Bianglala

  • Home
  • Kaleidoskop
    • BTN Entertainment
    • 128 Kata
    • 30 Tema Menulis
  • Seri Pengingat
    • #1 Paman Pelukis
    • #2 Memaknai Temu
    • #3 Don't Talk to Me About Muhammad
    • #4 Koreksi Niat
    • #5 Menyesal
    • #6 Salat Tepat Waktu?
  • Sosial Media
    • Instagram
    • Steller
Memang terkadang niat baik selalu bisa di tahan sama godaan yang lebih menarik. Misalnya nih ya, aku udah bertekad menceritakan tentang peristiwa yang aku alami beberapa hari lalu secepat mungkin namun selalu saja tertunda oleh hal-hal yang tidak memiliki faedah terhadap kehidupan. Antara punya waktu tapi lagi nggak pengen ngetik, sebenernya blog aku udah lumayan sering di isi, kalau aku baca archive nya nih ya dulu tuh palingan aku nge post satu bulan satu kali lalu semi-semi hiatus dua bulan baru posting lagi, namun semenjak kelas 12 sepertinya tiap bulan selalu ada postingan baru meskipun cuma satu. Lagi pula sekarang ini aku sedang suka menjadi seorang penerima bacaan daripada menjadi si pemberi bacaan.

Aku punya kebiasaan aneh, nggak aneh juga sih sebenarnya karena masih termasuk hal rasional. Jadi, tiap modem (yang sempat ku beri nama Krystal tapi gak jadi karena apa banget kok terkesan iuh) udah ditancepin ke Kai, URL yang pertama kali terketik adalah Gmail. Aku buka Gmail karena mau lihat, apakah ada berita baru yang membuat ku harus membuka Facebook. Aku agak sensitif sama sosmed buatan Mark Zuckerbeg ini. Selain Gmail, biasanya aku juga langsung ngetik URL Ask.fm lalu Instagram buat ngeliat timeline dan nge-like seperlunya aja. Habis itu palingan buka Twitter, bikin tweet beberapa kali lalu liatin timeline juga tapi sebentar doang karena aku hampir tidak paham sama isi timeline akun sendiri, dan seperti udah ter-setting dari dulu kalau buka twitter hal wajib yang perlu dilakukan adalah mengecek apakah ada tweet baru dari akun kak Ron. Siapa kak Ron? Dia salah satu dari dua blogger favorit ku yang bakal aku ceritakan di salah satu postingan ku.

Bagi yang baru pertama kali mengunjungi Bianglala, aku beri tahu info ini secara cuma-cuma bahwa Kai yang aku maksud di paragraf sebelumnya adalah nama yang ku berikan untuk laptop aku. Meskipun nama itu hanya berlaku di Bianglala aja sih karena di dunia nyata aku hampir nggak pernah menyebut laptop ku sebagai "Kai." 

Yak! Shofwa alay mulai gila menamai benda-benda miliknya dengan nama idol padahal #bukanbias

Waktu masih SMA (ya ampun udah alumni jadi gak bisa ngaku jadi anak putih abu-abu lagi) (padahal akhirussanah belum genap sebulan yang lalu) nggak sedikit temen-temen ku yang nanya, "Shof kok kamu masih suka main facebook sih?" karena aku termasuk satu dari sekian minoritas anak Asrama yang masih aktif membuka akun Facebook di saat anak-anak lain pada main Ask.fm, Instagram, Snapchat, dan sebagainya. Setiap dapat pertanyaan kayak gitu, aku selalu memakai jawaban yang sama, "Kamu kan tau dulu aku sekolah di pondok. Nah, temen SMP ku kebanyakan lanjut di pondok jadi aku mempertahankan facebook biar bisa tetep komunikasi sama mereka."

Jawaban setengah bohong setengah bener, karena alasan lain kenapa aku tetap main facebook adalah agar bisa nge-stalk doi yang cuma aktif di facebook.

HAHA.

Apaan sih.

Alasan ku emang "biar bisa tetep berkomunikasi sama temen-temen yang di pondok," tapi sebenernya aku lagi-lagi cuma jadi pengamat, mengamati setiap status yang dibuat temen-temen, mengamati siapa yang lagi online, mengamati perubahan foto profil mereka, bisa dikatakan aku jarang chattingan sama mereka, bukan karena males atau nggak mau, ya tapi aku nggak bisa nyapa orang kalau nggak ada kepentingan terkecuali kalau aku di sapa duluan. Makanya aku kadang khawatir kalau ada yang mengira aku masuk dalam golongan "teman yang mendekat atau menyapa kalau sedang ada mau nya."

Dasar hiperbola.

Kalau suatu saat aku memutuskan untuk men-deaktivasikan semua akun ku, paling aku tetap mempertahankan facebook dan gmail. (Gmail bisa di deaktivasi gak sih?)

Terakhir kali aku ketemu temen-temen yang menjadi alasanku mempertahankan facebook itu sekitar beberapa bulan lalu waktu aku ke BUCS, aku cerita loh pengalaman ku ke BUCS terus ketemu Bunda Qibty, tapi link nya nggak aku share sih jadi kalau kalian mau baca tinggal klik ini daripada harus nyari-nyari dulu.

Dan aku seneng bisa punya kesempatan ketemu sama mereka lagi sebelum aku meninggalkan Jogja.


Ngomong-ngomong ini pertama kali nya aku cerita tentang temen-temen SMP di blog ini. Biasanya kan setiap posting cerita teman sekolah paling tentang Klasik lagi Klasik mulu. Sebelumnya, aku sempat ngecek draft bianglala buat nyari ide siapa tau bisa copy paste beberapa kalimat dari tulisan yang belum sempat aku posting (karena baru setengah jalan) dan ternyata di waktu yang lalu aku sempat mau nulis tentang kalian! (re: temen-temen SMP) sayangnya aku nggak ingat apa yang dulu hendak aku ceritakan.


Sejak lulus, setiap tahun pasti temen-temen ngadain acara biar bisa ketemu meskipun cuma sebentar. Dua tahun terakhir pada ngadain buka bersama di bulan Ramadhan karena emang banyak yang selo kalau pas Ramadhan. Dua tahun buka bersama terus, nah di tahun ketiga ada yang sedikit berbeda, beberapa hari setelah UN kelar Khonsa membuat sebuah status di grup angkatan. Dia ngajakin kami buat bikin Bakti Sosial, wiii, pertama kali baca status nya langsung excited (tapi tetep aja aku gak bantu apa-apa untuk persiapan acaranya, hehe).


Detik, menit, jam, hari, pekan, hingga bulan, setelah beberapa waktu akhirnya kami sepakat mengadakan Bakti Sosial pada tanggal 22 Mei 2016. Lokasinya di Panti Ash-Shiddiqiyyah, Kokap, Sermo, Kulon Progo, D.I Yogyakarta, Jawa, Indonesia.

Tiba-tiba ngerasa bersalah, udah nggak bantu apa-apa, bukan panitia pula, tapi sok nulis "kami" berkesan aku tau semua proses yang terjadi untuk mewujudkan acara tanggal 22 Mei tersebut.

 *sigh*
Hai Khonsaa

Sehari sebelum hari H aku nelpon Qia nanyain kepastian buat besok. Rumah Qia lumayan dekat dari asrama dan dia juga bawa mobil untuk kelancaran transportasi ke tempat tujuan jadi sebelum ke meeting point rencananya dia bakal mampir ke tempat ku dulu.

"Iya shof, besok aku jemput kamu jam 6 ya. Besok aku sms kamu kalau udah mau berangkat."

Umumnya orang bakal terpicu adrenalinnya saat hendak menghadapi kejadian yang bikin dia semangat. Begitu pula sama aku, deg-deg an gak jelas, bawaannya pengen senyum mulu, rasanya kayak ayok dong cepetan pagi, bukan nggak sabar ketemu temen-temen tapi aku nggak sabar ngerasain naik mobil yang di sopiri Qia (kampungan!) habis terakhir kali Qia main ke Asrama dia pamer kalau udah punya SIM A terus aku bilang ke dia, "pokoknya aku mau buktiin kalau kamu udah bisa bawa mobil!"

Dia pamer SIM ke orang yang bahkan KTP aja belum punya, kesel.

Karena Laras pergi ke rumah Mbah nya di Gunung Kidul jadi aku tidur sendirian di kamar kosnya, beberapa hari terakhir aku emang tidur di tempat dia buat nemenin Laras yang ngekos sendiri (ini fakta kok terlihat gak penting) karena kos nya masih deket sama Masjid Multazam jadi bisa lah suara adzan shubuh terdengar sampai kamar meskipun kecil. Rencana indah ku adalah: habis sholat shubuh dan mandi, alangkah baiknya melakukan hal yang bermanfaat seperti beres-beres kamar atau keluar dari kamar menghirup udara pagi sambil menyapa tetangga kos yang dari Tidore, namun yang namanya rencana tanpa kemauan kuat pasti tingkat kegagalannya sangat tinggi. Aku ketiduran dan baru bangun ketika jam sudah menunjukkan pukul 07.02.

07.02! Padahal Qia bilang mau jemput jam 6.

MAMPUS!

Begitu bangun, aku langsung ngecek hp dan ternyata ada pesan masuk dari Qia jam 06.51 yang intinya di pesan itu dia bilang dia mau otw. Udah cemas campur bingung antara jadi ikut atau nggak karena udah siang banget, yaudah aku buru-buru pakai jaket sama kerudung terus ke Asrama. Rencananya aku mau ganti baju dulu baru aku telpon Qia nanya posisi dia ada dimana, kalau dia udah berangkat ke meeting point karena aku nggak bisa dihubungin gara-gara aku ketiduran berarti aku gak jadi ikut. 

Eh, pas baru masuk gerbang Asrama aku berhenti mendadak begitu ngeliat ada sosok yang berdiri di depan pintu masuk. Tau kan ekspresi orang yang baru bangun tidur terus nyipitin mata buat ngefokus objek yang ada di depannya? waktu itu aku yakin ekspresi ku kayak gitu plus muka bantal banget, kayak "heh? siapa tuh di depan pintu kok gak masuk, postur tubuhnya kayak kenal."

Sepertinya sosok itu sadar akan keberadaan ku jadi dia noleh ke belakang dan aku bisa melihat mukanya.

ADUH, TERNYATA BILQIS TOH.

Kita berdua salam-salaman sambil ketawa garing.

"Aku ketiduran Bil, tunggu lima menit ya aku ganti baju dulu."

"Haha, kamu kebiasaan. Yaudah sana."

Rasanya setengah lega setengah gak enak, lega karena ternyata aku di tungguin dari tadi dan nggak enak karena mereka udah lama nungguin aku. Aku ingat sama pepatah yang mengatakan "Lebih baik menunggu daripada ditunggu," makanya aku ganti baju secepat yang aku bisa, milih pakaian yang masih ada di luar koper dan bisa langsung di pakai tanpa harus menyetrika terlebih dahulu.

Boro-boro nyetrika pakaian, cuci muka aja nggak sempat.

Beberapa menit kemudian aku turun dengan tergesa, kemudian kami berdua jalan ke mulut gang tempat dimana mobil Qia menunggu sejak 20 menit yang lalu. Kalau nggak salah kami bertiga berangkat ketika jam udah menunjukkan pukul setengah delapan, aku duduk di belakang sedangkan Bilqis nemenin Qia di depan. Perjalanan lancar tanpa hambatan sampai di depan Gramedia Pusat kami terpaksa belok kanan ke arah bunderan UGM karena di depan Gramedia lagi ada olahraga bersama atau jalan pagi yang menyebabkan sebagian ruas Jalan Sudirman di tutup, pokoknya dari rute yang sebenernya tinggal lurus doang malah kami harus belak-belok muter dulu hingga melewati Jogja City Mall yang pagi itu belum buka. Meski telatnya nggak tau malu (dari rencana awal berangkat jam 6 dan jam 7 sampai di meeting point yang berakhir dengan pada baru berangkat ketika udah setengah delapan) tapi kami santai-santai aja karena ternyata sebagian teman yang lain juga berangkatnya agak siang.

Ckckck, orang Indonesia banget.

Sekitar satu jam kemudian kami akhirnya tiba di Islamic Boarding School Bina Umat (IBS Bina Umat) yang dijadiin meeting point. Banyak anak yang udah datang, kami bertiga langsung keluar mobil terus nyapa temen-temen, akhirnya aku bisa ketemu lagi sama Olak setelah tiga tahun terakhir dia pergi ke Gorontalo untuk menuntut ilmu di Insan Cendekia, yeyeye.

Oh ya, yang ikut BakSos bukan cuma para Alumni angkatan 8 doang, ada beberapa anak baru yang juga ikut, kalau nggak salah akhwatnya ada sekitar lima orang, sayangnya aku cuma tau Ayu, Alya, sama Azwa doang, hehe.

Anak baru itu istilah yang merujuk ke anak-anak yang baru bergabung di Bina Umat ketika SMA, sedangkan anak lama merujuk ke anak-anak yang berasal dari SMP Bina Umat dan melanjutkan SMA di tempat yang sama.  #fyi

Nggak lama kemudian kami briefing sebentar buat pembagian transportasi dan pemberitahuan untuk para penanggung jawab lomba. Dan aku baru tahu kalau kami bakal ngadain banyak lomba ketika hari H (lo kemana aja shof). Nggak ada kendala selama briefing, semuanya paham, semuanya ngerti, semuanya nggak sabar buat berangkat (untuk yang terakhir paling cuma aku doang). Keputusan akhir, ada dua cowok dan enam cewek yang naik mobilnya Qia. Selesai briefing kami langsung siap-siap berangkat, cewek-cewek yang sebelumnya bawa motor tapi ke Panti naik mobil pada nitipin motor mereka di pondok. Selama nunggu mereka nitipin motor, aku baru menyadari kalau anak-anak yang dari pondok mayoritas pada makai pakaian warna biru.

blue squad

Karena udah nunggu lumayan lama, para penumpang #TeamMobilQia naik ke dalam mobil terus neriakin Dana yang bertugas untuk menyetir agar segera berangkat. Di bagian tengah duduk manis Aqla, Qia, dan Bilqis sedangkan di bagian belakang duduk lah orang-orang yang mau mengalah bernama Olak, Shofwa, dan Milka.

Dana akhirnya datang bareng Azzam, begitu masuk dia langsung nyalain mobil nya dan #TeamMobilQia langsung berangkat.

Yeay! kita duluan!

Tapi

Tunggu dulu

"Dan, kamu tau jalannya nggak e?" tanya Bilqis ketika mobil udah berjalan 50 meter.

Yang ditanya cuma diem.

"Dan kamu tau jalannya? Di sini ada yang tau jalan ke Pantinya nggak?" Giliran Aqla yang nanya.

Kali ini Dana bereaksi dengan menghentikan mobil tepat di depan Lapangan Setran.

"Kayaknya tadi kita harusnya belok kiri bukan belok kanan. Tapi aku lupa jalan kesana nya."

"Masha Allah." Dana langsung putar balik mobil ke arah IBS, eh, bukannya balik dulu ke IBS biar berangkat bareng sama yang lainnya, dia malah langsung lurus terus sampai pertigaan lalu belok kiri menuju Jalan Wates. Ketika Dana sibuk nyetir mobil, para penumpang di baris tengah dan belakang justru sibuk memastikan ada yang tau jalan ke Panti.

"Qi, kamu tau jalannya to?"

"Aku lupa e, hehe."

"Weh kowe ki piye to. Kemarin kamu ikut survey lokasi kan?"

"Iya tapi aku lupa jalan."

"Jadi nggak ada penunjuk arah nih? Terus ngapain kita berangkat duluan?"

"Penunjuk arahnya Fathan bukan sih."

"Pantas tadi mereka yang di IBS ketawa waktu kita dadah-dadah mau berangkat."

"Coba inget-inget lagi jalannya Qi."

"Aku beneran nggak ingat."

"Dan... Dan, kita berhenti dulu nunggu yang di IBS berangkat."

Kami berhenti di depan tempat foto copy yang belum buka, beberapa saat menunggu dan tetap nggak ada tanda-tanda kedatangan yang lain, kami pun memutuskan buat nelpon Risa buat mastiin kapan mereka berangkat, dan dia malah bilang, "lha iya tadi kenapa kalian berangkat duluan e?"

Yah, Ris. Mana kita tau kalau kita nggak punya penunjuk arah.

"Yaudah, tunggu aja di situ. Ini yang dari IBS udah mau berangkat kok."

"Oke."

Jam udah menunjukkan pukul 09.49 dan #TeamMobilQia masih menunggu keberangkatan rombongan Bina Umat. Udah kodratnya cewek suka cerita jadi selama proses menunggu mobil nggak pernah benar-benar dalam keadaan tenang. Dan karena menunggu pula, aku jadi tau kalau Lathifah aka Ayuk Thipah aka Thipenk nggak ikut serta dalam BakSos karena dia sedang berada di rumahnya.

Wah, nggak kabar-kabar dia. Katanya mau main ke Asrama tapi malah pulang ke Bengkulu.

Ada kali 15 menitan kami menunggu rombongan dari IBS nyusul, beberapa kali nelpon Risa buat memastikan kembali kalau mereka benar-benar udah berangkat.

"Dan, berangkat Dan, itu mereka udah nyusul."

Aku nggak sempat ngecek jam berapa waktu itu, sepertinya sudah jam 10. Selama perjalanan Aqla mengukuhkan dirinya sebagai Kamus Infontaiment Berjalan, Aqla up to date banget soal berita terbaru para artist entah yang nasional maupun internasional sampai aku heran sendiri dari mana dia baca dan mengingat berita-berita tersebut.

Aku jarang ketemu sama temen-temen tapi sekali ketemu kayak udah nggak ada kecanggungan atau #awkwardmoment, rasanya seperti nggak pernah pisah. Gimana ya jelasinnya, biasanya aku kalau ketemu sama orang yang udah lama nggak ketemu pasti selalu #awkwardmoment, apalagi kalau di tambah dengan jarang berkomunikasi. Tapi tiap ketemu mereka ya bawaannya santai aja, berkesan udah biasa ketemu gitu. Nggak tau deh kenapa bisa kayak gitu.

Kalian paham kan maksud aku?

Ngomong-ngomong dari obrolannya Aqla aku baru tau kalau Pillowtalk itu lagunya Zayn, HAHA. Aku tau Zayn punya lagu sendiri, aku sering dengerin pillowtalk, tapi aku baru tau kalau Zayn yang nyanyiin Pillowtalk.

"Eh. liat tuh mereka berdua."

"Buka jendelanya buka jendela."

"CIYEEEEEEE!!!"

Emanglah para jomblo kelebihan sifat usil, liat Desi di bonceng sama ikhwan aja langsung ngegodain dari dalam mobil. Anyway, kalian jangan berpikir kalau Desi suka di bonceng ikhwan ya (karena bagaimanapun juga aku yakin Desi adalah salah satu jomblo yang bahagia dan sabar menanti jodoh #asiq). Nanti bakal aku ceritain kenapa kok dia bisa di bonceng sama makhluk berkromosom XY tersebut.

Wow, kapan ya terakhir kali aku menggunakan kata "ikhwan" dalam sebuah percakapan. Sepertinya sudah lama sekali.

Ketika kami sampai di jalanan yang berkelak-kelo menanjak-menurun para teman-teman seperjalanan ku tiba-tiba membahas tentang sebuah drama yang memiliki rating tertinggi sepanjang tahun 2016 yang sudah mulai memasuki pertengahan tahun, drama yang udah aku lupakan, drama yang semula nggak mau ku tonton dan hanya melihat OST nya aja itu pun OST yang dinyanyiin Chen, drama yang punya adegan fenomenal dengan "insha Allah" nya, drama yang bikin nama Song Joong Ki jadi terkenal dan bikin Lee Kwang Soo sering di goda sama anggota Running Man.

Apalagi kalau bukan Descendants of The Sun.

Heran deh, kok pada suka banget sama drama yang satu ini.

Gara-gara ngomongin DOTS, akhirnya dengan bermodalkan hp Aqla, kami memutar OST drama tersebut, pertama yang judulnya "You Are My Everything," sedangkan yang kedua kami memutar "Everytime."

"Oh every time I see you
Geudae nuneul bol ttaemyeon jakku
Gaseumi tto seolleyeowa
Nae unmyeongijyo sesang kkeutirado
Jikyeojugo sipeun dan han saram

Baby ohohohoh
Ohohohoh
Baby ohohohoh
Ohohohoh

Oh every time I see you
Geudae nuneul bol ttaemyeon jakku
Gaseumi tto seolleyeowa
Nae unmyeongijyo sesang kkeutirado
Jikyeojugo sipeun dan han saraAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA--"

Lagi asyik lypsinc lagu si Dana main banting setir seenaknya aja hingga kami semua teriak gara-gara kaget. Gak tau deng dia banting setir atau emang belokannya tajam sampai-sampai Aqla nindih Qia dan Qia nindih Bilqis. Gara-gara itu kami kembali menyalakan radio yang sempat di matikan, kembali mendengar suara Justin Bieber dengan "love yourself"nya.

Udah kodratnya cewek suka cerita membuat kami kebablasan, begitu ketemu pertigaan harusnya belok kiri ke jalan yang agak menanjak tapi kami malah ke jalanan yang agak menurun di sebelah kanan.

"Aduh, aku salah fokus, maaf." Kata Qia ketika sadar kalau kami kebablasan, karena Qia ikut survei lokasi otomatis dia merasa wajib untuk memberitahu Dana kalau seharusnya kami mengambil jalan di sebelah kiri. Ruas jalan menuju panti emang kecil, cuma cukup buat satu mobil jadi mau putar balik juga susah.

Dana nyoba buat mundurin mobil tapi gagal mulu karena mesinnya tiba-tiba mati, akhirnya Qia, Bilqis, sama Azzam turun dari mobil siapa tau habis itu bisa di mundurin, tapi tetep aja nggak bisa. Berkali-kali mesin mobilnya mati mendadak sampai kemudian Azzam ngomong sesuatu ke Dana, aku nggak denger dia ngmong apa tapi sepertinya dia memberi tahu kalau di depan ada tempat buat mobil putar balik.

Kami jalan sekitar 100 meter lalu menemukan pertigaan lagi, gak pertigaan juga sih tapi di sebelah kiri semacam ada jalan ke atas buat ke rumah orang sedangkan di sebelah kanan ada jalan buat lurus terus. Cuma jalannya tetep kecil, aku gak yakin itu tempat buat mobil putar balik seperti info yang kami terima. Meskipun begitu, tetep aja kami nyoba buat putar balik, Aqla turun dari mobil jadi tukang parkir dadakan buat bantuin Dana. (aku gak tau apa istilah buat orang yang melakukan hal seperti yang tukang parkir lakukan).

Ketika Dana sedang berusaha mutar balik mobil dengan bantuan Aqla, aku sama Milka sibuk teriak

"Hati-hati Dan, astaga astaga, pelan-pelan."

"Astaghfirullah, kalian jangan teriak."

"Iya, nggak kok, tapi hati-hati, omaigat."

Sebenernya nggak serem-serem amat cuma saat itu tingkat ke-parno-an ku lagi tinggi, ya bayangin aja kalian mutar balik di jalanan yang sempit dan di sebelah kanan kalian langsung terpampang waduk sermo. Jadi waktu mutar balik, bagian belakang mobil langsung ngadep langsung sama waduk sermo, ini kalau kebablasan dikit aja bisa jatuh. Aku percaya sama keahlian menyetir Dana, tapi aku nggak percaya kalau waktu itu dia dalam keadaan santai, jadi aku takut semisal Dana nginjak gas nya terlalu dalam.

Yassalam, tamat lah riwayat kami.

"Chop, kamu di sini aja." Kata Olak waktu Dana nyuruh kami turun gara-gara aku dan Milka cuma bisa teriak doang. Aku heran deh sama Olak, bisa-bisanya dia kalem santai mainin tab ketika aku memejamkan mata nggak sanggup nengok ke belakang mobil saking takutnya.

Apa saat itu cuma aku yang berubah jadi lebay dengan kekhawatiran yang berlebihan?

HAHAHAHAHAHAHAHA.

Begitu Dana berhasil mutar balik aku langsung tepuk tangan, pelan doang, itu refleks sih udah jadi kebiasaan aku buat tepuk tangan tiba-tiba. Refleks yang sama ketika aku tepuk tangan waktu nonton Star Wars: The Force Awakens sampai Puspa dan Maya ngetawain aku karena cuma aku yang tepuk tangan dalam satu bioskop.

Aku bersyukur masih bisa hidup.

Mobil Qia terpakir sempurna di samping warung yang aku nggak tau warung itu jualan apa. By the way, jalan buat ke panti menanjak naik terus agak-agak licin jadi kudu pelan-pelan biar nggak kepeleset. Begitu sampai panti aku langsung duduk di dekat parkiran motor soalnya aku bingung mau ngapain sedangkan teman-teman yang jadi PJ sibuk menyiapkan permainan mereka. Aku diam aja mengamati mereka, nggak berapa lama kemudian Desi datang lalu duduk di samping ku.

"Haha, kamu kenapa?" aku nanya ke dia yang masang muka sedikit sebel.

"Ngomong-ngomong kok tadi kamu bisa boncengan sama dia?" aku nanya lagi.

"Jadi tuh tadi... motorku bannya sudah halus terus ayahku nyuruh aku buat hati-hati."

"Iya sih, jalannya naik turun."

"Nah iya, makanya aku tadi bonceng si dia."

Duh, aku tidak pandai merangkai kata agar tidak ada yang salah paham. Yang jelas itu pertama kalinya Desi membonceng ikhwan dan karena keadaan mengharuskan dia untuk mencari boncengan.

Nggak berapa lama kemudian kami diminta untuk mempersiapkan diri buat sholat dhuhur. Akhirnyaaaaa, aku bisa mengakhiri fase hanya-duduk-tanpa-melakukan-apapun yang kulakukan sejak tiba di lokasi. Setidaknya aku nggak cuma duduk bengong saja, terimakasih dhuhur! ã„±ã„±ã„±ã„±

Aku nggak terlalu memperhatikan bangunan panti, selama berjalan dari parkiran motor ke tempat wudhu aku menebak kalau anak-anak yang tinggal di panti tidak terlalu banyak. Bangunan panti mengingatkan aku akan bangunan sekolah Jitar sekilas, ya nggak separah Jitar ya kali nggak mungkin lebih parah dari Jitar gila saja. DI panti itu cuma ada satu bangunan utama yang panjangnya sekitar, emm, 15 meter? #ngaco. Mirip kayak salah satu bangunan SD ku dulu yang memiliki tiga kelas, yap, kurang lebih panjangnya seperti tiga kelas digabung. Terus ada mushola mungil yang terletak di depan pintu paling utara alias paling ujung, aku masuk lewat pintu itu karena itu satu-satunya akses buat ke tempat wudhu, dan ketika hendak pulang aku baru tahu kalau pintu itu bukanlah satu-satunya akses menuju tempat wudhu.

"Hai..."

"Halo..."

"Nama kamu siapa?"

"Kamu tahu namanya adek itu gak? Lucu banget dia."

Sependiam-pendiamnya seorang shofwa, aku selalu nggak bisa nahan diri buat nggak nyapa anak cewek kecil yang unyu, beuuh, lemah hati ini dek, gemash. Meskipun nggak bisa ngajak ngobrol kayak yang teman-teman lakuin tapi aku udah seneng bisa memperhatikan kelakuan adek-adek manis ini.

Sama lah kayak aku memperhatikan kamu tanpa bisa ngajak ngobrol duluan. #sapa #istigfar #masihRamadhan

Ibadah dhuhur dilalui tanpa hambatan, alhamdulillah aku sempat membawa mukena (mengingat betapa keburunya aku sebelum berangkat) lagipula mukena yang ada di panti nggak terlalu banyak jadi ada beberapa teman yang sholat tanpa memakai mukena. Selesai dzikir dan sunnah rawatib, acara Bakti Sosial dibuka dengan resmi antara angkatan 8 dengan pemilik panti. Biasalah, sambutan dari fulan dan fulan, dan setelah basa-basi sebentar akhirnya tiba juga di momen yang paling ku tunggu dan ku nanti-nantikan, momen yang beberapakali kutanyakan ke teman kapan mulainya, tak lain tak bukan apalagi kalau bukan MAKAN SIANG!!!

Nggak sempat makan malam dan sarapan, sejak pagi hanya bermodal cuilan sari roti yang disuapin Bilqis saat perjalanan ke meeting point. Nggak heran perut keroncongan, syukur-syukur si lambung dan usus nggak menghasilkan bunyi malu-maluin kayak yang biasanya terjadi di sinetron.

Eits, bentar.

Jadi orang kenapa nggak sabaran sekali sih~

Seperti yang udah didiskusikan di grup Line, menu makan siang untuk BakSos adalah nasi kuning. Ini urusan panitia sih. Sebelumnya aku udah liat foto nasi kuning yang di-share di grup, nasi kuning biasa cuma bentuk nya saja yang cuteee omaigat. Bentuknya cocok banget buat usia anak-anak panti biar pada nafsu makan, ada dua jenis box yang disiapin panitia, box A untuk anak-anak panti dan box B buat anak angkatan 8. Box A dengan bentuk persegi panjang hampir seukuran nampan makan siang yang biasanya ada di drama-drama korea, isi box A itu nasi kuning, sepotong nugget, telur dadar yang dipotong memanjang, oseng tempe, puding untuk dessert, sama sekotak ultramilk mimi. Sedangkan box B berbahan styrofoam dengan ukuran sekotak makan, pada tahu lah ya kotak makan yang dari styrofoam itu, kelewatan banget kalau nggak tahu, isi box B sama kayak box A tapi minus puding dan ultramilk mimi, oh ya, sama minus sendok-__-

Jadi bingung gimana cara makannya, untung pengurus panti bersedia meminjamkan beberapa sendok buat kami. Ketika semua box udah di bagi namun sendok tak kunjung datang, hanya bersabar yang dapat dilakukan. Kepala panti yang namanya Muhammad Tulus diminta untuk memimpin doa.

Aku pikir beliau diminta buat mimpin doa makan, aku pikir demikian.

Tapiiii -pfftt- hehehehe - aku nggak bisa nahan senyum saat doa dimulai. Mending masih senyum, beberapa kali aku perlu berpura-pura batuk nahan diri biar tidak ketawa kecil. Ya Allah maafin aku, Ya Allah maafin karena ngomong gini. Kenapa doanya jadi panjaaaaangg sekaliii. Bener-bener panjang astaga. Maksudnya, okey, aku nggak bermasalah sama doa yang panjang. Hanya saja aku kaget tiba-tiba anak-anak panti secara serempak langsung membaca Alfatihah, bacanya beberapa kali, ada nadanya pula, waktu itu aku gak punya ekspektasi apa-apa soal doanya jadi aku nggak bisa ngontrol diri aku sendiri yang kaget dengan bacaan mereka/?/ mana aku beberapa kali bertatapan sama teman ku yang terlihat nahan senyum juga, kalau udah gitu aku nggak bisa lagi ngontrol ekspresi muka aku. Alhamdulillah di detik-detik terakhir aku bisa mendalami doa mereka, jadi setelah Alfatihah, bapak Muhammad Tulus dzikir sendirian - lanjut lagi dengan Alfatihah - bapak Muhammad Tulus doa lagi (yang hanya bisa kami aamiin-kan) - Alfatihah lagi - dzikir lagi (ini diikutin sama anak-anak panti lalu bapak Muhammad Tulus kembali berdoa) - dilanjutkan dengan Alfatihah. Sekitar 10 ~ 20 menit kayak gitu terus. Aku nggak berniat ngomel lho, sepertinya anak-anak panti memang terbiasa berdoa seperti itu karena mereka tidak terlihat ragu dan enjoy.

Nggak bakal ku ulangi lagi sikap buruk ku waktu itu. Nggak lagi-lagi.

Setelah doa yang sepertinya bikin beberapa akhwat terisak, sendok tetap tak kunjung menampakkan diri. Lalu aku lihat para ikhwan langsung makan saja pakai tangan, ada juga akhwat yang langsung makan. Ternyata mereka juga kelaparan.

"Udah, makan aja pakai tangan." Kata pipul waktu liat aku masih belum juga nyentuh nasi kuning.

Laper. Banget. Tapi. . .

"Aku tunggu sendok saja deh, sayang nasinya kalau hancur gara-gara makan pakai tangan. Kalau ada sendok kan bisa makan tanpa merusak nasi."

Aku dapat nasi yang dibentuk jadi kayak mobil-mobilan, ada juga nasi yang dibentuk jadi wajah hellokitty. Iya, nasinya berbentuk mobil-mobilan dan hellokitty bukan cuma gundukan mangkuk terbalik yang biasanya ada di nasi box, bentuk nasinya terlalu cute bikin aku nggak tega merusaknya dengan tangan. Aku cuma sanggup makan nugget sama potongan wortel yang dijadiin ban mobil. Sisanya? Sayaang atuh kalau hancur karena tangan:( mending bersabar tunggu sendok. Ceritanya lagi sok menghargai karya seni gitu loh, habis sepertinya nggak gampang bikin nasi jadi berbentuk seperti itu (lupakan tentang cetakan dan tangan-tangan profesional).

Sambil tunggu sendok, lumayan deh bisa curi-curi pandang dikit (HALAH) (ke siapa toh nduk). Akhirnya aku berhasil makan pakai sendok, dan seperti yang tertulis di paragraf sebelumnya, gara-gara sok menghargai karya seni aku makan nasi nya langsung suapan gede. Nggak nyampe sepuluh suap nasi ku sudah habis tak bersisa.

Habis makan, waktunya main gameeeee!!!


Ada beberapa game yang disiapin panitia, aku nggak peduli bagaimana cara main dan cara nentuin pemenang nya. Sekitar ada empat titik game, start dari panti dan finish di lapangan kecil yang letaknya nggak begitu jauh dengan panti. Karena aku nggak kebagian jadi PJ game apa pun (makasih yaaa nggak ngasih job apa-apa ke aku, anaknya memang nggak jago terjun ke lapangan, ehe) jadi aku cuma bolak-balik nggak jelas sambil nontonin anak-anak main. Oh ya, sebenarnya aku sama Olak jadi pj yang milih anak buat dikasih penghargaan. Itu loh, kayak yang paling aktif siapa, paling supel, paling unyu, paling cakeps, paling semangat, de el el, de el el, tapi toh ujung-ujung nya malah Qia yang nentuin, hihi.

Nggak perlu waktu lama untuk menyelesaikan game-nya, entah kecepatan waktu tersebut terjadi karena panitianya nggak terlalu nge-prepare rules dan tata cara main game ataukah karena anak-anak panti terlalu bersemangat. Seperti perkataan Bilqis di awal acara yang kurang lebih seperti ini, "Nggak papa sedikit kacau, biasanya kalau baru pertama kali emang nggak sempurna."


Seusai semua permainan selesai dimainkan, kami kembali lagi ke bangunan tempat makan siang, berkumpul lagi dengan anak-anak panti untuk mengakhiri kegiatan Bakti Sosial, sepatah-dua patah kata ucapan terima kasih dari kami pada kepala panti yang juga dibalas dengan ucapan serupa, lantas penyerahan amplop dari kami untuk panti dan akhirnya kegiatan ditutup dengan salim-saliman dari anak panti ke semua anak angkatan yang datang. Tentu perempuan dengan perempuan dan laki-laki dengan laki-laki.


Kegiatan Bakti Sosial pertama oleh para alumni Angkatan 8 SMP IT Bina Umat yang baru saja lulus SMA berakhir dengan foto bersama. Aku berterimakasih pada setiap panitia yang sudah menyiapkan kegiatan ini, berikut konsumsi dan permainan untuk anak-anak, karena aku tidak terlibat langsung dalam persiapan jadi aku tidak tahu konsep acara atau diskusi-diskusi apa saja yang sudah dilakukan untuk merealisasikan kegiatan ini.

Seperti yang disampaikan Khonsa di status fesbuknya, semoga kegiatan ini menjadi salah satu ladang kebaikan kami untuk sesama manusia sekaligus menambah kenangan kebersamaan 8th Generation serta memulai masa perkuliahan dengan melakukan suatu kebaikan.


Malam sebelum Akhirussanah, asrama yang biasanya sepi menjadi sedikit ramai akibat kunjungan anak-anak mantan penghuni lantai tiga yang udah jadi anak kost.

Malam-malam sebelumnya asrama juga di kunjungi sama makhluk dunia sebelah.

Malam sabtu, ada sekitar empat belas anak yang tidur di lantai tiga tapi yang turun ke tempat sholat cuma tiga orang.

Aku, Ayuk Diah, sama Tyas.

AKU RAJIN KAN #pencitraan

Biasanya aku sholat di kamar sama temen karena udah liburan jadi ya udah nggak ke tempat sholat lagi, lagi pula waktu itu aku turun juga sekalian mau ngecek makan malam nya anak kelas tiga yang menghilang (dan ternyata adek kelas 10 salah ngambil jatah makan). Kesimpulannya, aku peduli terhadap rasa lapar nya teman-teman ku.

Juga rasa lapar ku.

Setelah al-matsurat dan doa seperti biasa, ustadzah Lely membuka halaqoh di petang yang hampir menggelap itu dengan sebuah pertanyaan,

"Kemarin malem ada anak kelas tiga yang lari-lari di koridor nggak?"

Malam sebelumnya lagi alias malam Jum'at, ustadzah Titin dan ustadzah Lely yang merupakan Pembina Asrama kami memang nggak tidur di Asrama.

"Nggak tau us, emangnya kenapa?" Tanya Tyas.

"Jadi tuh ustadzah dapat laporan dari PA kelas 10, katanya kemarin malam (malan Jum'at) sekitar jam dua belas PA kelas 10 denger ada yang turun tangga dari lantai tiga terus ke pintu depan, kayaknya nyoba buka pintu itu."

"Pintu depan kan di kunci us."

"Yaa karena di kunci terus suaranya naik lagi ke lantai tiga. Lari-lari di koridor. Makanya ustadzah nanya, siapa anak kelas tiga yang malam-malam turun ke lantai satu."

"USTADZAH JANGAN BIKIN PARNO."

"IH USTADZAH, AKU GAK MAU DENGER."

"Lha, ustadzah kan cuma nanya."

"Kayak nya nggak ada deh us. Udah pada tidur lah kalau jam segitu. Tapi Hafsa sama Firda waktu itu begadang sampai malam kok, tapi gak mungkin mereka lari-lari di koridor."

"Oh, yaudah kalau gitu. Kemarin yang shofwa denger kayak gimana?" Ustadzah Lely tiba-tiba noleh ke arah ku.

"Denger apaan shof?" Tanya Ayuk Diah.

"Orang naik tangga. Aku lagi nonton terus aku denger ada yang naik tangga, rame-rame gitu sekitar 3-4 orang. Aku cuma denger bentar terus aku positive thinking kan mungkin ustadzah habis rapat di tempat ustad Heri, tapi volume earphone nya langsung aku gedein."

"Kapan kamu denger?"

"Pas listriknya mau korslet, sekitar jam dua belas kurang soalnya nggak lama kemudian aku tidur."

Ustadzah Lely mengernyit, "Ustadzah nggak rapat kok. Shofwa nggak liat siapa yang naik?"

"Mana berani. Aku udah takut duluan kali us."

"UDAHLAH GAK USAH DI BAHAS. USTADZAH NI BIKIN TAKUT AJA!" Protes Ayuk Diah.

"Iya-iya. Mungkin itu memang makhluk dunia yang berbeda dari kita. Yaudah, nggak usah di pikirin lagi. Ustadzah kan tadi cuma nanya gara-gara dapat laporan dari PA kelas 10."

Sudah jadi rahasia umum kalau kebanyakan Asrama atau pondok atau bahkan rumah sekali pun, pasti memiliki penghuni lain yang tidak terlihat. Aku jarang mengalami sendiri kejadian-kejadian aneh dan kalau mengalami pun aku bakal pura-pura nggak tau daripada aku parno sendiri. Lagian aku juga sendirian di kamar pas suara-suara aneh orang naik tangga itu kedengeran.

Gak serem, tapi bikin parno.

Dan nggak tau ya emang takdir maunya apa, pagi harinya aliran listrik yang sebaris sama kamar ku malah mati. Tapi aliran listrik di barisan depan kamar ku malah nanya.

Ini bukan karena aku denger suara aneh itu makanya aliran listriknya korslet kan yaa.

#ParnoLagi

Daripada bercerita tentang peristiwa aneh yang hampir pasti merupakan ulah makhluk dunia sebelah (aku memutuskan buat nanya Firda, dan ternyata dia gak denger apa-apa padahal dia tidur jam dua pagi). Mending aku membagi kesan, pesan, kenangan, kebahagiaan, pengalaman, dan semua hal yang aku pikir perlu di ingat tentang kamar yang aku tempatin terakhir kali.

Kali ini, aku nggak mau bikin deskripsi yang melelahkan, sebetulnya aku paling nggak jago nge deskripsiin orang. Setiap waktu segalanya berubah, im right? Makanya kalau aku nge deskripsiin orang aku ngerasa kayak "Duh, kan dia bakal berubah terus. Ngapain gue mikir keras buat sesuatu yang belum pasti benar." Namun percayalah, selalu ada pikiran panjang di balik tulisan yang mendeskripsikan seseorang. Mana yang deskripsi tentang personil KLASIK gak kelar-kelar.

Untuk menghindari pembuatan deskripsi anak kamar, aku memutuskan untuk menulis 23 poin yang berisi tentang kamar. Yang jelas ini bakal lebih baik daripada sebuah deskripsi yang di sanksikan kebenarannya.

Aku harap begitu.

So, Here we go!

1. Kamar Buangan

Wkwkwkwk, belum apa-apa udah nongol aja si Kamar Buangan.

Biar nggak pada bingung aku mau ngejelasin sesuatu, awalnya di lantai tiga terdapat 9 kamar, tujuh kamar dihuni sama anak kelas XII sedangkan dua kamar lain dihuni sama anak kelas X karena semua kamar di lantai dua sudah penuh. Waktu liburan UTS, banyak anak kelas X yang pindah sistem dari boarding school ke fullday school yang artinya kamar-kamar di lantai dua banyak yang kosong. Jadi para dekel-dekel yang baik hati nan irit kata yang sebelumnya menghuni lantai tiga semuanya pada turun ke lantai dua. Sistem di sini tuh satu lantai buat satu angkatan karena Asrama Putri memiliki tiga lantai. Makanya para dekel pada pindah ke lantai dua karena lantai tiga merupakan lantainya kelas XII. Akhirnya, dua kamar bekas anak kelas X yang kosong tak terpakai diisi sama anak kelas XII yang mau pindah kamar. Entah karena kamar sebelumnya overload atau karena memang pengen pindah kamar.

Kalau aku sih karena alasan ketiga, diajak teman kamar.

Aku kan anak kamar C (setiap kamar dinamain sesuai abjad), terus Jihan sama Laras yang sekamar sama aku ngajak pindahan. Alasannya bersifat tidak pantas diceritakan pada publik, hehe. Yaudah aku ikutan pindah deh karena emang kamar C termasuk kamar yang kelebihan orang.

Eh, waktu lagi pindahan, tiba-tiba Salwa yang merupakan anak kamar F pengen ikutan pindah.

Jadilah kami membentuk kamar baru dengan empat orang penghuni. Aku bahagia karena lemari yang harus nya buat jatah dua orang bisa aku miliki sendiri, yippie!!!

Tapi, semenjak dari mulai pindahan sampai lulus. Status kita tetap tidak berubah. Aku, Jihan, Laras sebagai anak kamar C dan Salwa sebagai anak kamar F. Makanya kenapa nama kamar kami itu namanya Kamar Buangan, soalnya nggak pernah mendapatkan titel "Kamar H."

2. Kerajaan Semut

Waaaah, parah mah kalau ini.

Beberapa waktu setelah menjadi penghuni Kamar Buangan. Ternyata di kamar ada sarang semut yang kadang bikin rusuh.

Bikin rusuh waktu pindah sarang (buat jalur perpindahan yang meskipun lewat pinggir dinding tapi tetap aja bikin nggak nyaman). Bikin rusuh kalau ada makanan yang dibuka. Yang paling parah dan paling ngeselin adalah, para semut-semut nggak tau diri ini juga nyemplungin diri ke dalam air minum, entah yang di gelas atau pun di pemanas air.

YA SEJAK KAPAN GITU SEMUT SUKA SAMA AIR PUTIH.

SEJAK KAPAN AIR PUTIH (baca : air mineral) RASANYA MANIS?!

3. Dinding Bocor Misterius

Suatu waktu, saat hujan tiba, dan baru aja pulang sekolah (CIYEE MASIH SEKOLAH YA DULU). Keadaan kamar menunjukkan sisa-sisa habis kena air hujan. Semua buku, komik, bahkan alqur'an yang ada di atas container basah, kardus di bawah ranjang nggak luput dari sasaran keusilan hujan. Kami semua langsung mikir kalau dinding dan atap kamar bocor. Soalnya emang nggak ada yang ngira bakal kebocoran air hujan jadi naruh buku sembarangan di bawah jendela karena emang biasanya aman tidak basah sedikit pun. Lembaran soal-soal juga jadi korban, semua gak bisa dipakai lagi.

Kejadian itu terjadi tanggal 11 Desember 2016, aku ingat gara-gara aku cerita di ask.fm kayak gini

Kan kemarin hujan deres banget dan UNTUK PERTAMA KALINYA kamar kita ketetesan air hujan
Kasur Salwa basah
Terendam air
Langsung tumbuh Jamur polkadot
Nggak deng
Kasur Salwa langsung dibediriin terus bawah jendela kita pel pake rok bekas gatau punya siapa

Nah, hari ini kan aku ke sekolah
Jihan jalan-jalan cuci mata sama Hasna
Tiba-tiba ba'da dhuhur tadi HUJAN DERAS CAMPUR GELEDEK MEMEKAKKAN TELINGA
Aku udah cemas soalnya kamar gak ada orang
Nanti kalau banjir lagi gimana

Begitu hujan reda aku langsung balik ke Asrama
Jihan belum pulang
Aku ngecek jendela
LANTAINYA GAK BASAH COBA
Gantungan yang disamping jendela juga nggak basah

Kenapa di hujan selanjutnya. hujan yang lebih deras dari sebelumnya, keadaan kamar malah baik-baik saja.

Sampai sekarang masih heran apa yang waktu itu menyebabkan kamar basah.

Mungkin angin.

4. Pengumpul Sampah Botol

Baik sebelum pindah atau pun sesudah pindah, aku selalu jadi salah satu relawan pengangkat galon untuk persediaan air minum. Tapi terkadang gantian sama anak kamar, atau nggak jarang kami menimbun satu-dua galon biar nggak usah sering ngambil galon di lantai satu. Kalau waktu di kamar C hampir semuanya bisa ngangkat galon, di Kamar Buangan cuma ada aku sama Jihan yang secara nggak resmi bertugas memenuhi persediaan air minum anak kamar kami.

Selama November 2015 aku beberapa kali mengunjungi Rumah Sakit, pertemuan pertama kali dengan dokter yang baik hati diakhiri dengan "Kamu nggak usah ngangkat galon dulu ya."

Gara-gara itu, aku berhenti jadi relawan pengangkat galon buat sementara. Iya, aku pikir larangannya cuma berlaku sementara. Nyata nya, di pertemuan selanjutnya antara aku dan si dokter baik hati, dokter nya nggak pernah kasih lampu hijau ke aku buat ngangkat galon lagi.

Terus nggak mungkin kan ya kalau cuma Jihan yang ngambil galon meanwhile galon itu nggak ringan dan bakal habis kurang dari sepekan. Makanya selama rentang November-April, kami memenuhi persediaan air minum dengan membeli air mineral ukuran 1.5 liter. Merk nya nggak pasti, kadang VIT, kadang Nestle, kadang Aqua, paling sering sih Alfamart (soalnya paling murah). Sekali beli biasanya tiga potol buat satu orang.

Bisa dibayangin lah berapa banyak sampah botol air mineral bekas yang diproduksi sama kami selama satu pekan.

Kamar Buangan merupakan penyumbang sampah botol terbesar di lantai tiga

5. Insiden Piring Berputar

Aku hampir menceritakan peristiwa tentang piring berputar dan memposting nya sebagai sebuah status di facebook, tapi hal tersebut urung aku lakukan.

Menghindari dikatakan alay. Apa-apa dijadiin status. Apa-apa diceritain.

Antara hari Senin atau Kamis, karena emang kejadiannya beberapa saat setelah buka puasa. Aku lagi main sama Kai, Salwa lagi ngerjain soal, Jihan lagi di ranjang ketika tiba-tiba Laras teriak

"EH PIRINGNYA MUTER SENDIRI!."

Salwa : "noleh Laras"
Jihan : ha?
Shofwa : "natep Laras"

"Sumpah tadi piringnya muter!" Laras bikin tanda swear pakai jarinya. "Beneran muter kayak gini loh." Dia langsung muter piring pakai kedua tangannya buat memperagakan apa yang baru dia lihat.

Salwa : Masa sih? Angin kali.
Jihan : Iya, mungkin angin.
Shofwa : Kamarnya jarang di tilawahin sih.

"Coba tadi ada yang liat buat jadi saksi, beneran deh tadi muter padahal nggak ada yang muterin! Masa nggak ada yang liat?"

Kami bertiga : "menggeleng"

Masalah ini tidak dibicarakan lebih lanjut tapi memang piring nya berpindah tempat.

6. Our Princess

Bagaimana sikap seorang putri yang anggun dengan tutur kata indah nan bersahaja dihancurkan sama anak satu ini.

Bagaimana simbol seorang putri cantik jelita yang seharusnya pandai menjaga rahasia dibuyarkan oleh anak ini.

Bagaimana mungkin seorang putri yang seharusnya tepat waktu dipatahkan oleh anak ini karena kata "iya" yang keluar dari mulutnya hampir selalu tidak dilaksanakan dengan cepat.

Paradita Nadira Larasati yang merupakan putri dari Kerajaan Kamar Buangan.

Pertama kali nemu spesies manusia macam Laras.

Rajin banget nyuci piring, satu hari lima kali. Udah kayak total jumlah mandi dan makan dalam sehari.

Suka beresin ranjang sendiri, sering beresin ranjang anak kamar juga.

Hobi nyapu sama ngepel kamar. Kalau naruh barang pasti tertata dan nggak bikin berantakan.

Dan tentu saja itu semua hanya bohong semata.

WKWKWKWKWK.

Malahan kalau kamar nya rapi biasanya pada nyeletuk, "Waah our princess lagi di luar ya? Pantas kamarnya rapi."

Atau kalau tumpukan buku yang merupakan campuran dari buku Laras, buku Salwa, dan beberapa komik Shofwa yang terdapat di bawah ranjang Laras selesai dirapiin, pada bilang, "Tunggu aja beberapa hari, ntar udah berantakan lagi."

Aku nggak bermaksud membongkar keburukannya Laras lhoo (klarifikasi dulu biar nggak di bash, penggemar Laras banyak jadi kemungkinan aku di bash tinggi) siapa tahu Laras udah tambah rajin karena sekarang dia udah jadi anak kost.

Aku suka ndengerin Laras cerita, meskipun ceritanya nggak penting dan sering diulang tapi enak aja didengar. Sepertinya Laras punya kemampuan membuat sebuah peristiwa menjadi menarik untuk didengar kalau dia yang ngomong. Dia juga nggak terlalu pandai menyimpan apa yang lagi dia rasain, makanya waktu kami pertama kali main Truth or Dare, kami sama sekali nggak berminat buat nanya Laras karena emang kami mengetahui hampir semua hal yang menyangkut tentang Laras, jadi nggak ada kata penasaran. Soalnya, tanpa diminta pun dia bakal cerita.

Biasanya aku naik motor ngandelin rem kiri sedangkan Laras sukaa banget pake rem kanan. Setiap dibonceng sama Laras, aku perlu nyiapin mental dulu. Dia nggak pernah ngurangin kecepatan waktu mau belok dan setiap belok tuh kemiringan motornya bikin adrenalin terpacu. Aku selalu mengantisipasi tiap mendekati belokan, mana Laras juga banyak omong lagi.

"Hahaha, aku tau kok shof kamu takut." Kata dia tiap aku

"Kamu miring banget sih, aku takut kalau kita tiba-tiba jatuh. Itu di depan ada belokan, pelan-pelan ras, PELAN-PELAN!!."

Tapi tetep aja dia baru ngerem waktu udah mau belok.

"Belokan ku tuh indah tau."

"INDAH APANYA! YANG ADA MALAH BIKIN JANTUNGAN!!"

Aku emang takut, tapi aku suka. Seru. Naik motor sama Laras tuh bukan sekedar dibonceng, tapi juga sekalian uji nyali.

7. "Ustadzah, aku izin ya!"

Mungkin beberapa ada yang ingat, beberapa ada yang lupa, beberapa ada yang nggak mau ingat, kalau saat kelas XI aku pernah menceritakan tentang kamar ku juga, salah satu ceritanya adalah fakta bahwa kamar E merupakan kamar yang suka telat turun ke tempat sholat. Dan di Kamar Buangan, ada dua orang personil kamar E yang bertemu kembali.

Shofwa dan Salwa

we are the Wa!


Semua personil anak Kamar Buangan nggak ada yang alim banget, kata "alim banget" di sini merujuk pada "anak yang selalu turun ke tempat sholat." Biasanya kalau lagi hari puasa terus nggak lagi dapat setoran hafalan malam, kami bakal izin nggak turun. Alasannya macam-macam. Terkadang juga gantian sih, yang turun cuma satu orang buat ngizinin tiga orang lainnya, atau dua orang, atau kalau emang lagi pengen rajin, selesai sholat di kamar kami semua langsung turun.

Tapi, suatu malam kami dipanggil karena frekuensi izin yang nggak wajar. Haha, Gak deng. Kami dipanggil karena kami nggak turun tanpa izin, Atikah sama Ula juga dipanggil.

"Blablabla, kalian nggak turun, blablabla, kenapa kalian jadi jarang turun, blablabla, jadi kalian nulis alquran lima lembar ya." Sabda ustadzah Titin.

E gilak ya nulis lima lembar mbok yo dikira tangannya gak pegel apa. Mana kan awalnya di suruh selesai malam itu juga. Gilak gilak. Waktu aku pertama kali di hukum nulis ayat alquran (yang bisa kalian baca ceritanya disini) aja butuh waktu ber jam-jam.

Apa ustadzah pengen kami begadang tidak tidur hanya untuk tulisan yang tidak akan kami baca.

Aku bilang kalau aku bakal nulis kalau ustadzah juga nulis dan ujung-ujung nya malah debat. Aku yang udah kesel dari awal langsung nanya, "Kalau nggak mau nulis gimana?"

Nanya nya pake nada nantang judes sok gak takut padahal aslinya udah keder duluan, hahaha.

"Yaudah kalau nggak mau nulis gak papa tapi nanti urusannya langsung ke orang tua."

Wah, nantang nih ustadzahnya. Honestly, aku nggak mau bawa-bawa orang tua ke dalam masalah yang sebetulnya kecil, namun di sisi lain aku juga nggak mau nulis (kami dipanggilnya pas udah malam mendekati waktu tidur, jadi udah pada lelah). Akhirnya aku milih pillihan kedua, dan yang sepemikiran sama aku cuma Salwa.

Jadi malam itu, Atikah, Jihan, Laras, dan Ula mulai ngelaksanain hukuman dengan perpanjangan waktu 24 jam. Aku dan Salwa sesekali bantu nulis setengah - satu halaman biar cepat selesai.

Hingga cerita ini diturunkan, perkataan "urusannya langsung ke orang tua" tidak ditindak lebih lanjut.

8. Ustadzah Lely

My favorite PeAaaaaaaa. Meskipun tentu saja aku bukan murid favoritnya ustadzah Lely, hehe.

PA paling baik yang pernah aku kenal, tingkat bikin keselnya paling rendah di antara PA-PA yang lain (malah ada PA yang langsung bikin kesel padahal cuma liat wajah nya doang). Aku bersyukur ustadzah Lely jadi PA ku di kelas XII.

Oh, tentu saja (mungkin) ustadzah Lely tidak bersyukur dapat anak bandel bin nakal kayak aku.

PA dibaca Pe-A merupakan singkatan dari Pembina Asrama.

Kelas XII punya dua PA, ustadzah Lely dan ustadzah Titin. Sebagian anak kelas XII berada di bawah tanggung jawab ustadzah Lely, sebagiannya lagi di bawah pengawasan ustadzah Titin. Setiap PA bertugas mengabsen (kehadiran, al-matsurat, dan tahajud) anak asuhannya saat mau selesai halaqoh, membangunkan tiap pagi, menagih setoran, menemani anak yang mau ke dokter, serta membuat surat keterangan sakit jika anak asuhannya tidak masuk sekolah. Setiap anak asrama yang mau izin dianjurkan izin ke PA-nya masing-masing, kalau izin ke ustadzah yang bukan PA-nya takut bakal ada kesalahpahaman.

Ustadzah-ustadzah yang ada di asrama semuanya baik, tapi kalau udah berhubunan sama kata "Asrama" dan kata "Peraturan." LANGSUNG PADA BERUBAH JADI NGESELIN SEMUA.

Terkecuali ustadzah Lely ofc

 #EAK #EAK

Bukan berarti ustadzah Lely nggak pernah nggak bikin kesel, kalau kalian pergi sama ustadzah Lely -ke dokter misalnya- pasti ustadzah bakal nanya banyak selama di ruang tunggu, nanya soal peratura yang dilanggar atau nanya soal teman-teman di asrama, udah kayak di interogasi. Ustadzah tuh orang nya welas asih jadi gak bisa marah. Jarang banget buka pintu kamar tanpa diketuk terlebih dahulu. Ustadzah juga termasuk PA baru makanya semua hal yang berhubungan dengan ketegasan lebih sering ditunjukkan oleh ustadzah Titin.

Yang paling aku suka dari ustadzah Lely, beliau gampang diajak keluar dan gampang dititipin.
Mau aja mampir bentar ke angkringan sehabis dari rumah sakit, mau diajak ke Alfamart juga, hal sepele yang aku gak yakin PA lain mau melakukannya. Pernah juga aku minta tolong ditemenin ambil laundry kan, kami naik motor ke depan gang dan ternyata laundry nya udah tutup, terus ustadzah malah nawarin,"shofwa mau beli minum di angkringan gak?"

Aku kaget dong habis nggak kepikiran sama sekali. Aku keluar juga karena pure mau ngambil laundry yang isinya seragam. Tapi karena ditawarin ya kenapa mesti nolak gitu.

Selalu ada yang nitip beliin minum ke setiap anak yang mau pergi sama ustadzah Lely. Karena es teh dan es jeruk adalah minuman langka ketika hari sudah malam.

Untuk masalah setoran hafalan aku lebih prefer ke ustadzah Titin sih soalnya beliau teliti jadi sering benerin kalau makhraj nya salah.

Denger-denger tahun ini ustadzah Lely mau berhenti jadi PA. Mungkin beliau sudah lelah menghadapi anak-anak yang keras kepala, ekekeke.

9. Sambal Rochma Sari

"Bahwa sesungguhnya di antara warung makan yang ada di gedong kuning, belum ada yang bisa menandingi kelezatan sambal buatan mas-mas Rochma Sari."

Apalagi sambal mentah nya, beuuhh, kalian kudu nyoba!

Mana murah meriah mengerti kantong pelajar pula. Ketika akhir bulan bisa kenyang dengan dua tahu, satu terong, satu sambal, satu piring nasi seharga 5 rebu.
Biasanya dulu kalau lagi hari Senin atau Kamis terus lagi nggak puasa, aku makan siang di Rochma sambil membawa uang 12 rebu untuk ditukarkan dengan ayam, sambal, nasi, dan es jeruk.

Inti dari makan di Rochma terletak pada sambal dan kulit ayamnya.

Enak banget gak boong, sambelnya bikin nagih.

10. The Jungle Room (TJR)

Nama lain dari Kamar Buangan, istilah yang terdengar lebih keren walaupun artinya sama sekali nggak keren.

Kamar Buangan apa atuh, kesannya kayak kami semua di buang di sebuah kamar yang tidak dianggap.

11. Kenapa 23

Niat awalnya malah mau 44, angka empat yang pertama merujuk pada empat anggota kamar dan empat yang kedua merujuk pada empat kepribadian yang berbeda.

Cuma ternyata 44 tuh kebanyakan, makanya aku turunin jadi 23.

Berasal dari gabungan angka 2 dan hasil penjumlahan 1+1+1.

Karena TJR terdiri atas tiga anak pertama dan satu anak kedua.

Bagian ngeselinnya adalah fakta kalau para anak sulung semuanya punya adek cowok. HIH.

12. Nasi gulung aka sushi abal-abal

Kami baru aja dapat oleh-oleh dari Negeri Tirai Bambu berupa beberapa lembar nori. Pertama kali dibuka, aku sama Jihan nyoba cuma dimakan gitu aja tapi kok rasanya aneh amis baunya nggak enak. yaudah kami nggak pernah makan lagi dan cuma disimpan di lemari makanan sampai Salwa menemukan nori tersebut.

Mau bilang Salwa bikin sushi juga rasanya nggak tepat, yang jelas malam itu Salwa naruh nasi dan lauk Asrama di atas nori terus sama dia norinya di gulung.

Lah, kok enak.

"Sumpah, kok kalau diginiin jadi enak. Padahal kalau di gado malah baunya rada amis."

"Yaudah wa, besok di hari pertama kamu nikah suami mu dibuatin sushi aja."



13. Kepala Bagian Menyapu Kamar

Siapa lagi kalau bukan Another Wa alias Faikha Salwa Aneira Ainun.

Orang yang paling rajin membereskan TJR yang sering berantakan, kalau nggak ada Salwa kamarnya bakal jarang diberesin.

Meski aku nggak tau mau nulis apa tapi bagiannya Salwa harus aku panjang-panjangin, biar ndak diomelin.

Salwa tuh paling sebel kalau lagi nyapu terus aku larang-larang dia buat ngebuang barang-barangku. Dia sebel karena barang yang aku larang emang barang-barang yang layak banget buat dibuang, kayak bekas tempat isi pensil, berkali-kali aku ngelarang dia buat buang itu dengan alasan "mungkin suatu saat bakal aku butuhin," eh ujung-ujungnya kemarin bekas tempat pensilnya malah aku buang, wakakaka.

Lagian Salwa tidurnya di lantai yang mengharuskan dia menyapu tiap sebelum tidur atau sebelum tahajud.

Aku paling suka sama Salwa gara-gara ini sih #modus dan setiap Jihan atau aku nyapu kamar pasti bakal disapu ulang sama Salwa karena belum sesuai standar kelayakan kebersihan kamar milik dia.

14. Kepala Bagian Mencuci Piring

Ini mah aku.

Berasal dari titel "shofwa suka nyuciin piring" yang aku dapatkan saat kelas XI, kebiasaan mencuci piring kotornya anak kamar kembali berlanjut. Tapi aku jarang nyuci piringnya Jihan karena dia berinisiatif buat nyuci sendiri, standing applause for Jihan!

15. Jajanan Pasar

"Shof, japas yuk." Ajak Jihan kalau menu sarapan asrama lagi nggak enak. Japas alias Jajanan Pasar adalah istilah yang merujuk pada tempat buat beli makanan basah karena yang dijual emang makanan menu sarapan.

Japas yang paling deket sama Asrama itu japas yang ada di sebelah shelter Trans Jogja. Sekitar jam 6 udah pada jualan dan pilihannya bervariasi, ada kue-kue, nasi goreng, nasi uduk, pepes, jus, susu kedelai, nasi bakar, siomay, gorengan, mie, sate, banyak deh pokoknya. Harganya juga wajar. Favorit ku sama Jihan tuh Onde-onde pukul tujuh. ENAK BANGET GILAK. Salah satu onde-onde paling enak yang pernah aku makan. Dinamakan pukul tujuh karena Onde-onde ini baru bisa dibeli diatas jam tujuh dan cepat habis jadi kudu buru-buru kalau nggak mau kehabisan. Bentuk sama isinya kayak onde-onde biasa, pertama kali beli waktu masih angat jadi krenyes alot gimana gitu pas dimakan, i can't describe the taste, intinya enak, harganya 1.500, mungkin aku agak alay tapi emang enak kok.

Menu favoritku yang lain namanya pepes tahu yang sekarang udah nggak dijual lagi (HUHU). Selain Jihan. kadang-kadang aku juga diajak Idul yang suka beli pecel yang ada di samping japas. Biasanya pecel baru bisa dibeli diatas jam 8 karena penjualnya baru datang jam segitu, harganya suka-suka kita, kalian bisa beli pecel dengan harga dua ribu saja.

Jogja murahnya kebangetan.

Hanya ini kenangan yang tersisa bersama pepes tahu


16. Manusia 40k

Julukan itu muncul sesaat setelah personil TJR pertama kali makan-makan di luar.

Buat seseorang yang sudah membantu tanpa pamrih, sayangnya kami adalah cewek dan yang namanya cewek pasti selalu mempermasalahkan hal yang nggak berguna.

Jadinya julukan tersebut muncul karena kami adalah cewek yang terlalu baik.

more story about this point will be released soon

17. Drama Korea

Yang satu ini merupakan kegemarannya duo Wa. Laras sama Jihan nggak terlalu tertarik nonton drama. Bisa dibilang nonton drama bareng merupakan salah satu kebiasaan yang tidak menghilang sejak zaman kamar E.

"Wa, nonton drama yok. Besok kita nggak bisa nonton bareng lagi lho kalau udah kuliah," ujar Salwa beberapa hari menjelang Akhirussanah.

Tentu aja ucapannya Salwa ada bener nya, bener banget malah. Kelulusan membuat ku kehilangan partner nonton drama, partner yang sering nggak fokus sama subtittle dan malah mengomentari hal lain kayak "orang Korea kalau pakai bedak tebel-tebel ya," "hidungnya nggak manusiawi," "lho ini kan yang main di drama blabla." partner yang selalu ngebandingin drama yang habis dia tonton sama BBF atau City Hunter.

Setelah masa Descendants of The Sun selesai, aku belum nonton drama lagi, rasanya kayak males ngapain wasting time buat drama yang ceritanya biasa aja. Makanya waktu Salwa ngajak nonton, kami sibuk nyari kira-kira drama apa yang belum pernah kami lihat. Drama lama juga nggak papa toh yang penting ceritanya nggak ngilfilin. Nonton ulang drama lama juga nggak papa. Kami berdua nggak masalah sama drama lama. Tapi kalau nonton ulang, hampir dipastikan Salwa bakal milih BBF.

Akhirnya kami memutuskan nonton Healer (2014). Kami berdua sama-sama belum nonton drama tersebut dan kebetulan Kai memiliki folder drama itu padahal seingetku aku nggak pernah ngopy folder Healer dari flashdisk manapun.



Pilihan kami nggak salah karena Healer ceritanya nggak mengecewakan, semi action semi romance. Mana tokoh utamanya kadang cakep, kadang manis, kadang cool, kadang bego, nggak bikin bosen.

"Ini kan ceritanya terinspirasi dari City Hunter dan _ _ _ _"

"Park Min Young tambah putih nggak sih disini? Kayaknya dulu waktu main sama Lee Min Ho belum seputih sekarang."

"Itu mungkin anaknya yang jadi sopir mobil."

"Ayahnya pembunuh?! heh, ayahnya itu pembunuh?!"

Jangan  pernah nyuruh Salwa diem karena dia nggak bakal bisa diem selama nonton. Bawel tiada tara, entah bikin hipotesis tentang jalan cerita, ngasih komentar tentang wajah para tokoh, sampai nanya sendiri kapan ada kiss scene.

"Ini kapan ciumannya, kok udah episode segini tapi belum ada adegan ciuman."

"Palingan juga nanti ada, ditunggu aja. Nggak mungkin kalau nggak ada kiss scene."

Aku nggak terlalu suka sama kiss scene. Aku selalu ngelewatin bagian itu, makanya kalau nonton bareng aku selalu noleh ke arah lain tiap ada kiss scene karena Salwa nggak pernah ngizinin buat ngelewatin bagian tersebut. Aku jauuuh lebih baper sama hug scene. Ya ampun, apa cuma gue yang mikir kalau pelukan lebih terasa so sweet daripada ciuman. Setiap habis liat adegan pelukan tuh sering banget bilang, "waa kapan ya aku kayak gitu," sambil nyender di bahunya Salwa.

Iuh alay dasar baperan.

Daaaaannn, karena Salwa itu fans Lee Min Ho garis keras jadi selalu ada kata BBF atau City Hunter yang keluar dari mulutnya, kadang-kadang juga ngomongin Prince Hour.

Tapi dia juga jadi penggemar Yong Hwa CN BLUE sesaat setelah nonton Heartstring.

"Yong Hwa tuh kalau diem biasa aja, tapi kalau udah senyum atau nunjukin gigi gingsulnya jadi cakep."

Iya aja dah buat kamu waaaaa.

 18. D + A + R + I = G.A.L.A.U
"Karena nggak mungkin manusia tidak pernah menyukai seseorang selama masa hidupnya."
Sebagai anggota #TimJarangBaper, aku sama Jihan harus sabar meladeni celotehan dan curhatannya Laras serta Salwa. Hampir setiap hari loh mereka cerita. Topiknya nggak pernah berubah, selalu tentang dua orang laki-laki yang namanya terpatri di dua hati dan enggan pergi.

Pernah aku sama Jihan membuat ultimatum "kalau Laras/Salwa cerita nggak usah didengerin." gara-gara mereka terlalu sering curhat.

Meskipun topik nya sama, tapi kisah mereka terjadi di dua jalan yang sangat berbeda. Laras dengan sedikit keberuntungannya bisa bercerita tanpa beban dan nggak kenal waktu, bisa mengekspresikan rasa senang dia kalau liat doi, dan bisa stay cool tanpa takut kehilangan. Sedangkan Salwa harus pura-pura judes tiap ada laporan "wa tadi aku lihat fulan lho," dan dia bakal senang kalau kamu mengiyakan pertanyaan "sadar nggak sih aku udah jarang ngomongin fulan?"

#IStandWithSalwa

Aku punya dua pasangan favorit, Duo Han sama LD. Menurut aku pribadi sebagai manusia yang suka memperhatikan banyak hal baik yang berguna atau tidak. Duo Han tuh lucu, gimana ya, habis Han yang cowok suka ngehubungin anak-anak TJR setiap sms atau chatt dia nggak dibales.

"Laras, tau Jihan dimana nggak?"

"Salwa, tolong bilangin Jihan cek BBM."

Sepele sih, cuma aku anggep lucu/?/ karena emang lucu/?/

Kalau pasangan LD, mereka ini contoh dari orang-orang yang nggak mau pacaran namun bertingkah lucu (dari tadi pake kata lucu mulu, ih, dasar, efek minim perbendaharaan kosa kata). Mereka jarang berkomunikasi tapi rukun-rukun aja. Seperti udah ada stempel L di dahi nya D dan begitu pula dengan sebaliknya jadi nggak ada yang menikung meskipun tikungan di SMA IT terkenal tajam.

 19. Sushi Story, Pizza Hut, dan Bong Kopitown

Sebagai pemenang keenam sebuah lomba, aku merasa berkewajiban membagi kebahagiaan dengan anak-anak TJR. Traktiran kala itu mengawali kegemaran TJR buat makan di luar.


Habis dari Sushi Story, anak-anak TJR sering ngajak makan bareng lagi, awalnya cuma sebatas ucapan angin lalu yang akhirnya tersampaikan menjelang hari jadi Laras yang ke-18. Setiap TJR makan-makan pasti waktunya selalu malam. Acara kamar selanjutnya terjadi beberapa hari setelah UN.


Ketika mereka bertiga sibuk main hp, aku pun jepretjepret random karena makanan yang dihidangkan belum tersentuh sama sekali.



Dan Acara makan-makan terakhir baru terjadi beberapa hari lalu dengan tema "makan-makan perpisahan," sebenarnya acara yang ini hampir gagal dan hampir jadi isapan jempol belaka hanya karena waktu yang nggak selalu tepat. Mau hari Sabtu selesai Akhirussanah tapi Laras sama Jihan lagi quality time sama Ibu masing-masing, diganti Ahad malam tapi ternyata Laras pergi nonton sama Ibunya, mau kami samperin tuh ke Amplaz yang banyak pilihan makan tapi Jihan malah lagi jalan-jalan sama orang.

Laras : "Jum'at malam aja ya man temaan."

Tapi Salwa nggak bisa kalau Jum'at malam, jadinya kami ubah ke Senin malam. Eh, hari seninnya

Laras : "Salwa, kalau diganti besok malam aja gimana? Soalnya nanti aku mau makan malam sama ibu ku lagi, heheheh."

Semua ucapan our princess merupakan titah yang tidak bisa ditolak.

Selasa sore aku nganter Jihan ke GOR Amongraga karena dia mau nonton #SAFL dulu. Kami sepakat GOR Amongraga jadi meeting point, makanya selesai ngantar Jihan aku balik ke Asrama buat ngejemput Salwa. Nanti Salwa bakal bareng Idul aka Idah aka Sumayyah yang pengen ikutan makan sedangkan Laras menyusul karena hari itu dia mau melepas Ibu nya yang balik ke Lombok.

Sebuah rencana yang hampir gagal namun terjadi juga, mission accomplished!

Yang bikin senang, kami makan-makan tanggal 10 dan ternyata Bong Kopitown lagi ngadain diskon 50% dari tanggal 9-11. How lucky we are.




20. Truth or Dare part 2 yang terlaknat

Poin ini aku khususkan buat anak kamar ku tersayang. Aku nggak merekomendasikan para readers membaca poin ini.

"Main truth or dare yook." usul Jihan sesaat setelah kami memesan makanan saat makan-makan perpisahan.

Aku langsung natep Jihan pake tatapan, "awas kamu ya kenapa cari perkara sih!" tapi yang ditatap cuma ketawa doang.

"Ayok. AYOK." Salwa yang paling semangat, aku tahu dia semangat kayak gitu karena pengen nanyain aku.

"Nggak usah." Aku nolak.

"Halah, kalau gitu kasih tau siapa orang yang kamu suka."

NAH KAN BENER APA KATA GUE, Salwa pengen main ToD cuma karena pengen tahu hal itu.

Seberapa keras aku menolak, aku tetep aja kalah suara, satu banding empat orang, dengan sisa-sisa perlawanan aku bilang,

"Nanti aja kalau mau main, habis makan. Gara-gara usulan nya Jihan selera makan ku jadi berkurang drastis."

"Bener ya habis makan, awas kamu."

Selama makan pikiran ku nggak tenang, mikir gimana caranya meniadakan ToD, mikir gimana ngasih jawaban seandainya jadi main ToD.

Mau dihindari pakai cara apapun, Salwa bukan cewek yang gampang dikibulin. Tentu saja malam itu kami jadi main ToD.

Ronde pertama yang dapat Jihan, pertanyaan utama : tentang cowok

Ronde kedua yang dapat Idul, pertanyaan utama : tentang cowok

Ronde ketiga yang dapat Salwa, pertanyaan utama : tentang cowok

Ronde keempat yang dapat shofwa, waah, aku tau dari awal salwa nggak sabar nunggu aku dapat giliran. Jihan (lagi-lagi) cuma ketawa.

Salwa : "Naah, sekarang kasih tahu siapa nama orang yang kamu suka."

Shofwa : "Aku milih Dare kok."

Salwa : "Alaah, nggak boleh, dari tadi semuanya pada Truth kok."

Laras : "Kamu milih Dare? Kalau gitu kamu harus kenalan sama semuaa pegawai disini."

Shofwa : "Ha?!"

Salwa : "Iya, kenalan sama semuaa pegawai terus minta foto bareng. Gimana?"

Shofwa : "Kok kalian jahat e, kalian kan tahu aku nggak bisa."

Salwa : "Pilih mana, kenalan sama semua pegawai, minta foto, terus minta nomor telepon juga, atau kamu milih truth."

Shofwa : "Yaa truth lah."

Salwa udah seneng banget aku nyerah secepat itu, dare dari mereka nggak masuk akal.

Shofwa : "Aku mau truth tapi aku gak mau jawab nama orangnya."

 Salwa : (Ngomel) "Nanya apa terus kalau kamu gak mau jawab nama."

Jihan : "Asalnya dari mana?"

Laras : "Ciri-cirinya kayak gimana?"

Shofwa : "Kenapa sih kalian penasaran banget."

Salwa : "Habis aku nggak terima, kak Rex (nama samaran) aja tahu siapa orangnya. Lah aku yang selalu ada buat kamu nggak kamu ngasih tau."

Shofwa : "Kamu udah bilang itu dari dulu, kan kamu tahu alasannya."

Salwa : "Yaudah, dia kelas berapa?"

Shofwa : Seangkatan sama kita, aku nggak brondong yaa.

Laras : "Udah punya cewek?"

Shofwa : Hmm *ngangguk*

Jihan : "Weh, iya po?"

Shofwa : *senyum tanpa makna*

Sampai kami pulang dari makan, permainan ToD tidak membuahkan hasil apa-apa. Saat itu aku bilang bakal bahas dia di blog, dan ini bahasan ku :

Aku belum ngasih tahu kalian karena aku perlu mastiin dulu apa aku beneran suka atau aku cuma suka melihat reaksi penasaran kalian. Buat Salwa, kamu tahu sendiri kan pengakuan terakhir ku yang super memalukan itu, jadi sebelum semuanya jadi jelas, nggak usah penasaran dulu yaa.

21. Salwa's

Soalnya SMA tuh, emm, intinya keren lah, pokoknya yang paling keren, nah dulu tuh aku sempet gak yakin SMA tuh saat paling keren. setelah aku meninggalkan SMA, aku menyadari kalau emang beneran keren. Apalagi yah akhir-akhir ini aku menyadari kalau seragam tuh bikin kita bebas kemana-mana dan keren.

Mau ke Mall, tetep keren, mau les tetep keren, waah Anak SMA. Daripada pake baju bebas, gak bisa bedain mana yang udah nikah, mana yang masih kuliah, mana yang pengangguran.

Waktu aku ke UNY, aku tu bingung, kan aku mau survey untuk tempat ujian. Aku berdiri di depan gedungnya kan bingung mau nanya siapa terus tiba-tiba pintu ruangannya kebuka, banyak orang yang keluar tapi aku nggak tau itu tuh mahasiswa, atau peserta yang mau survey kayak aku, atau panitia, soalnya pada make baju bebas. Ternyata seragam tuh penting banget ya, Seragam SD, SMP, SMA, Panitia. Untung kemarin ada mbak-mbak yang nanyain tujuan aku ke situ, coba kalau nggak, mau tanya ke siapa.

Enaknya sekolah di SMA IT tu apa, kamu tu kalau mau nyari tempat tuh gampang gak perlu pake denah lokasi.

"Lantai 3 gedung lama."

Oh itu yang cat nya paling kusem

"Eee, itu ke tempat misal, ruang TU dimana?"

Oh yang itu depannya pake kaca-kaca. Karena emang cuma satu.

Coba kalau kamu kuliah di UGM, nyari fakultas pertanian ruang 301, "Mampus gak lo nyarinya dimana, udah gak tau fakultas pertanian dimana, ruang 301 dimana pula."


 22. Jihan's

(no input detected) (soon)

23. Pindah

Berpisah, kuliah di tempat yang berbeda, melanjutkan kehidupan masing-masing yang harus dijalani.

Hey personil TJR, aku nggak sadar kalau kita udah nggak bakal ketemu lagi, aku pikir aku masih satu kamar sama Jihan ketika dia pindah ke kost, aku pikir aku masih satu kamar sama Laras ketika dia ribet pindahan barang, aku pikir aku masih satu kamar sama Salwa ketika dia berkali-kali tidur di rumah.

Ternyata pikiran ku salah, aku baru sadar ketika aku ngeberesin kamar seorang diri lalu menemukan kertas-kertas Salwa yang terlupakan, buku-buku Laras yang tak terbawa, dan ranjang kalian yang udah kosong.

"Ah, ternyata sudah pisah."

Nggak ada lagi pemandangan Laras yang sibuk nempelin kertas buat progressnya, Jihan yang main hp sambil tidur, Salwa yang mengerjakan soal di atas kasur.

Nggak ada lagi suara Jihan yang ngelapor, "eh tau nggak kemarin aku habis beli rok. Coba tebak berapa harganya."

Nggak bisa lagi senyum miris waktu Laras ngomong, "Tadi waktu aku makan sebenarnya mau bungkusin buat kalian tapi nggak jadi."

Rasa kehilangan ini cuma sementara, kita sama-sama tahu kalau ini harus terjadi agar kita bisa berkembang. Mungkin esok selama kuliah, kenangan tentang kalian sesekali muncul, mungkin aku bakal menemukan teman-teman baru yang sikapnya membuatku teringat akan kalian.

Astaga, kenapa jiwa puitis receh gue belum hilang-hilang juga.

Terima kasih untuk semuanyaa, sesuai kalimat umum yang udah terkenal sejagad raya, "perpisahan bukan akhir dari segalanya tapi perpisahan adalah awal dari petualangan baru."

Jaga diri kalian baik-baik:)

regards
shofwamn
Gak. Saya gak sedih apalagi nangis karena udah pisah sama teman-teman.

Saya juga sedang tidak mau jadi Shofwa Teguh Golden Ways yang bikin banyak kalimat penyemangat.

Saya bikin tulisan ini cuma gara-gara suka sama judul nya.

(SUKA SAMA JUDUL NYA)

Muehehehehehe.

Dari sekian banyak alasan manusiawi yang bisa di buat, aku malah memakai alasan yang lagi-lagi berhubungan sama perasaan.

SUKA sama judulnya.

SUKA

(( SUKA ))

Yee, baper yee.



Masih kah kau ingat pertama bertemu
Aku masih cupu, engkau masih lugu
Kisah masa lalu, diri ku dan diri mu

Sampai sekarang kalau keinget nilai UN rasa-rasa nya kayak cuma nilai TO yang udah ganti nama. Dan karena nilai yang meskipun abadi namun terkadang nggak berarti buat kehidupan di masa yang akan datang jadi gak perlu lah kita semua membahas tentang nilai yang di dapat.

Aslinya mah gak mau ngasih tau juga karena nilai nya memang nggak patut di banggakan.

/tundukkan kepala/ /nyalakan api/ /bakar nilai UN/ /heningkan cipta/

Nilai mah gak penting, yang penting Lulus.
#ngeles

Kegiatan sekaligus momen terakhir bersama angkatan sudah selesai dilaksanakan, semua pasti tahu kalau Akhirussanah bukan akhir dari perjuangan ini.

(Kata "ini" dalam kalimat diatas merujuk padaa? Hidup.)

Akhirussanah beberapa waktu lalu hanyalah akhir dari "jangan nge-post foto bareng lawan jenis yang seangkatan kalau nggak mau di skors sama sekolah."

 #EH

cr : yuk di
Hingga saat ini, engkau akan pergi
Tinggalkan diri ku, punya teman baru
Aku pun cemburu

Aku pikir, pas Akhirussanah bakal banyak yang nangis atau minimal sedih mellow mewek gak jelas gitu. Ternyata perkiraan ku salah, malah pada kelihatan baik-baik saja.

Kalian seneng ya udah nggak jadi anak SMA lagi? Seneng ya udah jadi alumni?

Aku sih senang-senang saja.

Atau kalian senang karena udah bisa jalan bareng lagi?

Aku juga senang kok.

Menurut poin kesekian dalam Janji Alumni disebutkan bahwa kita harus "tetap menjaga tali silaturrahim antar alumni."

Wah, tidak terasa sekarang sudah jadi alumni, sudah melepas masa-masa belajar menggunakan seragam.

Jadi sekarang kita sudah jarang ketemu lagi ya?

Meskipun begitu toh, aku senang kita berpisah. Akhirnya kita bisa memilih jalan masing-masing, jalan yang berbeda, jalan yang aku harap akan berakhir di titik yang sama.

Bukan kesuksesan.

Tapi SurgaNya:)

Sebenernya aku mau nulis hal-hal bahagia bin menyenangkan yang panjang tapi sekarang aku lagi bete sama hasil seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri jadi yaa mau gimana lagi.

MARI MERACAU.

wkwkwkw.

Ngomong-ngomong, aku bangga personil KLASIK ada yang tembus ke ITB, tapi personil yang ini emang nggak pernah berhenti bikin bangga kelas maupun sekolah sih.

Nuna, nama mu akan selalu disebut di sekolah sebagai orang pertama yang ke ITB melalui jalur SNMPTN, percayalah pada ku nak. Kelak, para adek tingkatan yang tidak kamu kenal pasti penasaran sama kamu.

Dah ah, yuk serius.

Pendek-pendek hug-able kok 


Walau kau lugu, aku tak peduli
Ku pasti rindu, saat engkau pergi
Satu yang perlu kau ingat
Akulah sahabatmu

Sudah sampai sini, siapa yang nyadar kalau judul postingan kali ini merupakan anagram? Itu lah alasan kenapa aku suka. Kalian nggak nyadar ya? hehehe.

Arti "Out in A Drag" secara garis besar  adalah keluar dari suatu masa masa sulit (ujian).

Secara nggak langsung, graduation alias wisuda adalah saat dimana seharusnya kita senang karena bayang-bayang UN yang menghantui selama beberapa bulan udah menghilang.

Tergantikan oleh bayang-bayang PTN.

Jadi, sepertinya rasa senang karena sudah menyelesaikan UN tidak bertahan hingga wisuda tiba. Seneng udah selesai UN mah nggak ada apa-apanya dibandingkan seneng keterima di PTN (ye gak sih).  Di tambah dengan nilai yang tidak mencapai target. Kecuali (mungkin) buat itu tuh, yang kemarin di panggil maju karena dapat nilai tertinggi di lima mapel dan peraih NEM tertinggi yang sertifikatnya sampai berjatuhan gara-gara terlalu banyak, omodetou!

Aku sok tau.

cr : yuk di

Tiada cerita, seindah bersama mu
Kita lewati, suka duka ini
Satu yang perlu kau ingat
Engkaulah sahabatku

Aku sama sekali nggak dapet perasaan "wah ini momen terakhir bareng teman-teman," sama sekali nggak sedih, malahan kayak apa ya, kan masih pada jadi #PejuangSBMPTN2k16 jadi masih bakalan ketemu di tempat les, main-main ke kost, jalan-jalan.

Mungkin memang kebersamaan kita, ikatan yang berisi cerita kita, tidak cukup pantas untuk di tangisi.

Memang tangisan bukan datang untuk membuktikan seberapa kuat ikatan kita.

Kebahagian datang menyingkirkan tangisan, ambisi yang muncul sebelum terjun ke dunia perkampusan.

Kita sudah tidak satu sekolah lagi, tidak berada dalam kelas yang sama, tidak bisa memecah kelas dengan tawa bersama.

Saat ini, hanya tiga kata yang menghubungkan kita.

Alumni Angkatan Sebelas.

Yailahi rabbi, jiwa puitis nggak jelas gue masih ada ternyata.
Satu yang perlu kau ingat
Akulah sahabatmu
Satu yang perlu kau ingat
Engkaulah sahabatku


Terdapat harapan yang tak terucap, dan kita tahu apa itu.


Sampai jumpa di Dunia Baru!
shofwamn
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

Bianglala's Author

Shofwa. Manusia yang lebih senang berbicara dalam pikiran, punya kebiasaan bersikap skeptis terhadap sesuatu yang dianggap tidak masuk akal, jatuh cinta dengan makna nama yang dimiliki: keikhlasan dalam cinta.

My Post

  • ►  2025 (2)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (1)
  • ►  2024 (5)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  April (1)
  • ►  2023 (5)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2022 (1)
    • ►  Agustus (1)
  • ►  2021 (10)
    • ►  November (2)
    • ►  September (5)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (1)
  • ►  2020 (6)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2019 (36)
    • ►  Desember (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Mei (3)
    • ►  Februari (28)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2018 (18)
    • ►  Desember (7)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (2)
  • ►  2017 (41)
    • ►  Desember (2)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (13)
    • ►  Maret (9)
    • ►  Februari (13)
  • ▼  2016 (21)
    • ►  Desember (2)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juni (2)
    • ▼  Mei (3)
      • Bakti Sosial Alumni Angkatan 8
      • 23 Ingatan tentang Kamar Buangan
      • Graduation for Out in A Drag
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (3)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2015 (33)
    • ►  Desember (4)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (5)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (8)
  • ►  2014 (3)
    • ►  Desember (3)
Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright © Bianglala. Designed by OddThemes