangan di bawah jendela karena emang biasanya aman tidak basah sedikit pun. Lembaran soal-soal juga jadi korban, semua gak bisa dipakai lagi.

Kejadian itu terjadi tanggal 11 Desember 2016, aku ingat gara-gara aku cerita di ask.fm kayak gini

Kan kemarin hujan deres banget dan UNTUK PERTAMA KALINYA kamar kita ketetesan air hujan
Kasur Salwa basah
Terendam air
Langsung tumbuh Jamur polkadot
Nggak deng
Kasur Salwa langsung dibediriin terus bawah jendela kita pel pake rok bekas gatau punya siapa

Nah, hari ini kan aku ke sekolah
Jihan jalan-jalan cuci mata sama Hasna
Tiba-tiba ba'da dhuhur tadi HUJAN DERAS CAMPUR GELEDEK MEMEKAKKAN TELINGA
Aku udah cemas soalnya kamar gak ada orang
Nanti kalau banjir lagi gimana

Begitu hujan reda aku langsung balik ke Asrama
Jihan belum pulang
Aku ngecek jendela
LANTAINYA GAK BASAH COBA
Gantungan yang disamping jendela juga nggak basah

Kenapa di hujan selanjutnya. hujan yang lebih deras dari sebelumnya, keadaan kamar malah baik-baik saja.

Sampai sekarang masih heran apa yang waktu itu menyebabkan kamar basah.

Mungkin angin.

4. Pengumpul Sampah Botol

Baik sebelum pindah atau pun sesudah pindah, aku selalu jadi salah satu relawan pengangkat galon untuk persediaan air minum. Tapi terkadang gantian sama anak kamar, atau nggak jarang kami menimbun satu-dua galon biar nggak usah sering ngambil galon di lantai satu. Kalau waktu di kamar C hampir semuanya bisa ngangkat galon, di Kamar Buangan cuma ada aku sama Jihan yang secara nggak resmi bertugas memenuhi persediaan air minum anak kamar kami.

Selama November 2015 aku beberapa kali mengunjungi Rumah Sakit, pertemuan pertama kali dengan dokter yang baik hati diakhiri dengan "Kamu nggak usah ngangkat galon dulu ya."

Gara-gara itu, aku berhenti jadi relawan pengangkat galon buat sementara. Iya, aku pikir larangannya cuma berlaku sementara. Nyata nya, di pertemuan selanjutnya antara aku dan si dokter baik hati, dokter nya nggak pernah kasih lampu hijau ke aku buat ngangkat galon lagi.

Terus nggak mungkin kan ya kalau cuma Jihan yang ngambil galon meanwhile galon itu nggak ringan dan bakal habis kurang dari sepekan. Makanya selama rentang November-April, kami memenuhi persediaan air minum dengan membeli air mineral ukuran 1.5 liter. Merk nya nggak pasti, kadang VIT, kadang Nestle, kadang Aqua, paling sering sih Alfamart (soalnya paling murah). Sekali beli biasanya tiga potol buat satu orang.

Bisa dibayangin lah berapa banyak sampah botol air mineral bekas yang diproduksi sama kami selama satu pekan.

Kamar Buangan merupakan penyumbang sampah botol terbesar di lantai tiga

5. Insiden Piring Berputar

Aku hampir menceritakan peristiwa tentang piring berputar dan memposting nya sebagai sebuah status di facebook, tapi hal tersebut urung aku lakukan.

Menghindari dikatakan alay. Apa-apa dijadiin status. Apa-apa diceritain.

Antara hari Senin atau Kamis, karena emang kejadiannya beberapa saat setelah buka puasa. Aku lagi main sama Kai, Salwa lagi ngerjain soal, Jihan lagi di ranjang ketika tiba-tiba Laras teriak

"EH PIRINGNYA MUTER SENDIRI!."

Salwa : "noleh Laras"
Jihan : ha?
Shofwa : "natep Laras"

"Sumpah tadi piringnya muter!" Laras bikin tanda swear pakai jarinya. "Beneran muter kayak gini loh." Dia langsung muter piring pakai kedua tangannya buat memperagakan apa yang baru dia lihat.

Salwa : Masa sih? Angin kali.
Jihan : Iya, mungkin angin.
Shofwa : Kamarnya jarang di tilawahin sih.

"Coba tadi ada yang liat buat jadi saksi, beneran deh tadi muter padahal nggak ada yang muterin! Masa nggak ada yang liat?"

Kami bertiga : "menggeleng"

Masalah ini tidak dibicarakan lebih lanjut tapi memang piring nya berpindah tempat.

6. Our Princess

Bagaimana sikap seorang putri yang anggun dengan tutur kata indah nan bersahaja dihancurkan sama anak satu ini.

Bagaimana simbol seorang putri cantik jelita yang seharusnya pandai menjaga rahasia dibuyarkan oleh anak ini.

Bagaimana mungkin seorang putri yang seharusnya tepat waktu dipatahkan oleh anak ini karena kata "iya" yang keluar dari mulutnya hampir selalu tidak dilaksanakan dengan cepat.

Paradita Nadira Larasati yang merupakan putri dari Kerajaan Kamar Buangan.

Pertama kali nemu spesies manusia macam Laras.

Rajin banget nyuci piring, satu hari lima kali. Udah kayak total jumlah mandi dan makan dalam sehari.

Suka beresin ranjang sendiri, sering beresin ranjang anak kamar juga.

Hobi nyapu sama ngepel kamar. Kalau naruh barang pasti tertata dan nggak bikin berantakan.

Dan tentu saja itu semua hanya bohong semata.

WKWKWKWKWK.

Malahan kalau kamar nya rapi biasanya pada nyeletuk, "Waah our princess lagi di luar ya? Pantas kamarnya rapi."

Atau kalau tumpukan buku yang merupakan campuran dari buku Laras, buku Salwa, dan beberapa komik Shofwa yang terdapat di bawah ranjang Laras selesai dirapiin, pada bilang, "Tunggu aja beberapa hari, ntar udah berantakan lagi."

Aku nggak bermaksud membongkar keburukannya Laras lhoo (klarifikasi dulu biar nggak di bash, penggemar Laras banyak jadi kemungkinan aku di bash tinggi) siapa tahu Laras udah tambah rajin karena sekarang dia udah jadi anak kost.

Aku suka ndengerin Laras cerita, meskipun ceritanya nggak penting dan sering diulang tapi enak aja didengar. Sepertinya Laras punya kemampuan membuat sebuah peristiwa menjadi menarik untuk didengar kalau dia yang ngomong. Dia juga nggak terlalu pandai menyimpan apa yang lagi dia rasain, makanya waktu kami pertama kali main Truth or Dare, kami sama sekali nggak berminat buat nanya Laras karena emang kami mengetahui hampir semua hal yang menyangkut tentang Laras, jadi nggak ada kata penasaran. Soalnya, tanpa diminta pun dia bakal cerita.

Biasanya aku naik motor ngandelin rem kiri sedangkan Laras sukaa banget pake rem kanan. Setiap dibonceng sama Laras, aku perlu nyiapin mental dulu. Dia nggak pernah ngurangin kecepatan waktu mau belok dan setiap belok tuh kemiringan motornya bikin adrenalin terpacu. Aku selalu mengantisipasi tiap mendekati belokan, mana Laras juga banyak omong lagi.

"Hahaha, aku tau kok shof kamu takut." Kata dia tiap aku

"Kamu miring banget sih, aku takut kalau kita tiba-tiba jatuh. Itu di depan ada belokan, pelan-pelan ras, PELAN-PELAN!!."

Tapi tetep aja dia baru ngerem waktu udah mau belok.

"Belokan ku tuh indah tau."

"INDAH APANYA! YANG ADA MALAH BIKIN JANTUNGAN!!"

Aku emang takut, tapi aku suka. Seru. Naik motor sama Laras tuh bukan sekedar dibonceng, tapi juga sekalian uji nyali.

7. "Ustadzah, aku izin ya!"

Mungkin beberapa ada yang ingat, beberapa ada yang lupa, beberapa ada yang nggak mau ingat, kalau saat kelas XI aku pernah menceritakan tentang kamar ku juga, salah satu ceritanya adalah fakta bahwa kamar E merupakan kamar yang suka telat turun ke tempat sholat. Dan di Kamar Buangan, ada dua orang personil kamar E yang bertemu kembali.

Shofwa dan Salwa

we are the Wa!


Semua personil anak Kamar Buangan nggak ada yang alim banget, kata "alim banget" di sini merujuk pada "anak yang selalu turun ke tempat sholat." Biasanya kalau lagi hari puasa terus nggak lagi dapat setoran hafalan malam, kami bakal izin nggak turun. Alasannya macam-macam. Terkadang juga gantian sih, yang turun cuma satu orang buat ngizinin tiga orang lainnya, atau dua orang, atau kalau emang lagi pengen rajin, selesai sholat di kamar kami semua langsung turun.

Tapi, suatu malam kami dipanggil karena frekuensi izin yang nggak wajar. Haha, Gak deng. Kami dipanggil karena kami nggak turun tanpa izin, Atikah sama Ula juga dipanggil.

"Blablabla, kalian nggak turun, blablabla, kenapa kalian jadi jarang turun, blablabla, jadi kalian nulis alquran lima lembar ya." Sabda ustadzah Titin.

E gilak ya nulis lima lembar mbok yo dikira tangannya gak pegel apa. Mana kan awalnya di suruh selesai malam itu juga. Gilak gilak. Waktu aku pertama kali di hukum nulis ayat alquran (yang bisa kalian baca ceritanya disini) aja butuh waktu ber jam-jam.

Apa ustadzah pengen kami begadang tidak tidur hanya untuk tulisan yang tidak akan kami baca.

Aku bilang kalau aku bakal nulis kalau ustadzah juga nulis dan ujung-ujung nya malah debat. Aku yang udah kesel dari awal langsung nanya, "Kalau nggak mau nulis gimana?"

Nanya nya pake nada nantang judes sok gak takut padahal aslinya udah keder duluan, hahaha.

"Yaudah kalau nggak mau nulis gak papa tapi nanti urusannya langsung ke orang tua."

Wah, nantang nih ustadzahnya. Honestly, aku nggak mau bawa-bawa orang tua ke dalam masalah yang sebetulnya kecil, namun di sisi lain aku juga nggak mau nulis (kami dipanggilnya pas udah malam mendekati waktu tidur, jadi udah pada lelah). Akhirnya aku milih pillihan kedua, dan yang sepemikiran sama aku cuma Salwa.

Jadi malam itu, Atikah, Jihan, Laras, dan Ula mulai ngelaksanain hukuman dengan perpanjangan waktu 24 jam. Aku dan Salwa sesekali bantu nulis setengah - satu halaman biar cepat selesai.

Hingga cerita ini diturunkan, perkataan "urusannya langsung ke orang tua" tidak ditindak lebih lanjut.

8. Ustadzah Lely

My favorite PeAaaaaaaa. Meskipun tentu saja aku bukan murid favoritnya ustadzah Lely, hehe.

PA paling baik yang pernah aku kenal, tingkat bikin keselnya paling rendah di antara PA-PA yang lain (malah ada PA yang langsung bikin kesel padahal cuma liat wajah nya doang). Aku bersyukur ustadzah Lely jadi PA ku di kelas XII.

Oh, tentu saja (mungkin) ustadzah Lely tidak bersyukur dapat anak bandel bin nakal kayak aku.

PA dibaca Pe-A merupakan singkatan dari Pembina Asrama.

Kelas XII punya dua PA, ustadzah Lely dan ustadzah Titin. Sebagian anak kelas XII berada di bawah tanggung jawab ustadzah Lely, sebagiannya lagi di bawah pengawasan ustadzah Titin. Setiap PA bertugas mengabsen (kehadiran, al-matsurat, dan tahajud) anak asuhannya saat mau selesai halaqoh, membangunkan tiap pagi, menagih setoran, menemani anak yang mau ke dokter, serta membuat surat keterangan sakit jika anak asuhannya tidak masuk sekolah. Setiap anak asrama yang mau izin dianjurkan izin ke PA-nya masing-masing, kalau izin ke ustadzah yang bukan PA-nya takut bakal ada kesalahpahaman.

Ustadzah-ustadzah yang ada di asrama semuanya baik, tapi kalau udah berhubunan sama kata "Asrama" dan kata "Peraturan." LANGSUNG PADA BERUBAH JADI NGESELIN SEMUA.

Terkecuali ustadzah Lely ofc

 #EAK #EAK

Bukan berarti ustadzah Lely nggak pernah nggak bikin kesel, kalau kalian pergi sama ustadzah Lely -ke dokter misalnya- pasti ustadzah bakal nanya banyak selama di ruang tunggu, nanya soal peratura yang dilanggar atau nanya soal teman-teman di asrama, udah kayak di interogasi. Ustadzah tuh orang nya welas asih jadi gak bisa marah. Jarang banget buka pintu kamar tanpa diketuk terlebih dahulu. Ustadzah juga termasuk PA baru makanya semua hal yang berhubungan dengan ketegasan lebih sering ditunjukkan oleh ustadzah Titin.

Yang paling aku suka dari ustadzah Lely, beliau gampang diajak keluar dan gampang dititipin.
Mau aja mampir bentar ke angkringan sehabis dari rumah sakit, mau diajak ke Alfamart juga, hal sepele yang aku gak yakin PA lain mau melakukannya. Pernah juga aku minta tolong ditemenin ambil laundry kan, kami naik motor ke depan gang dan ternyata laundry nya udah tutup, terus ustadzah malah nawarin,"shofwa mau beli minum di angkringan gak?"

Aku kaget dong habis nggak kepikiran sama sekali. Aku keluar juga karena pure mau ngambil laundry yang isinya seragam. Tapi karena ditawarin ya kenapa mesti nolak gitu.

Selalu ada yang nitip beliin minum ke setiap anak yang mau pergi sama ustadzah Lely. Karena es teh dan es jeruk adalah minuman langka ketika hari sudah malam.

Untuk masalah setoran hafalan aku lebih prefer ke ustadzah Titin sih soalnya beliau teliti jadi sering benerin kalau makhraj nya salah.

Denger-denger tahun ini ustadzah Lely mau berhenti jadi PA. Mungkin beliau sudah lelah menghadapi anak-anak yang keras kepala, ekekeke.

9. Sambal Rochma Sari

"Bahwa sesungguhnya di antara warung makan yang ada di gedong kuning, belum ada yang bisa menandingi kelezatan sambal buatan mas-mas Rochma Sari."

Apalagi sambal mentah nya, beuuhh, kalian kudu nyoba!

Mana murah meriah mengerti kantong pelajar pula. Ketika akhir bulan bisa kenyang dengan dua tahu, satu terong, satu sambal, satu piring nasi seharga 5 rebu.
Biasanya dulu kalau lagi hari Senin atau Kamis terus lagi nggak puasa, aku makan siang di Rochma sambil membawa uang 12 rebu untuk ditukarkan dengan ayam, sambal, nasi, dan es jeruk.

Inti dari makan di Rochma terletak pada sambal dan kulit ayamnya.

Enak banget gak boong, sambelnya bikin nagih.

10. The Jungle Room (TJR)

Nama lain dari Kamar Buangan, istilah yang terdengar lebih keren walaupun artinya sama sekali nggak keren.

Kamar Buangan apa atuh, kesannya kayak kami semua di buang di sebuah kamar yang tidak dianggap.

11. Kenapa 23

Niat awalnya malah mau 44, angka empat yang pertama merujuk pada empat anggota kamar dan empat yang kedua merujuk pada empat kepribadian yang berbeda.

Cuma ternyata 44 tuh kebanyakan, makanya aku turunin jadi 23.

Berasal dari gabungan angka 2 dan hasil penjumlahan 1+1+1.

Karena TJR terdiri atas tiga anak pertama dan satu anak kedua.

Bagian ngeselinnya adalah fakta kalau para anak sulung semuanya punya adek cowok. HIH.

12. Nasi gulung aka sushi abal-abal

Kami baru aja dapat oleh-oleh dari Negeri Tirai Bambu berupa beberapa lembar nori. Pertama kali dibuka, aku sama Jihan nyoba cuma dimakan gitu aja tapi kok rasanya aneh amis baunya nggak enak. yaudah kami nggak pernah makan lagi dan cuma disimpan di lemari makanan sampai Salwa menemukan nori tersebut.

Mau bilang Salwa bikin sushi juga rasanya nggak tepat, yang jelas malam itu Salwa naruh nasi dan lauk Asrama di atas nori terus sama dia norinya di gulung.

Lah, kok enak.

"Sumpah, kok kalau diginiin jadi enak. Padahal kalau di gado malah baunya rada amis."

"Yaudah wa, besok di hari pertama kamu nikah suami mu dibuatin sushi aja."



13. Kepala Bagian Menyapu Kamar

Siapa lagi kalau bukan Another Wa alias Faikha Salwa Aneira Ainun.

Orang yang paling rajin membereskan TJR yang sering berantakan, kalau nggak ada Salwa kamarnya bakal jarang diberesin.

Meski aku nggak tau mau nulis apa tapi bagiannya Salwa harus aku panjang-panjangin, biar ndak diomelin.

Salwa tuh paling sebel kalau lagi nyapu terus aku larang-larang dia buat ngebuang barang-barangku. Dia sebel karena barang yang aku larang emang barang-barang yang layak banget buat dibuang, kayak bekas tempat isi pensil, berkali-kali aku ngelarang dia buat buang itu dengan alasan "mungkin suatu saat bakal aku butuhin," eh ujung-ujungnya kemarin bekas tempat pensilnya malah aku buang, wakakaka.

Lagian Salwa tidurnya di lantai yang mengharuskan dia menyapu tiap sebelum tidur atau sebelum tahajud.

Aku paling suka sama Salwa gara-gara ini sih #modus dan setiap Jihan atau aku nyapu kamar pasti bakal disapu ulang sama Salwa karena belum sesuai standar kelayakan kebersihan kamar milik dia.

14. Kepala Bagian Mencuci Piring

Ini mah aku.

Berasal dari titel "shofwa suka nyuciin piring" yang aku dapatkan saat kelas XI, kebiasaan mencuci piring kotornya anak kamar kembali berlanjut. Tapi aku jarang nyuci piringnya Jihan karena dia berinisiatif buat nyuci sendiri, standing applause for Jihan!

15. Jajanan Pasar

"Shof, japas yuk." Ajak Jihan kalau menu sarapan asrama lagi nggak enak. Japas alias Jajanan Pasar adalah istilah yang merujuk pada tempat buat beli makanan basah karena yang dijual emang makanan menu sarapan.

Japas yang paling deket sama Asrama itu japas yang ada di sebelah shelter Trans Jogja. Sekitar jam 6 udah pada jualan dan pilihannya bervariasi, ada kue-kue, nasi goreng, nasi uduk, pepes, jus, susu kedelai, nasi bakar, siomay, gorengan, mie, sate, banyak deh pokoknya. Harganya juga wajar. Favorit ku sama Jihan tuh Onde-onde pukul tujuh. ENAK BANGET GILAK. Salah satu onde-onde paling enak yang pernah aku makan. Dinamakan pukul tujuh karena Onde-onde ini baru bisa dibeli diatas jam tujuh dan cepat habis jadi kudu buru-buru kalau nggak mau kehabisan. Bentuk sama isinya kayak onde-onde biasa, pertama kali beli waktu masih angat jadi krenyes alot gimana gitu pas dimakan, i can't describe the taste, intinya enak, harganya 1.500, mungkin aku agak alay tapi emang enak kok.

Menu favoritku yang lain namanya pepes tahu yang sekarang udah nggak dijual lagi (HUHU). Selain Jihan. kadang-kadang aku juga diajak Idul yang suka beli pecel yang ada di samping japas. Biasanya pecel baru bisa dibeli diatas jam 8 karena penjualnya baru datang jam segitu, harganya suka-suka kita, kalian bisa beli pecel dengan harga dua ribu saja.

Jogja murahnya kebangetan.

Hanya ini kenangan yang tersisa bersama pepes tahu


16. Manusia 40k

Julukan itu muncul sesaat setelah personil TJR pertama kali makan-makan di luar.

Buat seseorang yang sudah membantu tanpa pamrih, sayangnya kami adalah cewek dan yang namanya cewek pasti selalu mempermasalahkan hal yang nggak berguna.

Jadinya julukan tersebut muncul karena kami adalah cewek yang terlalu baik.

more story about this point will be released soon

17. Drama Korea

Yang satu ini merupakan kegemarannya duo Wa. Laras sama Jihan nggak terlalu tertarik nonton drama. Bisa dibilang nonton drama bareng merupakan salah satu kebiasaan yang tidak menghilang sejak zaman kamar E.

"Wa, nonton drama yok. Besok kita nggak bisa nonton bareng lagi lho kalau udah kuliah," ujar Salwa beberapa hari menjelang Akhirussanah.

Tentu aja ucapannya Salwa ada bener nya, bener banget malah. Kelulusan membuat ku kehilangan partner nonton drama, partner yang sering nggak fokus sama subtittle dan malah mengomentari hal lain kayak "orang Korea kalau pakai bedak tebel-tebel ya," "hidungnya nggak manusiawi," "lho ini kan yang main di drama blabla." partner yang selalu ngebandingin drama yang habis dia tonton sama BBF atau City Hunter.

Setelah masa Descendants of The Sun selesai, aku belum nonton drama lagi, rasanya kayak males ngapain wasting time buat drama yang ceritanya biasa aja. Makanya waktu Salwa ngajak nonton, kami sibuk nyari kira-kira drama apa yang belum pernah kami lihat. Drama lama juga nggak papa toh yang penting ceritanya nggak ngilfilin. Nonton ulang drama lama juga nggak papa. Kami berdua nggak masalah sama drama lama. Tapi kalau nonton ulang, hampir dipastikan Salwa bakal milih BBF.

Akhirnya kami memutuskan nonton Healer (2014). Kami berdua sama-sama belum nonton drama tersebut dan kebetulan Kai memiliki folder drama itu padahal seingetku aku nggak pernah ngopy folder Healer dari flashdisk manapun.



Pilihan kami nggak salah karena Healer ceritanya nggak mengecewakan, semi action semi romance. Mana tokoh utamanya kadang cakep, kadang manis, kadang cool, kadang bego, nggak bikin bosen.

"Ini kan ceritanya terinspirasi dari City Hunter dan _ _ _ _"

"Park Min Young tambah putih nggak sih disini? Kayaknya dulu waktu main sama Lee Min Ho belum seputih sekarang."

"Itu mungkin anaknya yang jadi sopir mobil."

"Ayahnya pembunuh?! heh, ayahnya itu pembunuh?!"

Jangan  pernah nyuruh Salwa diem karena dia nggak bakal bisa diem selama nonton. Bawel tiada tara, entah bikin hipotesis tentang jalan cerita, ngasih komentar tentang wajah para tokoh, sampai nanya sendiri kapan ada kiss scene.

"Ini kapan ciumannya, kok udah episode segini tapi belum ada adegan ciuman."

"Palingan juga nanti ada, ditunggu aja. Nggak mungkin kalau nggak ada kiss scene."

Aku nggak terlalu suka sama kiss scene. Aku selalu ngelewatin bagian itu, makanya kalau nonton bareng aku selalu noleh ke arah lain tiap ada kiss scene karena Salwa nggak pernah ngizinin buat ngelewatin bagian tersebut. Aku jauuuh lebih baper sama hug scene. Ya ampun, apa cuma gue yang mikir kalau pelukan lebih terasa so sweet daripada ciuman. Setiap habis liat adegan pelukan tuh sering banget bilang, "waa kapan ya aku kayak gitu," sambil nyender di bahunya Salwa.

Iuh alay dasar baperan.

Daaaaannn, karena Salwa itu fans Lee Min Ho garis keras jadi selalu ada kata BBF atau City Hunter yang keluar dari mulutnya, kadang-kadang juga ngomongin Prince Hour.

Tapi dia juga jadi penggemar Yong Hwa CN BLUE sesaat setelah nonton Heartstring.

"Yong Hwa tuh kalau diem biasa aja, tapi kalau udah senyum atau nunjukin gigi gingsulnya jadi cakep."

Iya aja dah buat kamu waaaaa.

 18. D + A + R + I = G.A.L.A.U
"Karena nggak mungkin manusia tidak pernah menyukai seseorang selama masa hidupnya."
Sebagai anggota #TimJarangBaper, aku sama Jihan harus sabar meladeni celotehan dan curhatannya Laras serta Salwa. Hampir setiap hari loh mereka cerita. Topiknya nggak pernah berubah, selalu tentang dua orang laki-laki yang namanya terpatri di dua hati dan enggan pergi.

Pernah aku sama Jihan membuat ultimatum "kalau Laras/Salwa cerita nggak usah didengerin." gara-gara mereka terlalu sering curhat.

Meskipun topik nya sama, tapi kisah mereka terjadi di dua jalan yang sangat berbeda. Laras dengan sedikit keberuntungannya bisa bercerita tanpa beban dan nggak kenal waktu, bisa mengekspresikan rasa senang dia kalau liat doi, dan bisa stay cool tanpa takut kehilangan. Sedangkan Salwa harus pura-pura judes tiap ada laporan "wa tadi aku lihat fulan lho," dan dia bakal senang kalau kamu mengiyakan pertanyaan "sadar nggak sih aku udah jarang ngomongin fulan?"

#IStandWithSalwa

Aku punya dua pasangan favorit, Duo Han sama LD. Menurut aku pribadi sebagai manusia yang suka memperhatikan banyak hal baik yang berguna atau tidak. Duo Han tuh lucu, gimana ya, habis Han yang cowok suka ngehubungin anak-anak TJR setiap sms atau chatt dia nggak dibales.

"Laras, tau Jihan dimana nggak?"

"Salwa, tolong bilangin Jihan cek BBM."

Sepele sih, cuma aku anggep lucu/?/ karena emang lucu/?/

Kalau pasangan LD, mereka ini contoh dari orang-orang yang nggak mau pacaran namun bertingkah lucu (dari tadi pake kata lucu mulu, ih, dasar, efek minim perbendaharaan kosa kata). Mereka jarang berkomunikasi tapi rukun-rukun aja. Seperti udah ada stempel L di dahi nya D dan begitu pula dengan sebaliknya jadi nggak ada yang menikung meskipun tikungan di SMA IT terkenal tajam.

 19. Sushi Story, Pizza Hut, dan Bong Kopitown

Sebagai pemenang keenam sebuah lomba, aku merasa berkewajiban membagi kebahagiaan dengan anak-anak TJR. Traktiran kala itu mengawali kegemaran TJR buat makan di luar.


Habis dari Sushi Story, anak-anak TJR sering ngajak makan bareng lagi, awalnya cuma sebatas ucapan angin lalu yang akhirnya tersampaikan menjelang hari jadi Laras yang ke-18. Setiap TJR makan-makan pasti waktunya selalu malam. Acara kamar selanjutnya terjadi beberapa hari setelah UN.


Ketika mereka bertiga sibuk main hp, aku pun jepretjepret random karena makanan yang dihidangkan belum tersentuh sama sekali.



Dan Acara makan-makan terakhir baru terjadi beberapa hari lalu dengan tema "makan-makan perpisahan," sebenarnya acara yang ini hampir gagal dan hampir jadi isapan jempol belaka hanya karena waktu yang nggak selalu tepat. Mau hari Sabtu selesai Akhirussanah tapi Laras sama Jihan lagi quality time sama Ibu masing-masing, diganti Ahad malam tapi ternyata Laras pergi nonton sama Ibunya, mau kami samperin tuh ke Amplaz yang banyak pilihan makan tapi Jihan malah lagi jalan-jalan sama orang.

Laras : "Jum'at malam aja ya man temaan."

Tapi Salwa nggak bisa kalau Jum'at malam, jadinya kami ubah ke Senin malam. Eh, hari seninnya

Laras : "Salwa, kalau diganti besok malam aja gimana? Soalnya nanti aku mau makan malam sama ibu ku lagi, heheheh."

Semua ucapan our princess merupakan titah yang tidak bisa ditolak.

Selasa sore aku nganter Jihan ke GOR Amongraga karena dia mau nonton #SAFL dulu. Kami sepakat GOR Amongraga jadi meeting point, makanya selesai ngantar Jihan aku balik ke Asrama buat ngejemput Salwa. Nanti Salwa bakal bareng Idul aka Idah aka Sumayyah yang pengen ikutan makan sedangkan Laras menyusul karena hari itu dia mau melepas Ibu nya yang balik ke Lombok.

Sebuah rencana yang hampir gagal namun terjadi juga, mission accomplished!

Yang bikin senang, kami makan-makan tanggal 10 dan ternyata Bong Kopitown lagi ngadain diskon 50% dari tanggal 9-11. How lucky we are.




20. Truth or Dare part 2 yang terlaknat

Poin ini aku khususkan buat anak kamar ku tersayang. Aku nggak merekomendasikan para readers membaca poin ini.

"Main truth or dare yook." usul Jihan sesaat setelah kami memesan makanan saat makan-makan perpisahan.

Aku langsung natep Jihan pake tatapan, "awas kamu ya kenapa cari perkara sih!" tapi yang ditatap cuma ketawa doang.

"Ayok. AYOK." Salwa yang paling semangat, aku tahu dia semangat kayak gitu karena pengen nanyain aku.

"Nggak usah." Aku nolak.

"Halah, kalau gitu kasih tau siapa orang yang kamu suka."

NAH KAN BENER APA KATA GUE, Salwa pengen main ToD cuma karena pengen tahu hal itu.

Seberapa keras aku menolak, aku tetep aja kalah suara, satu banding empat orang, dengan sisa-sisa perlawanan aku bilang,

"Nanti aja kalau mau main, habis makan. Gara-gara usulan nya Jihan selera makan ku jadi berkurang drastis."

"Bener ya habis makan, awas kamu."

Selama makan pikiran ku nggak tenang, mikir gimana caranya meniadakan ToD, mikir gimana ngasih jawaban seandainya jadi main ToD.

Mau dihindari pakai cara apapun, Salwa bukan cewek yang gampang dikibulin. Tentu saja malam itu kami jadi main ToD.

Ronde pertama yang dapat Jihan, pertanyaan utama : tentang cowok

Ronde kedua yang dapat Idul, pertanyaan utama : tentang cowok

Ronde ketiga yang dapat Salwa, pertanyaan utama : tentang cowok

Ronde keempat yang dapat shofwa, waah, aku tau dari awal salwa nggak sabar nunggu aku dapat giliran. Jihan (lagi-lagi) cuma ketawa.

Salwa : "Naah, sekarang kasih tahu siapa nama orang yang kamu suka."

Shofwa : "Aku milih Dare kok."

Salwa : "Alaah, nggak boleh, dari tadi semuanya pada Truth kok."

Laras : "Kamu milih Dare? Kalau gitu kamu harus kenalan sama semuaa pegawai disini."

Shofwa : "Ha?!"

Salwa : "Iya, kenalan sama semuaa pegawai terus minta foto bareng. Gimana?"

Shofwa : "Kok kalian jahat e, kalian kan tahu aku nggak bisa."

Salwa : "Pilih mana, kenalan sama semua pegawai, minta foto, terus minta nomor telepon juga, atau kamu milih truth."

Shofwa : "Yaa truth lah."

Salwa udah seneng banget aku nyerah secepat itu, dare dari mereka nggak masuk akal.

Shofwa : "Aku mau truth tapi aku gak mau jawab nama orangnya."

 Salwa : (Ngomel) "Nanya apa terus kalau kamu gak mau jawab nama."

Jihan : "Asalnya dari mana?"

Laras : "Ciri-cirinya kayak gimana?"

Shofwa : "Kenapa sih kalian penasaran banget."

Salwa : "Habis aku nggak terima, kak Rex (nama samaran) aja tahu siapa orangnya. Lah aku yang selalu ada buat kamu nggak kamu ngasih tau."

Shofwa : "Kamu udah bilang itu dari dulu, kan kamu tahu alasannya."

Salwa : "Yaudah, dia kelas berapa?"

Shofwa : Seangkatan sama kita, aku nggak brondong yaa.

Laras : "Udah punya cewek?"

Shofwa : Hmm *ngangguk*

Jihan : "Weh, iya po?"

Shofwa : *senyum tanpa makna*

Sampai kami pulang dari makan, permainan ToD tidak membuahkan hasil apa-apa. Saat itu aku bilang bakal bahas dia di blog, dan ini bahasan ku :

Aku belum ngasih tahu kalian karena aku perlu mastiin dulu apa aku beneran suka atau aku cuma suka melihat reaksi penasaran kalian. Buat Salwa, kamu tahu sendiri kan pengakuan terakhir ku yang super memalukan itu, jadi sebelum semuanya jadi jelas, nggak usah penasaran dulu yaa.

21. Salwa's

Soalnya SMA tuh, emm, intinya keren lah, pokoknya yang paling keren, nah dulu tuh aku sempet gak yakin SMA tuh saat paling keren. setelah aku meninggalkan SMA, aku menyadari kalau emang beneran keren. Apalagi yah akhir-akhir ini aku menyadari kalau seragam tuh bikin kita bebas kemana-mana dan keren.

Mau ke Mall, tetep keren, mau les tetep keren, waah Anak SMA. Daripada pake baju bebas, gak bisa bedain mana yang udah nikah, mana yang masih kuliah, mana yang pengangguran.

Waktu aku ke UNY, aku tu bingung, kan aku mau survey untuk tempat ujian. Aku berdiri di depan gedungnya kan bingung mau nanya siapa terus tiba-tiba pintu ruangannya kebuka, banyak orang yang keluar tapi aku nggak tau itu tuh mahasiswa, atau peserta yang mau survey kayak aku, atau panitia, soalnya pada make baju bebas. Ternyata seragam tuh penting banget ya, Seragam SD, SMP, SMA, Panitia. Untung kemarin ada mbak-mbak yang nanyain tujuan aku ke situ, coba kalau nggak, mau tanya ke siapa.

Enaknya sekolah di SMA IT tu apa, kamu tu kalau mau nyari tempat tuh gampang gak perlu pake denah lokasi.

"Lantai 3 gedung lama."

Oh itu yang cat nya paling kusem

"Eee, itu ke tempat misal, ruang TU dimana?"

Oh yang itu depannya pake kaca-kaca. Karena emang cuma satu.

Coba kalau kamu kuliah di UGM, nyari fakultas pertanian ruang 301, "Mampus gak lo nyarinya dimana, udah gak tau fakultas pertanian dimana, ruang 301 dimana pula."


 22. Jihan's

(no input detected) (soon)

23. Pindah

Berpisah, kuliah di tempat yang berbeda, melanjutkan kehidupan masing-masing yang harus dijalani.

Hey personil TJR, aku nggak sadar kalau kita udah nggak bakal ketemu lagi, aku pikir aku masih satu kamar sama Jihan ketika dia pindah ke kost, aku pikir aku masih satu kamar sama Laras ketika dia ribet pindahan barang, aku pikir aku masih satu kamar sama Salwa ketika dia berkali-kali tidur di rumah.

Ternyata pikiran ku salah, aku baru sadar ketika aku ngeberesin kamar seorang diri lalu menemukan kertas-kertas Salwa yang terlupakan, buku-buku Laras yang tak terbawa, dan ranjang kalian yang udah kosong.

"Ah, ternyata sudah pisah."

Nggak ada lagi pemandangan Laras yang sibuk nempelin kertas buat progressnya, Jihan yang main hp sambil tidur, Salwa yang mengerjakan soal di atas kasur.

Nggak ada lagi suara Jihan yang ngelapor, "eh tau nggak kemarin aku habis beli rok. Coba tebak berapa harganya."

Nggak bisa lagi senyum miris waktu Laras ngomong, "Tadi waktu aku makan sebenarnya mau bungkusin buat kalian tapi nggak jadi."

Rasa kehilangan ini cuma sementara, kita sama-sama tahu kalau ini harus terjadi agar kita bisa berkembang. Mungkin esok selama kuliah, kenangan tentang kalian sesekali muncul, mungkin aku bakal menemukan teman-teman baru yang sikapnya membuatku teringat akan kalian.

Astaga, kenapa jiwa puitis receh gue belum hilang-hilang juga.

Terima kasih untuk semuanyaa, sesuai kalimat umum yang udah terkenal sejagad raya, "perpisahan bukan akhir dari segalanya tapi perpisahan adalah awal dari petualangan baru."

Jaga diri kalian baik-baik:)

regards
shofwamn

0 komentar