Sebatang Cokelat dan Sekotak Susu

Aku baru saja menemani Niswah mengambil snack dan mau naik tangga ketika tiba-tiba di panggil ustad Anand. Beliau menyuruh ku untuk membagikan soal UAS ke teman-teman.

Itu artinya, pelajaran bahasa Indonesia akan diisi dengan pembahasan dan tidak ada materi baru.

YEAY!

Sesaat lupa bahwa UN sudah H- <100

Beberapa saat setelah aku selesai membagi, well, aku tidak membagi semua soal sih karena mayoritas soal-soal tersebut tidak diberi nama oleh pemiliknya jadi tumpukan soal tersebut berakhir di atas meja guru, ustad Anand masuk ke dalam kelas kemudian meminta tolong seorang teman (aku nggak memperhatikan siapa yang dimintai tolong karena aku sedang sibuk menyibukkan diri di bangku) untuk menulis kunci jawaban di papan tulis.

Begitu sadar dari kesibukan, papan tulis sudah penuh dengan kunci jawaban. Aku otomatis mengoreksi jawaban ku.

Alhamdulillah, salahnya nggak nyampe dua digit.

Di bangku belakang, terdengar suara nyaring, "AH AKU UDAH SALAH, NGGAK MAU NGOREKSI LAGI LAH, MALES AKU SALAHNYA UDAH BANYAK."

Padahal, jumlah jawaban dia yang salah juga nggak nyampe dua digit.

Bukan Ula namanya kalau nggak menciptakan sensasi.

Atikah yang pekan ini duduk di samping Ula juga selesai mengoreksi,

Ula : Salah berapa tik?
Tiki : Dua
Ula&Aku : Woooooo
Tiki : Tapi nggak tau deng, ini ada yang aku lingkarin dan aku lupa aku jawab apa
Ula&Aku : (saling memandang) (kemudian menatap tiki bersamaan) Wooooooo
Tiki : Kalian tu kenapa e

Selesai berurusan dengan siapa-salah-berapa, ustad Anand berdiri di depan kelas sambil tangannya memegang tumpukan kertas, intinya kertas tersebut adalah hasil dari kuis tentang EYD hampir dua bulan yang lalu, beliau berkata

"Di angkatan kalian, nilai tertinggi 90,5 tapi bukan di kelas ini. Beberapa anak ada yang mendapat nilai 8,  ada juga yang 7, sisanya do re mi."

Aku nggak tau anak-anak kelas pada dapat nilai berapa, tapi aku curiga mayoritas anak kelas bernilai doremi.

Wkwkwkwkwkwkwk #KetawaJahad

Ke do, re, mi-an KLASIK bukan karena tidak bisa menjawab kuis EYD tersebut. Tanggal 20 November 2015 KLASIK mendapat kuis Bahasa Indonesia soal EYD berjumlah 50 nomor, jadi kami mendapat selembar kertas yang isinya bermacam-macam kalimat kemudian kami diminta menjawab apakah penulisan kalimatnya benar atau salah, sudah sesuai EYD yang berlaku atau belum, tanda bacanya benar atau tidak, dijawab beserta alasannya. Aku yakin jawaban kami sebagian besar benar, HANYA SAJA, aku tekanin ya, HANYA SAJA ALASAN YANG DITULIS HARUS TEPAT DAN RINCI, meskipun alasannya benar namun tidak sesuai tetap saja salah. Kalian paham tidak maksudku?
Aku contohin satu ya

Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, 'Bahasa negara ialah bahasa Indonesia."

Jawaban ku = Salah, seharusnya memakai tanda petik dua (Aku dapat poin 1, karena tanda baca kalimat tersebut memang salah namun alasan yang ku tulis tidak berdasar)

Mungkin jawaban yang benar adalah = Salah, kutipan kalimat dalam undang-undang seharusnya memakai tanda petik dua

GREGET NGGAK SIH!

Bagian pembagian nilai kuis ini skip aja ya, hahahaha

Akhirnya ustad Anand pun membagikan nilai UAS bulan lalu, begitu selesai dibagi ustad berkata

"Di kelas ini ada lima atau enam orang yang nilainya di atas 90. Coba yang nilai nya di atas 90 ngacungin jari."

"....................................."

Tak ada yang mengacungkan jari.

Jujur aja deh, terkadang urusan nilai bisa jadi hal yang sensitif, yang dapat nilai bagus nggak nyaman di puji sama temen sekelas, yang nilainya jelek memilih untuk diam terus geleng kalau di tanya, yang nilainya biasa-biasa saja bersikap biasa-biasa saja. Cuma, syarat bahwa suatu nilai itu bagus atau jelek tidak selalu sama di setiap pelajaran. Nilai 9 koma sekian dianggap biasa saja dalam bahasa Jawa tapi nilai 9 koma sekian bakal dianggap wow dalam pelajaran Fisika.

Iya, Fisika

Pelajaran yang nilai UH-nya selalu menjadi rahasia antara guru dengan yang diatas.

Ustad Anand saat memasuki kelas sudah membawa plastik, kayaknya hal tersebut sudah menjadi rutinitas bagi ustad, yaitu membagikan hadiah kecil bagi anak-anak yang mendapat nilai tertinggi di kelas. Kalau yang sebelumnya plastik tersebut hanya berisi susu kotak Ultra Milk rasa cokelat (dan di pertemuan terakhir sebelum UAS ada tambahan Oreo). Hari ini plastik tersebut berisi beberapa susu kotak dan beberapa batang cokelat.

"Di kelas ini ada beberapa yang dapat nilai 90 ke atas, tapi ada dua orang yang mendapat nilai tertinggi." Sabda ustad Anand

Langsung KLASIK pada nebak siapa yang kira-kira beruntung mendapat hadiah, yah, nama yang jadi prediksi nggak jauh-jauh dari si juara bertahan, Hasna. Anak pindahan saingan juara bertahan, Ainun. Dan anak yang sudah beberapa kali mendapat susu kotak dari ustad, Fida.

Sebelumnya aku udah denger dari anak jurusan sebelah kalau Hasna dapat nilai tertinggi di kelas jadi Hasna udah pasti dapat hadiah, aku masih menebak-nebak siapa anak yang satunya.

"Jadi yang mendapat nilai 93 adalah Hasna Nur Annisa dan Ni'mah Mufidah. Hasna salah dua di pilihan ganda sedangkan Fida cuma salah satu. Ayo kalian maju sini ambil hadiahnya."

Tepuk tangan langsung terdengar di seantero kelas
"Wesehh, mastah."
"Valentine masih lamaa."
"Fida lagi diet, cokelatnya buat aku aja."
"Hasna sama Fida jangan lupa bagi-bagi cokelatnyaa."
"Cokelatnya dibuka dong."
"Ustad, yang 85 keatas nggak dapet hadiah?"
"Hahahahaha."

Setelah keriuhan mereda tanpa ada bungkus cokelat yang dibuka, aku lihat di plastik yang di bawa ustad masih ada isinya. Aku pikir itu untuk anak-anak yang mendapat nilai 90 keatas lainnya.

"Kemarin waktu pelajaran tentang novel, saya belum sempat memberi hadiah." Ujar ustad Anand.

KLASIK diam mendengarkan.

"Dari satu angkatan, saya mengambil dua siswa yang membaca novel paling banyak. Yang pertama dengan jumlah blablabla novel, Shofwa Muhimatunnisa..."

Aku langsung senyum malu-malu sambil mengangguk-angguk kan kepala tanda merendahkan diri tapi dalam hati udah HOREEE AKU DAPAT COKELAT GRATIS!!!!

"... yang kedua dengan jumlah blabla novel, Nuwailah. Ayo ini hadiahnya diambil."

Aku sama Ula langsung berkontak mata sambil senyum nggak jelas kemudian aku maju ke depan kelas, Ula yang mulanya nitip minta diambilin juga langsung maju.

Sebenarnya aku yakin diantara teman-teman (entah dari KLASIK atau dari kelas lain) pasti ada yang sudah membaca novel lebih banyak dari aku atau pun Ula. Tapi saat diminta membuat daftar apa saja novel yang sudah dibaca, mereka pada malas nulis.

Pesan moral : Jangan malas menulis jika ingin cokelat dan susu gratis.

"Kelas ini merata, jarang satu orang berkali-kali mendapat hadiah dari saya. Orangnya selalu ganti-ganti. Bagus." ujar Ustad.

Fakta yang terjadi di lapangan memang demikian, di setiap pembagian hadiah selalu muncul nama baru (meskipun nama lama juga ada) tetapi belum ada satu orang pun anggota KLASIK yang benar-benar menonjol dalam bahasa.

Pelajaran bahasa Indonesia pertama di tahun 2016 dilanjutkan dengan diskusi ringan tentang UN, Akhirissanah, PTN, dan sedikit kisah dari film Miracle in Cell no 7.


yang sedang menunggu draft personil KLASIK part 2
shofwamn

0 komentar