Bakti Sosial Alumni Angkatan 8

Memang terkadang niat baik selalu bisa di tahan sama godaan yang lebih menarik. Misalnya nih ya, aku udah bertekad menceritakan tentang peristiwa yang aku alami beberapa hari lalu secepat mungkin namun selalu saja tertunda oleh hal-hal yang tidak memiliki faedah terhadap kehidupan. Antara punya waktu tapi lagi nggak pengen ngetik, sebenernya blog aku udah lumayan sering di isi, kalau aku baca archive nya nih ya dulu tuh palingan aku nge post satu bulan satu kali lalu semi-semi hiatus dua bulan baru posting lagi, namun semenjak kelas 12 sepertinya tiap bulan selalu ada postingan baru meskipun cuma satu. Lagi pula sekarang ini aku sedang suka menjadi seorang penerima bacaan daripada menjadi si pemberi bacaan.

Aku punya kebiasaan aneh, nggak aneh juga sih sebenarnya karena masih termasuk hal rasional. Jadi, tiap modem (yang sempat ku beri nama Krystal tapi gak jadi karena apa banget kok terkesan iuh) udah ditancepin ke Kai, URL yang pertama kali terketik adalah Gmail. Aku buka Gmail karena mau lihat, apakah ada berita baru yang membuat ku harus membuka Facebook. Aku agak sensitif sama sosmed buatan Mark Zuckerbeg ini. Selain Gmail, biasanya aku juga langsung ngetik URL Ask.fm lalu Instagram buat ngeliat timeline dan nge-like seperlunya aja. Habis itu palingan buka Twitter, bikin tweet beberapa kali lalu liatin timeline juga tapi sebentar doang karena aku hampir tidak paham sama isi timeline akun sendiri, dan seperti udah ter-setting dari dulu kalau buka twitter hal wajib yang perlu dilakukan adalah mengecek apakah ada tweet baru dari akun kak Ron. Siapa kak Ron? Dia salah satu dari dua blogger favorit ku yang bakal aku ceritakan di salah satu postingan ku.

Bagi yang baru pertama kali mengunjungi Bianglala, aku beri tahu info ini secara cuma-cuma bahwa Kai yang aku maksud di paragraf sebelumnya adalah nama yang ku berikan untuk laptop aku. Meskipun nama itu hanya berlaku di Bianglala aja sih karena di dunia nyata aku hampir nggak pernah menyebut laptop ku sebagai "Kai." 

Yak! Shofwa alay mulai gila menamai benda-benda miliknya dengan nama idol padahal #bukanbias

Waktu masih SMA (ya ampun udah alumni jadi gak bisa ngaku jadi anak putih abu-abu lagi) (padahal akhirussanah belum genap sebulan yang lalu) nggak sedikit temen-temen ku yang nanya, "Shof kok kamu masih suka main facebook sih?" karena aku termasuk satu dari sekian minoritas anak Asrama yang masih aktif membuka akun Facebook di saat anak-anak lain pada main Ask.fm, Instagram, Snapchat, dan sebagainya. Setiap dapat pertanyaan kayak gitu, aku selalu memakai jawaban yang sama, "Kamu kan tau dulu aku sekolah di pondok. Nah, temen SMP ku kebanyakan lanjut di pondok jadi aku mempertahankan facebook biar bisa tetep komunikasi sama mereka."

Jawaban setengah bohong setengah bener, karena alasan lain kenapa aku tetap main facebook adalah agar bisa nge-stalk doi yang cuma aktif di facebook.

HAHA.

Apaan sih.

Alasan ku emang "biar bisa tetep berkomunikasi sama temen-temen yang di pondok," tapi sebenernya aku lagi-lagi cuma jadi pengamat, mengamati setiap status yang dibuat temen-temen, mengamati siapa yang lagi online, mengamati perubahan foto profil mereka, bisa dikatakan aku jarang chattingan sama mereka, bukan karena males atau nggak mau, ya tapi aku nggak bisa nyapa orang kalau nggak ada kepentingan terkecuali kalau aku di sapa duluan. Makanya aku kadang khawatir kalau ada yang mengira aku masuk dalam golongan "teman yang mendekat atau menyapa kalau sedang ada mau nya."

Dasar hiperbola.

Kalau suatu saat aku memutuskan untuk men-deaktivasikan semua akun ku, paling aku tetap mempertahankan facebook dan gmail. (Gmail bisa di deaktivasi gak sih?)

Terakhir kali aku ketemu temen-temen yang menjadi alasanku mempertahankan facebook itu sekitar beberapa bulan lalu waktu aku ke BUCS, aku cerita loh pengalaman ku ke BUCS terus ketemu Bunda Qibty, tapi link nya nggak aku share sih jadi kalau kalian mau baca tinggal klik ini daripada harus nyari-nyari dulu.

Dan aku seneng bisa punya kesempatan ketemu sama mereka lagi sebelum aku meninggalkan Jogja.


Ngomong-ngomong ini pertama kali nya aku cerita tentang temen-temen SMP di blog ini. Biasanya kan setiap posting cerita teman sekolah paling tentang Klasik lagi Klasik mulu. Sebelumnya, aku sempat ngecek draft bianglala buat nyari ide siapa tau bisa copy paste beberapa kalimat dari tulisan yang belum sempat aku posting (karena baru setengah jalan) dan ternyata di waktu yang lalu aku sempat mau nulis tentang kalian! (re: temen-temen SMP) sayangnya aku nggak ingat apa yang dulu hendak aku ceritakan.


Sejak lulus, setiap tahun pasti temen-temen ngadain acara biar bisa ketemu meskipun cuma sebentar. Dua tahun terakhir pada ngadain buka bersama di bulan Ramadhan karena emang banyak yang selo kalau pas Ramadhan. Dua tahun buka bersama terus, nah di tahun ketiga ada yang sedikit berbeda, beberapa hari setelah UN kelar Khonsa membuat sebuah status di grup angkatan. Dia ngajakin kami buat bikin Bakti Sosial, wiii, pertama kali baca status nya langsung excited (tapi tetep aja aku gak bantu apa-apa untuk persiapan acaranya, hehe).


Detik, menit, jam, hari, pekan, hingga bulan, setelah beberapa waktu akhirnya kami sepakat mengadakan Bakti Sosial pada tanggal 22 Mei 2016. Lokasinya di Panti Ash-Shiddiqiyyah, Kokap, Sermo, Kulon Progo, D.I Yogyakarta, Jawa, Indonesia.

Tiba-tiba ngerasa bersalah, udah nggak bantu apa-apa, bukan panitia pula, tapi sok nulis "kami" berkesan aku tau semua proses yang terjadi untuk mewujudkan acara tanggal 22 Mei tersebut.

 *sigh*
Hai Khonsaa

Sehari sebelum hari H aku nelpon Qia nanyain kepastian buat besok. Rumah Qia lumayan dekat dari asrama dan dia juga bawa mobil untuk kelancaran transportasi ke tempat tujuan jadi sebelum ke meeting point rencananya dia bakal mampir ke tempat ku dulu.

"Iya shof, besok aku jemput kamu jam 6 ya. Besok aku sms kamu kalau udah mau berangkat."

Umumnya orang bakal terpicu adrenalinnya saat hendak menghadapi kejadian yang bikin dia semangat. Begitu pula sama aku, deg-deg an gak jelas, bawaannya pengen senyum mulu, rasanya kayak ayok dong cepetan pagi, bukan nggak sabar ketemu temen-temen tapi aku nggak sabar ngerasain naik mobil yang di sopiri Qia (kampungan!) habis terakhir kali Qia main ke Asrama dia pamer kalau udah punya SIM A terus aku bilang ke dia, "pokoknya aku mau buktiin kalau kamu udah bisa bawa mobil!"

Dia pamer SIM ke orang yang bahkan KTP aja belum punya, kesel.

Karena Laras pergi ke rumah Mbah nya di Gunung Kidul jadi aku tidur sendirian di kamar kosnya, beberapa hari terakhir aku emang tidur di tempat dia buat nemenin Laras yang ngekos sendiri (ini fakta kok terlihat gak penting) karena kos nya masih deket sama Masjid Multazam jadi bisa lah suara adzan shubuh terdengar sampai kamar meskipun kecil. Rencana indah ku adalah: habis sholat shubuh dan mandi, alangkah baiknya melakukan hal yang bermanfaat seperti beres-beres kamar atau keluar dari kamar menghirup udara pagi sambil menyapa tetangga kos yang dari Tidore, namun yang namanya rencana tanpa kemauan kuat pasti tingkat kegagalannya sangat tinggi. Aku ketiduran dan baru bangun ketika jam sudah menunjukkan pukul 07.02.

07.02! Padahal Qia bilang mau jemput jam 6.

MAMPUS!

Begitu bangun, aku langsung ngecek hp dan ternyata ada pesan masuk dari Qia jam 06.51 yang intinya di pesan itu dia bilang dia mau otw. Udah cemas campur bingung antara jadi ikut atau nggak karena udah siang banget, yaudah aku buru-buru pakai jaket sama kerudung terus ke Asrama. Rencananya aku mau ganti baju dulu baru aku telpon Qia nanya posisi dia ada dimana, kalau dia udah berangkat ke meeting point karena aku nggak bisa dihubungin gara-gara aku ketiduran berarti aku gak jadi ikut. 

Eh, pas baru masuk gerbang Asrama aku berhenti mendadak begitu ngeliat ada sosok yang berdiri di depan pintu masuk. Tau kan ekspresi orang yang baru bangun tidur terus nyipitin mata buat ngefokus objek yang ada di depannya? waktu itu aku yakin ekspresi ku kayak gitu plus muka bantal banget, kayak "heh? siapa tuh di depan pintu kok gak masuk, postur tubuhnya kayak kenal."

Sepertinya sosok itu sadar akan keberadaan ku jadi dia noleh ke belakang dan aku bisa melihat mukanya.

ADUH, TERNYATA BILQIS TOH.

Kita berdua salam-salaman sambil ketawa garing.

"Aku ketiduran Bil, tunggu lima menit ya aku ganti baju dulu."

"Haha, kamu kebiasaan. Yaudah sana."

Rasanya setengah lega setengah gak enak, lega karena ternyata aku di tungguin dari tadi dan nggak enak karena mereka udah lama nungguin aku. Aku ingat sama pepatah yang mengatakan "Lebih baik menunggu daripada ditunggu," makanya aku ganti baju secepat yang aku bisa, milih pakaian yang masih ada di luar koper dan bisa langsung di pakai tanpa harus menyetrika terlebih dahulu.

Boro-boro nyetrika pakaian, cuci muka aja nggak sempat.

Beberapa menit kemudian aku turun dengan tergesa, kemudian kami berdua jalan ke mulut gang tempat dimana mobil Qia menunggu sejak 20 menit yang lalu. Kalau nggak salah kami bertiga berangkat ketika jam udah menunjukkan pukul setengah delapan, aku duduk di belakang sedangkan Bilqis nemenin Qia di depan. Perjalanan lancar tanpa hambatan sampai di depan Gramedia Pusat kami terpaksa belok kanan ke arah bunderan UGM karena di depan Gramedia lagi ada olahraga bersama atau jalan pagi yang menyebabkan sebagian ruas Jalan Sudirman di tutup, pokoknya dari rute yang sebenernya tinggal lurus doang malah kami harus belak-belok muter dulu hingga melewati Jogja City Mall yang pagi itu belum buka. Meski telatnya nggak tau malu (dari rencana awal berangkat jam 6 dan jam 7 sampai di meeting point yang berakhir dengan pada baru berangkat ketika udah setengah delapan) tapi kami santai-santai aja karena ternyata sebagian teman yang lain juga berangkatnya agak siang.

Ckckck, orang Indonesia banget.

Sekitar satu jam kemudian kami akhirnya tiba di Islamic Boarding School Bina Umat (IBS Bina Umat) yang dijadiin meeting point. Banyak anak yang udah datang, kami bertiga langsung keluar mobil terus nyapa temen-temen, akhirnya aku bisa ketemu lagi sama Olak setelah tiga tahun terakhir dia pergi ke Gorontalo untuk menuntut ilmu di Insan Cendekia, yeyeye.

Oh ya, yang ikut BakSos bukan cuma para Alumni angkatan 8 doang, ada beberapa anak baru yang juga ikut, kalau nggak salah akhwatnya ada sekitar lima orang, sayangnya aku cuma tau Ayu, Alya, sama Azwa doang, hehe.

Anak baru itu istilah yang merujuk ke anak-anak yang baru bergabung di Bina Umat ketika SMA, sedangkan anak lama merujuk ke anak-anak yang berasal dari SMP Bina Umat dan melanjutkan SMA di tempat yang sama.  #fyi

Nggak lama kemudian kami briefing sebentar buat pembagian transportasi dan pemberitahuan untuk para penanggung jawab lomba. Dan aku baru tahu kalau kami bakal ngadain banyak lomba ketika hari H (lo kemana aja shof). Nggak ada kendala selama briefing, semuanya paham, semuanya ngerti, semuanya nggak sabar buat berangkat (untuk yang terakhir paling cuma aku doang). Keputusan akhir, ada dua cowok dan enam cewek yang naik mobilnya Qia. Selesai briefing kami langsung siap-siap berangkat, cewek-cewek yang sebelumnya bawa motor tapi ke Panti naik mobil pada nitipin motor mereka di pondok. Selama nunggu mereka nitipin motor, aku baru menyadari kalau anak-anak yang dari pondok mayoritas pada makai pakaian warna biru.

blue squad

Karena udah nunggu lumayan lama, para penumpang #TeamMobilQia naik ke dalam mobil terus neriakin Dana yang bertugas untuk menyetir agar segera berangkat. Di bagian tengah duduk manis Aqla, Qia, dan Bilqis sedangkan di bagian belakang duduk lah orang-orang yang mau mengalah bernama Olak, Shofwa, dan Milka.

Dana akhirnya datang bareng Azzam, begitu masuk dia langsung nyalain mobil nya dan #TeamMobilQia langsung berangkat.

Yeay! kita duluan!

Tapi

Tunggu dulu

"Dan, kamu tau jalannya nggak e?" tanya Bilqis ketika mobil udah berjalan 50 meter.

Yang ditanya cuma diem.

"Dan kamu tau jalannya? Di sini ada yang tau jalan ke Pantinya nggak?" Giliran Aqla yang nanya.

Kali ini Dana bereaksi dengan menghentikan mobil tepat di depan Lapangan Setran.

"Kayaknya tadi kita harusnya belok kiri bukan belok kanan. Tapi aku lupa jalan kesana nya."

"Masha Allah." Dana langsung putar balik mobil ke arah IBS, eh, bukannya balik dulu ke IBS biar berangkat bareng sama yang lainnya, dia malah langsung lurus terus sampai pertigaan lalu belok kiri menuju Jalan Wates. Ketika Dana sibuk nyetir mobil, para penumpang di baris tengah dan belakang justru sibuk memastikan ada yang tau jalan ke Panti.

"Qi, kamu tau jalannya to?"

"Aku lupa e, hehe."

"Weh kowe ki piye to. Kemarin kamu ikut survey lokasi kan?"

"Iya tapi aku lupa jalan."

"Jadi nggak ada penunjuk arah nih? Terus ngapain kita berangkat duluan?"

"Penunjuk arahnya Fathan bukan sih."

"Pantas tadi mereka yang di IBS ketawa waktu kita dadah-dadah mau berangkat."

"Coba inget-inget lagi jalannya Qi."

"Aku beneran nggak ingat."

"Dan... Dan, kita berhenti dulu nunggu yang di IBS berangkat."

Kami berhenti di depan tempat foto copy yang belum buka, beberapa saat menunggu dan tetap nggak ada tanda-tanda kedatangan yang lain, kami pun memutuskan buat nelpon Risa buat mastiin kapan mereka berangkat, dan dia malah bilang, "lha iya tadi kenapa kalian berangkat duluan e?"

Yah, Ris. Mana kita tau kalau kita nggak punya penunjuk arah.

"Yaudah, tunggu aja di situ. Ini yang dari IBS udah mau berangkat kok."

"Oke."

Jam udah menunjukkan pukul 09.49 dan #TeamMobilQia masih menunggu keberangkatan rombongan Bina Umat. Udah kodratnya cewek suka cerita jadi selama proses menunggu mobil nggak pernah benar-benar dalam keadaan tenang. Dan karena menunggu pula, aku jadi tau kalau Lathifah aka Ayuk Thipah aka Thipenk nggak ikut serta dalam BakSos karena dia sedang berada di rumahnya.

Wah, nggak kabar-kabar dia. Katanya mau main ke Asrama tapi malah pulang ke Bengkulu.

Ada kali 15 menitan kami menunggu rombongan dari IBS nyusul, beberapa kali nelpon Risa buat memastikan kembali kalau mereka benar-benar udah berangkat.

"Dan, berangkat Dan, itu mereka udah nyusul."

Aku nggak sempat ngecek jam berapa waktu itu, sepertinya sudah jam 10. Selama perjalanan Aqla mengukuhkan dirinya sebagai Kamus Infontaiment Berjalan, Aqla up to date banget soal berita terbaru para artist entah yang nasional maupun internasional sampai aku heran sendiri dari mana dia baca dan mengingat berita-berita tersebut.

Aku jarang ketemu sama temen-temen tapi sekali ketemu kayak udah nggak ada kecanggungan atau #awkwardmoment, rasanya seperti nggak pernah pisah. Gimana ya jelasinnya, biasanya aku kalau ketemu sama orang yang udah lama nggak ketemu pasti selalu #awkwardmoment, apalagi kalau di tambah dengan jarang berkomunikasi. Tapi tiap ketemu mereka ya bawaannya santai aja, berkesan udah biasa ketemu gitu. Nggak tau deh kenapa bisa kayak gitu.

Kalian paham kan maksud aku?

Ngomong-ngomong dari obrolannya Aqla aku baru tau kalau Pillowtalk itu lagunya Zayn, HAHA. Aku tau Zayn punya lagu sendiri, aku sering dengerin pillowtalk, tapi aku baru tau kalau Zayn yang nyanyiin Pillowtalk.

"Eh. liat tuh mereka berdua."

"Buka jendelanya buka jendela."

"CIYEEEEEEE!!!"

Emanglah para jomblo kelebihan sifat usil, liat Desi di bonceng sama ikhwan aja langsung ngegodain dari dalam mobil. Anyway, kalian jangan berpikir kalau Desi suka di bonceng ikhwan ya (karena bagaimanapun juga aku yakin Desi adalah salah satu jomblo yang bahagia dan sabar menanti jodoh #asiq). Nanti bakal aku ceritain kenapa kok dia bisa di bonceng sama makhluk berkromosom XY tersebut.

Wow, kapan ya terakhir kali aku menggunakan kata "ikhwan" dalam sebuah percakapan. Sepertinya sudah lama sekali.

Ketika kami sampai di jalanan yang berkelak-kelo menanjak-menurun para teman-teman seperjalanan ku tiba-tiba membahas tentang sebuah drama yang memiliki rating tertinggi sepanjang tahun 2016 yang sudah mulai memasuki pertengahan tahun, drama yang udah aku lupakan, drama yang semula nggak mau ku tonton dan hanya melihat OST nya aja itu pun OST yang dinyanyiin Chen, drama yang punya adegan fenomenal dengan "insha Allah" nya, drama yang bikin nama Song Joong Ki jadi terkenal dan bikin Lee Kwang Soo sering di goda sama anggota Running Man.

Apalagi kalau bukan Descendants of The Sun.

Heran deh, kok pada suka banget sama drama yang satu ini.

Gara-gara ngomongin DOTS, akhirnya dengan bermodalkan hp Aqla, kami memutar OST drama tersebut, pertama yang judulnya "You Are My Everything," sedangkan yang kedua kami memutar "Everytime."

"Oh every time I see you
Geudae nuneul bol ttaemyeon jakku
Gaseumi tto seolleyeowa
Nae unmyeongijyo sesang kkeutirado
Jikyeojugo sipeun dan han saram

Baby ohohohoh
Ohohohoh
Baby ohohohoh
Ohohohoh

Oh every time I see you
Geudae nuneul bol ttaemyeon jakku
Gaseumi tto seolleyeowa
Nae unmyeongijyo sesang kkeutirado
Jikyeojugo sipeun dan han saraAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA--"

Lagi asyik lypsinc lagu si Dana main banting setir seenaknya aja hingga kami semua teriak gara-gara kaget. Gak tau deng dia banting setir atau emang belokannya tajam sampai-sampai Aqla nindih Qia dan Qia nindih Bilqis. Gara-gara itu kami kembali menyalakan radio yang sempat di matikan, kembali mendengar suara Justin Bieber dengan "love yourself"nya.

Udah kodratnya cewek suka cerita membuat kami kebablasan, begitu ketemu pertigaan harusnya belok kiri ke jalan yang agak menanjak tapi kami malah ke jalanan yang agak menurun di sebelah kanan.

"Aduh, aku salah fokus, maaf." Kata Qia ketika sadar kalau kami kebablasan, karena Qia ikut survei lokasi otomatis dia merasa wajib untuk memberitahu Dana kalau seharusnya kami mengambil jalan di sebelah kiri. Ruas jalan menuju panti emang kecil, cuma cukup buat satu mobil jadi mau putar balik juga susah.

Dana nyoba buat mundurin mobil tapi gagal mulu karena mesinnya tiba-tiba mati, akhirnya Qia, Bilqis, sama Azzam turun dari mobil siapa tau habis itu bisa di mundurin, tapi tetep aja nggak bisa. Berkali-kali mesin mobilnya mati mendadak sampai kemudian Azzam ngomong sesuatu ke Dana, aku nggak denger dia ngmong apa tapi sepertinya dia memberi tahu kalau di depan ada tempat buat mobil putar balik.

Kami jalan sekitar 100 meter lalu menemukan pertigaan lagi, gak pertigaan juga sih tapi di sebelah kiri semacam ada jalan ke atas buat ke rumah orang sedangkan di sebelah kanan ada jalan buat lurus terus. Cuma jalannya tetep kecil, aku gak yakin itu tempat buat mobil putar balik seperti info yang kami terima. Meskipun begitu, tetep aja kami nyoba buat putar balik, Aqla turun dari mobil jadi tukang parkir dadakan buat bantuin Dana. (aku gak tau apa istilah buat orang yang melakukan hal seperti yang tukang parkir lakukan).

Ketika Dana sedang berusaha mutar balik mobil dengan bantuan Aqla, aku sama Milka sibuk teriak

"Hati-hati Dan, astaga astaga, pelan-pelan."

"Astaghfirullah, kalian jangan teriak."

"Iya, nggak kok, tapi hati-hati, omaigat."

Sebenernya nggak serem-serem amat cuma saat itu tingkat ke-parno-an ku lagi tinggi, ya bayangin aja kalian mutar balik di jalanan yang sempit dan di sebelah kanan kalian langsung terpampang waduk sermo. Jadi waktu mutar balik, bagian belakang mobil langsung ngadep langsung sama waduk sermo, ini kalau kebablasan dikit aja bisa jatuh. Aku percaya sama keahlian menyetir Dana, tapi aku nggak percaya kalau waktu itu dia dalam keadaan santai, jadi aku takut semisal Dana nginjak gas nya terlalu dalam.

Yassalam, tamat lah riwayat kami.

"Chop, kamu di sini aja." Kata Olak waktu Dana nyuruh kami turun gara-gara aku dan Milka cuma bisa teriak doang. Aku heran deh sama Olak, bisa-bisanya dia kalem santai mainin tab ketika aku memejamkan mata nggak sanggup nengok ke belakang mobil saking takutnya.

Apa saat itu cuma aku yang berubah jadi lebay dengan kekhawatiran yang berlebihan?

HAHAHAHAHAHAHAHA.

Begitu Dana berhasil mutar balik aku langsung tepuk tangan, pelan doang, itu refleks sih udah jadi kebiasaan aku buat tepuk tangan tiba-tiba. Refleks yang sama ketika aku tepuk tangan waktu nonton Star Wars: The Force Awakens sampai Puspa dan Maya ngetawain aku karena cuma aku yang tepuk tangan dalam satu bioskop.

Aku bersyukur masih bisa hidup.

Mobil Qia terpakir sempurna di samping warung yang aku nggak tau warung itu jualan apa. By the way, jalan buat ke panti menanjak naik terus agak-agak licin jadi kudu pelan-pelan biar nggak kepeleset. Begitu sampai panti aku langsung duduk di dekat parkiran motor soalnya aku bingung mau ngapain sedangkan teman-teman yang jadi PJ sibuk menyiapkan permainan mereka. Aku diam aja mengamati mereka, nggak berapa lama kemudian Desi datang lalu duduk di samping ku.

"Haha, kamu kenapa?" aku nanya ke dia yang masang muka sedikit sebel.

"Ngomong-ngomong kok tadi kamu bisa boncengan sama dia?" aku nanya lagi.

"Jadi tuh tadi... motorku bannya sudah halus terus ayahku nyuruh aku buat hati-hati."

"Iya sih, jalannya naik turun."

"Nah iya, makanya aku tadi bonceng si dia."

Duh, aku tidak pandai merangkai kata agar tidak ada yang salah paham. Yang jelas itu pertama kalinya Desi membonceng ikhwan dan karena keadaan mengharuskan dia untuk mencari boncengan.

Nggak berapa lama kemudian kami diminta untuk mempersiapkan diri buat sholat dhuhur. Akhirnyaaaaa, aku bisa mengakhiri fase hanya-duduk-tanpa-melakukan-apapun yang kulakukan sejak tiba di lokasi. Setidaknya aku nggak cuma duduk bengong saja, terimakasih dhuhur! ã„±ã„±ã„±ã„±

Aku nggak terlalu memperhatikan bangunan panti, selama berjalan dari parkiran motor ke tempat wudhu aku menebak kalau anak-anak yang tinggal di panti tidak terlalu banyak. Bangunan panti mengingatkan aku akan bangunan sekolah Jitar sekilas, ya nggak separah Jitar ya kali nggak mungkin lebih parah dari Jitar gila saja. DI panti itu cuma ada satu bangunan utama yang panjangnya sekitar, emm, 15 meter? #ngaco. Mirip kayak salah satu bangunan SD ku dulu yang memiliki tiga kelas, yap, kurang lebih panjangnya seperti tiga kelas digabung. Terus ada mushola mungil yang terletak di depan pintu paling utara alias paling ujung, aku masuk lewat pintu itu karena itu satu-satunya akses buat ke tempat wudhu, dan ketika hendak pulang aku baru tahu kalau pintu itu bukanlah satu-satunya akses menuju tempat wudhu.

"Hai..."

"Halo..."

"Nama kamu siapa?"

"Kamu tahu namanya adek itu gak? Lucu banget dia."

Sependiam-pendiamnya seorang shofwa, aku selalu nggak bisa nahan diri buat nggak nyapa anak cewek kecil yang unyu, beuuh, lemah hati ini dek, gemash. Meskipun nggak bisa ngajak ngobrol kayak yang teman-teman lakuin tapi aku udah seneng bisa memperhatikan kelakuan adek-adek manis ini.

Sama lah kayak aku memperhatikan kamu tanpa bisa ngajak ngobrol duluan. #sapa #istigfar #masihRamadhan

Ibadah dhuhur dilalui tanpa hambatan, alhamdulillah aku sempat membawa mukena (mengingat betapa keburunya aku sebelum berangkat) lagipula mukena yang ada di panti nggak terlalu banyak jadi ada beberapa teman yang sholat tanpa memakai mukena. Selesai dzikir dan sunnah rawatib, acara Bakti Sosial dibuka dengan resmi antara angkatan 8 dengan pemilik panti. Biasalah, sambutan dari fulan dan fulan, dan setelah basa-basi sebentar akhirnya tiba juga di momen yang paling ku tunggu dan ku nanti-nantikan, momen yang beberapakali kutanyakan ke teman kapan mulainya, tak lain tak bukan apalagi kalau bukan MAKAN SIANG!!!

Nggak sempat makan malam dan sarapan, sejak pagi hanya bermodal cuilan sari roti yang disuapin Bilqis saat perjalanan ke meeting point. Nggak heran perut keroncongan, syukur-syukur si lambung dan usus nggak menghasilkan bunyi malu-maluin kayak yang biasanya terjadi di sinetron.

Eits, bentar.

Jadi orang kenapa nggak sabaran sekali sih~

Seperti yang udah didiskusikan di grup Line, menu makan siang untuk BakSos adalah nasi kuning. Ini urusan panitia sih. Sebelumnya aku udah liat foto nasi kuning yang di-share di grup, nasi kuning biasa cuma bentuk nya saja yang cuteee omaigat. Bentuknya cocok banget buat usia anak-anak panti biar pada nafsu makan, ada dua jenis box yang disiapin panitia, box A untuk anak-anak panti dan box B buat anak angkatan 8. Box A dengan bentuk persegi panjang hampir seukuran nampan makan siang yang biasanya ada di drama-drama korea, isi box A itu nasi kuning, sepotong nugget, telur dadar yang dipotong memanjang, oseng tempe, puding untuk dessert, sama sekotak ultramilk mimi. Sedangkan box B berbahan styrofoam dengan ukuran sekotak makan, pada tahu lah ya kotak makan yang dari styrofoam itu, kelewatan banget kalau nggak tahu, isi box B sama kayak box A tapi minus puding dan ultramilk mimi, oh ya, sama minus sendok-__-

Jadi bingung gimana cara makannya, untung pengurus panti bersedia meminjamkan beberapa sendok buat kami. Ketika semua box udah di bagi namun sendok tak kunjung datang, hanya bersabar yang dapat dilakukan. Kepala panti yang namanya Muhammad Tulus diminta untuk memimpin doa.

Aku pikir beliau diminta buat mimpin doa makan, aku pikir demikian.

Tapiiii -pfftt- hehehehe - aku nggak bisa nahan senyum saat doa dimulai. Mending masih senyum, beberapa kali aku perlu berpura-pura batuk nahan diri biar tidak ketawa kecil. Ya Allah maafin aku, Ya Allah maafin karena ngomong gini. Kenapa doanya jadi panjaaaaangg sekaliii. Bener-bener panjang astaga. Maksudnya, okey, aku nggak bermasalah sama doa yang panjang. Hanya saja aku kaget tiba-tiba anak-anak panti secara serempak langsung membaca Alfatihah, bacanya beberapa kali, ada nadanya pula, waktu itu aku gak punya ekspektasi apa-apa soal doanya jadi aku nggak bisa ngontrol diri aku sendiri yang kaget dengan bacaan mereka/?/ mana aku beberapa kali bertatapan sama teman ku yang terlihat nahan senyum juga, kalau udah gitu aku nggak bisa lagi ngontrol ekspresi muka aku. Alhamdulillah di detik-detik terakhir aku bisa mendalami doa mereka, jadi setelah Alfatihah, bapak Muhammad Tulus dzikir sendirian - lanjut lagi dengan Alfatihah - bapak Muhammad Tulus doa lagi (yang hanya bisa kami aamiin-kan) - Alfatihah lagi - dzikir lagi (ini diikutin sama anak-anak panti lalu bapak Muhammad Tulus kembali berdoa) - dilanjutkan dengan Alfatihah. Sekitar 10 ~ 20 menit kayak gitu terus. Aku nggak berniat ngomel lho, sepertinya anak-anak panti memang terbiasa berdoa seperti itu karena mereka tidak terlihat ragu dan enjoy.

Nggak bakal ku ulangi lagi sikap buruk ku waktu itu. Nggak lagi-lagi.

Setelah doa yang sepertinya bikin beberapa akhwat terisak, sendok tetap tak kunjung menampakkan diri. Lalu aku lihat para ikhwan langsung makan saja pakai tangan, ada juga akhwat yang langsung makan. Ternyata mereka juga kelaparan.

"Udah, makan aja pakai tangan." Kata pipul waktu liat aku masih belum juga nyentuh nasi kuning.

Laper. Banget. Tapi. . .

"Aku tunggu sendok saja deh, sayang nasinya kalau hancur gara-gara makan pakai tangan. Kalau ada sendok kan bisa makan tanpa merusak nasi."

Aku dapat nasi yang dibentuk jadi kayak mobil-mobilan, ada juga nasi yang dibentuk jadi wajah hellokitty. Iya, nasinya berbentuk mobil-mobilan dan hellokitty bukan cuma gundukan mangkuk terbalik yang biasanya ada di nasi box, bentuk nasinya terlalu cute bikin aku nggak tega merusaknya dengan tangan. Aku cuma sanggup makan nugget sama potongan wortel yang dijadiin ban mobil. Sisanya? Sayaang atuh kalau hancur karena tangan:( mending bersabar tunggu sendok. Ceritanya lagi sok menghargai karya seni gitu loh, habis sepertinya nggak gampang bikin nasi jadi berbentuk seperti itu (lupakan tentang cetakan dan tangan-tangan profesional).

Sambil tunggu sendok, lumayan deh bisa curi-curi pandang dikit (HALAH) (ke siapa toh nduk). Akhirnya aku berhasil makan pakai sendok, dan seperti yang tertulis di paragraf sebelumnya, gara-gara sok menghargai karya seni aku makan nasi nya langsung suapan gede. Nggak nyampe sepuluh suap nasi ku sudah habis tak bersisa.

Habis makan, waktunya main gameeeee!!!


Ada beberapa game yang disiapin panitia, aku nggak peduli bagaimana cara main dan cara nentuin pemenang nya. Sekitar ada empat titik game, start dari panti dan finish di lapangan kecil yang letaknya nggak begitu jauh dengan panti. Karena aku nggak kebagian jadi PJ game apa pun (makasih yaaa nggak ngasih job apa-apa ke aku, anaknya memang nggak jago terjun ke lapangan, ehe) jadi aku cuma bolak-balik nggak jelas sambil nontonin anak-anak main. Oh ya, sebenarnya aku sama Olak jadi pj yang milih anak buat dikasih penghargaan. Itu loh, kayak yang paling aktif siapa, paling supel, paling unyu, paling cakeps, paling semangat, de el el, de el el, tapi toh ujung-ujung nya malah Qia yang nentuin, hihi.

Nggak perlu waktu lama untuk menyelesaikan game-nya, entah kecepatan waktu tersebut terjadi karena panitianya nggak terlalu nge-prepare rules dan tata cara main game ataukah karena anak-anak panti terlalu bersemangat. Seperti perkataan Bilqis di awal acara yang kurang lebih seperti ini, "Nggak papa sedikit kacau, biasanya kalau baru pertama kali emang nggak sempurna."


Seusai semua permainan selesai dimainkan, kami kembali lagi ke bangunan tempat makan siang, berkumpul lagi dengan anak-anak panti untuk mengakhiri kegiatan Bakti Sosial, sepatah-dua patah kata ucapan terima kasih dari kami pada kepala panti yang juga dibalas dengan ucapan serupa, lantas penyerahan amplop dari kami untuk panti dan akhirnya kegiatan ditutup dengan salim-saliman dari anak panti ke semua anak angkatan yang datang. Tentu perempuan dengan perempuan dan laki-laki dengan laki-laki.


Kegiatan Bakti Sosial pertama oleh para alumni Angkatan 8 SMP IT Bina Umat yang baru saja lulus SMA berakhir dengan foto bersama. Aku berterimakasih pada setiap panitia yang sudah menyiapkan kegiatan ini, berikut konsumsi dan permainan untuk anak-anak, karena aku tidak terlibat langsung dalam persiapan jadi aku tidak tahu konsep acara atau diskusi-diskusi apa saja yang sudah dilakukan untuk merealisasikan kegiatan ini.

Seperti yang disampaikan Khonsa di status fesbuknya, semoga kegiatan ini menjadi salah satu ladang kebaikan kami untuk sesama manusia sekaligus menambah kenangan kebersamaan 8th Generation serta memulai masa perkuliahan dengan melakukan suatu kebaikan.


3 komentar

  1. Menginspirasi Shof..
    Maannajah..jdi penulis masa dpn

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sepertinya belum sampai di tingkat menginspirasi sih, hehe. Aku cukup puas jadi penulis untuk blog ini tapi aamiin. Terimakasih atas komentarnya:)

      Hapus
    2. Sip,d tunggu edisi berikutnya ya..

      Hapus