Bianglala

  • Home
  • Kaleidoskop
    • BTN Entertainment
    • 128 Kata
    • 30 Tema Menulis
  • Seri Pengingat
    • #1 Paman Pelukis
    • #2 Memaknai Temu
    • #3 Don't Talk to Me About Muhammad
    • #4 Koreksi Niat
    • #5 Menyesal
    • #6 Salat Tepat Waktu?
  • Sosial Media
    • Instagram
    • Steller

Terdapat pertarungan antara pendaki dengan gunung
dan Gunung selalu menjadi pemenang.

Aku merasa September ini banyak film-film bagus dan menarik yang bisa ditonton di Bioskop, bukan sesuatu yang baik mengingat sekarang aku sudah berada di jenjang akhir dalam kehidupanku sebagai siswa yang berarti menghabiskan waktu untuk menonton sama dengan membuat masa depanku menjadi lebih buram.

Eh, nggak juga sih.

Dalam dua pekan terakhir aku dua kali menonton film di bioskop, mungkin bisa dibilang rekor karena frekuensi aku ke bioskop dari pertama kali sampai sekarang masih bisa dihitung dengan jari. Sebut saja Insidious 2, Gravity, dan Assalamualaikum Beijing. Kalau filmnya nggak bagus, atau nggak ada teman, atau sayang duit, aku lebih suka menunggu seseorang mendownload-nya daripada harus ke Bioskop. Tapi untuk film yang terakhir disebut, aku nonton karena emang diamanahi buat nonton, dan selama Assalamualaikum Beijing diputar aku sama teman-teman cuma ngakak serta beberapa kali ilfeel.

Everest memiliki genre yang jauh berbeda dari Maze Runner : Scorch Trial, kedua film tersebut sama sekali nggak bisa dibandingin. Everest dibuat berdasarkan kisah nyata tahun 1996 sedangkan Maze Runner : Scorch Trial murni diangkat dari trilogi novel fantasi karya James Dashner. Secara pribadi aku lebih suka sama Maze Runner : Scorch Trial dengan jalan cerita yang nggak bikin bosen, penuh konflik, terdapat beberapa adegan lucu, bikin terharu dan mupeng, apalagi pemainnya juga enak dipandang.

Oke, aku memang nggak bikin review soal Maze Runner : Scorch Trial karena masih terbayang-bayang ingin nonton lagi, hahaha. Alasan yang aneh, tapi karena aku nggak membuat review soal filmnya yang pertama (The Maze Runner) dan aku belum tahu apakah akan mereview film ketiga nya (mungkin judulnya Maze Runner : Death Cure) jadi aku akan merasa aneh dan seperti nggak berlaku adil jika membuat postingan tersendiri untuk Maze Runner : Scorch Trial

Sebelum membahas Everest, mungkin aku mau cerita dikit soal Maze Runner : Scorch Trial
Aku bareng Ula dan Laras nonton Maze Runner : Scorch Trial hari Jumat pekan lalu saat Ulangan Tengah Semester masih berlangsung. Keputusan kami bertiga buat nonton bukan karena kami sudah merasa pintar hingga seperti menyepelekan UTS, tapi karena jadwal ulangan untuk hari berikutnya adalah Bahasa Inggris yang berarti kami bisa nonton sambil belajar #alesan
Sejak pertama di putar sampai film selesai, kosa kata yang paling banyak aku denger adalah "Shit" dan "What the hell" apalagi ada satu adegan dimana si tokoh utama mengacungkan jari tengahnya. Ketawa? pastinya dong, tapi terlepas dari semua kata-kata kasar yang pernah terlontar, film ini menyuguhkan ketegangan saat para pemain di serang oleh sekumpulan zombie yang memuntahkan cairan hitam, makan tikus, dan memiliki gaya lari yang superjelek.
Untuk kedua kalinya, aku dipuaskan oleh akting Thomas, Teresa, Newt, dan Minho. Ketawa saat Minho disambar petir, tegang setiap mereka diserang zombie, dan terharu sama hubungan persahabatannya mereka.
Ada dua adegan yang jadi favoritku, yang pertama adalah ketika Thomas mengancam untuk meledakkan bom bunuh diri dan teman-temannya berdiri dibelakang Thomas sambil bilang "kami mendukungmu." Apalagi si Teresa udah mengkhianati kelompok Thomas dan malah mendukung W.C.K.D yang membuat pelarian mereka seperti sia-sia belaka ditambah beberapa anggota Right Arm terbunuh. Apa kubilang, persahabatan antara cowok-cewek nggak akan pernah berhasil!
Sedangkan yang kedua adalah saat W.C.K.D udah pergi, Thomas memutuskan untuk nggak bakal kabur lagi dan malah ingin menyerang W.C.K.D untuk membunuh pemimpinnya serta menyelamatkan Minho yang tertangkap, dan (seingetku) Newt nggak terlalu melarang terus bilang "Apa Rencanamu?" kemudian film pun berakhir, menurutku adegan terakhir terlihat kece soalnya Thomas seperti sudah mulai bertambah dewasa, bukan lagi cowok yang suka plinplan. Btw, ku baru sadar kalau Thomas nggak bilang mau nyelamatin Teresa, haha, padahal di awal film Thomas bela-belain nyari Teresa dulu sebelum kabur.

Back to our topic, 

Everest memberikan ketegangan tersendiri dan selama film sedang berlangsung aku seakan lupa kalau film tersebut pernah terjadi di kehidupan nyata.

Film dimulai dengan adegan saat para pendaki akan menuju Kathmandu, Nepal. Ada tiga orang guide yang terdiri atas Rob (leader), Mike, dan Harris serta delapan klien mereka yaitu Beck, Stuart, Lou, Jon, Yasuko, Frank, John, Doug. Mereka semua merupakan tim dari Adventure Consultant (AC)

Setelah sampai di Kathmandu, mereka melanjutkan perjalanan selama beberapa hari hingga sampai di Kamp Markas atau disebut Everest Base Camp (EBC), mereka menetap sebentar di Kamp Markas untuk latihan fisik, cek kesehatan, etc sebelum melakukan pendakian. Ketegangan pertama di film ini terjadi saat Beck lagi melintasi Icefall kemudian ada sedikit lonsoran salju terus si Beck hampir jatuh tapi gak jatuh karena dia meluk tangga, pas ditolong sama Rob dia agak marah terus bilang

"Aku membayarmu $65000 bukan untuk mati di Icefall!"

Seketika itu pula aku langsung nggak menyukai orang bernama Beck ini, terkesan selfish dan pemarah gimana gitu.

Kemudian di suatu malam, Jon yang merupakan seorang jurnalis bertanya "Kenapa kalian ingin mendaki Everest?"

Langsung pada jawab, "Karena gunung itu disana."

Jon menggeleng sambil bilang, "Itu bukan jawaban." dia noleh ke Yasuko,"Kenapa kamu ingin ke puncak Everest?

"Well, sekarang usiaku 47 tahun dan aku sudah mendaki enam puncak (six of the seven summits). Dengan Everest maka akan lengkap."


Aku langsung jadi penggemarnya Yasuko, sayang Jon tetep menggeleng, "Itu masih bukan jawaban, Doug, mengapa kamu ingin mendaki Everest?"

"Aku punya SD di rumah, dan mereka tau bahwa keinginanku ingin mencapai puncak tertinggi jadi mereka membantuku mengumpulkan uang, dan yah, aku ada disini karena mereka dan jika aku bisa mencapai puncak mungkin mereka akan terinspirasi....."
".....untuk mendaki Everest."

Semua orang yang mendengarnya langsung setuju. Seketika itu pula aku juga jadi penggemarnya Doug.


Tim Adventure Consultant menjadwalkan akan tiba di puncak tanggal 10 Mei 1996, waktu itu sedang musim mendaki hingga jalur pendakian padat makanya Rob memutuskan bekerja sama dengan Scott (leader tim Mountain Madness) karena memiliki jadwal yang sama. Awalnya Sherpa antara dua belah pihak kayak berselisih paham sebentar, tapi akhirnya setuju aja kalau mau kerjasama. Sherpa tuh penduduk lokal yang tugasnya memandu, memasang tali, atau menaruh persedian oksigen di titik-titik tertentu.

Malam sebelum tanggal 10 Mei, Camp IV (7300 mdpl) diserang oleh badai angin tapi saat pukul 00.00 badainya udah reda dan langit bener-bener bersih, puncak Everest pun terlihat dekat sekali.

NOW OR NEVER

Menurut perkiraan cuaca, pukul 2 siang bakal ada badai yang menerjang puncak tapi Rob cuma bilang, "Itu hanya perkiraan, gunung ini memiliki cuacanya sendiri."

Akhirnya, para pendaki yang udah berada di Camp IV memulai pendakian sekitar pukul 01.00 dini hari, selama beberapa jam nggak ada hambatan yang berarti.

Tapi...

Saat berada di Hillary Step

Nggak ada tali yang terpasang

KEMANA PARA SHERPA PERGI!!

Karena di Hillary Step Sherpa yang bertugas memasang tali belum nyampe, beberapa pendaki yang merupakan guide memutuskan untuk memasangnya padahal saat itu udah sekitar pukul sebelas lewat dan memasang tali setidaknya membutuhkan waktu minimal setengah jam. Hillary Step berupa semacam tanjakan agak pendek yang merupakan tanjakan terakhir dan akses menuju kesana hanya jalan kecil yang diapit oleh jurang dan tebing. Setelah menaiki Hillary Step nanti tinggal jalan sedikit lagi sebelum akhirnya sampai di puncak.

Di waktu yang sama tapi tempat yang berbeda, Beck terduduk kelelahan dan menuruti perintah Rob untuk istirahat, awalnya dia memaksakan diri untuk terus lanjut biar sampai puncak tapi efek dari operasi mata dua tahun lampau muncul yang membuat penglihatan Beck mengabur, jadi si Beck duduk aja.

Beck, kenapa kamu nggak turun aja kembali ke Camp, kamu tuh kalau duduk disitu hanya akan ngabisin persediaan oksigen.

Tabung oksigen super penting kalau mau menaklukkan Everest, karena tekanan udara akan rendah yang mengakibatkan susahnya bernafas dengan normal, makanya seperti yang kubilang sebelumnya, para Sherpa bertugas menaruh persediaan oksigen soalnya nggak mungkin pendaki menaiki gunung sambil membawa beberapa tabung oksigen sekaligus.

Kembali ke keadaan Hillary Step, setelah tali terpasang maka pendakian berlanjut. Mereka menuju puncak dengan mulus.


Dan ternyata, puncak tertinggi di dunia adalah tumpukan kain yang terlihat seperti kain bekas nggak beguna. Kira-kira yang numpuk kainnya jadi kayak gitu tuh siapa dan dengan motivasi seperti apa.


Yasuko juga berhasil sampai puncak :D dia nangis sambil nancepin bendera jepang kecil. Rob ngasih ucapan selamat karena Yasuko berhasil menaklukkan Seven Summits terus Yasuko cuma bisa bilang "Arigatou, arigatou."

Mereka cuma sebentar di puncak terus turun lagi, Rob agak lamaan soalnya dia nungguin Doug. Sekitar pukul dua atau tiga lewat (lupa) Doug belum muncul juga akhirnya Rob memutuskan buat turun, mendekati Hillary Step tiba-tiba Doug datang.

"Kamu telat, ini sudah berakhir. Waktunya untuk turun." Rob langsung balikin badan Doug.

"Tidak, puncaknya disitu. Aku pasti bisa."

"Maaf teman, ini sudah berakhir."

"Tidak Rob, aku tidak akan kembali lagi kesini. Ini adalah kesempatan terakhir ku."

Fyi, ekspedisi tahun 1996 merupakan kali ketiga Doug mendaki Everest tapi dia belum pernah sampai puncak karena selalu kehabisan tenaga makanya Rob paham betapa pentingnya keinginan Doug, hal tersebut membuat Rob menemani Doug ke puncak.

Doug berhasil sampai puncak, dia berfoto dengan bendera yang sepertinya dibuat oleh anak-anak.

Sayangnya, ternyata persediaan oksigen yang dibawa Doug habis yang membuat Doug mulai kehilangan kesadaran, disisi lain awan hitam mengepul mulai datang. Dan parahnya lagi, persediaan oksigen di titik puncak selatan habis.

Dengan susah payah Rob menurunkan Doug ke dasar Hillary Step menggunakan tali, begitu mereka berdua sampai di bawah Hillary Step badai pun datang, astaghfirullah, bener-bener deh cuma liat aja udah ngeri. Mereka berdua berusaha menyusuri jalan kecil di Hillary Step, aku nggak tau apa emang Doug pikirannya udah mulai aneh atau gimana tapi dia ngelepas pengamannya dari tali lalu yang terjadi adalah

Doug jatuh ke dalam jurang

Rob juga mulai kehabisan oksigen, dia duduk buat istirahat, lewat radio dia minta dibawakan tabung oksigen. Harris yang ndenger permintaan Rob memutuskan buat naik ke tempat Rob.

Harris sampe di tempat Rob sambil membawa tabung oksigen yang terisi setengah, waktu ditanya "Dimana Doug?" Rob cuma bisa jawab "Doug sudah pergi, dia sudah tiada."

Di tempat lain dalam perjalanan menuju Camp IV, pendaki yang tadi berhasil nyampe puncak udah kelelahan dan kehabisan oksigen juga. Beberapa menjatuhkan diri ke es termasuk Yasuko.

Aku lagsung mikir "Ini kalau Yasuko juga ikutan meninggal maleslah aku sama filmnya, masa yang aku suka semuanya nggak ada yang hidup."

Beberapa menit kemudian, pikiranku berubah jadi kenyataan.

Udahlah bete, semuanya aja meninggal di Everest. Karena badai, tekanan udara tambah turun. Harris yang nolong Rob juga meninggal, esok harinya Rob juga menyusul.

Dari film ini aku membuat beberapa kesimpulan :

  • Kalau Doug nggak memaksakan diri untuk sampai ke puncak (mungkin) mereka bakal selamat.
  • Kurangya persediaan oksigen merupakan salah satu penyebab banyaknya pendaki yang tewas.
  • Kalau Harris memutuskan untuk nggak kembali naik, (mungkin) dia bakal selamat.

Adventure Consultant 1996
(kalau gak salah) yang terlihat lebih berwarna yang meninggal
Ternyata bikin review film tuh susah ya, haha. Banyak adegan yang nggak kuceritakan disini seperti bagaimana Scott tewas, percakapan terakhir Rob dengan istrinya, proses penyelamatan Rob yang gagal, peran Helen sebagai manager Camp AC di Kamp Markas dan lain-lain. Jika kalian penasaran, tonton saja filmnya.

Salam
shofwamn


Kata-kata tidak mengenal waktu, kamu harus mengucapkannya atau menuliskannya dengan menyadari akan keabadiannya.

Aku terdiam cukup lama sebelum menarikan tanganku di atas keyboard. Mencurahkan apa yang ada di otak bukan perkara mudah, kadang di tengah nulis aku mikir "sebenarnya aku mau nulis tentang apa? buat siapa? untuk apa?" Karena ada beberapa buah pikiran diri sendiri yang orang lain tidak tertarik untuk membacanya.

Dan jawaban dari pertanyaanku hanya satu 

DIRI SENDIRI

Terlihat jawaban yang egois ya? Tapi itu benar adanya, aku menulis tentang aku, saat aku memikirkan teman-teman maka aku menulis tentang mereka. Saat aku berkhayal aku memikirkan banyak peristiwa. Sekarang aku menulis karena aku senang menulis, sesimple itu. Aku senang saat membaca ulang tulisanku yang lalu-lalu, seperti mengingat ulang hal-hal yang telah kulupakan. Tak jarang saat membuka folder lama aku berpikir "wah, ternyata aku yang dulu penuh dengan imajinasi," sambil bertanya kenapa sekarang imajinasi yang pernah ada seperti tidak muncul lagi. Saat di satu waktu aku malas, maka aku berpikir "Hei, jangan malas! Jika kamu tidak mencurahkan kenangan hari ini di atas putih. Kamu akan melupakannya dan kamu membiarkan penyesalan datang."

Mencatat kenangan itu penting, kamu nggak bisa mengandalkan otak untuk mengingat segala peristiwa yang kamu lalui. Kalau kamu hanya mengandalkan otak, bagaimana ia bisa menyimpan pikiran tidak penting seperti "Hari ini hujan," "Tadi ulangan pelajaran blabla," "Ketemu sama---"


Untuk saat ini aku memiliki empat file MWord khusus untuk cerita yang isinya random dan kebanyakan gaje. Tiga di antara empat file itu merupakan surat yang nggak akan pernah sampai. 

(Tiba-tiba kakak ku baca ini)
(Kemudian dia nanya Letter for sista itu buat dia atau nggak)
(BOM!)
(Langsung terdiam sambil nyoba bohong)

Sedangkan file Diary, hmm, nggak usahlah aku jelasin juga udah jelas kan. Sebenernya aku bukan tipe orang yang suka punya Diary. Mungkin nama filenya perlu kuubah, geli juga kalau namanya Diary.

Ngomong-ngomong soal Diary, aku ingat Diary (dalam bentuk buku) pertamaku tuh cuma buku biasa yang sampulnya Meriposa. Tapi aku berusaha untuk tidak mengingat apa yang ada dalam si Meriposa, karena aku tahu kalau isinya bakal bikin aku ilfeel dan rasanya pengen belajar bagaimana-cara-agar-amnesia. Apa sih yang bisa diharapkan dari Diary anak ingusan berseragam biru yang baru saja merantau ke pulau seberang?

Bukan kangen rumah, bukan.

Dan karena si Meriposa yang isinya begitu memalukan, aku jadi lebih sering nulis hingga sekarang walaupun isi tulisanku gitu-gitu mulu, nggak berbobot, aneh, nggak berkualitas, nggak ada ilmu yang bisa diambil.

Aku yakin kok, (mudah-mudahan) aku berada di jalan yang benar. Memang aku sedang berada dalam fase menulis untuk kesenangan pribadi, mungkin aku perlu menaiki beberapa tingkat lagi sebelum sampai di fase menulis untuk kesenangan sesama #maksudnyaapa . Aku belum tau apakah aku bakal jadi penulis, i mean, apakah niat untuk menjadi penulis itu ada atau tidak. Kalau mau sombong dikit, aku bisa aja nulis satu novel tanpa waktu lama tapi aku menyadari kalau aku melakukannya maka draft yang aku tulis nggak akan ada bedanya sama buku-buku yang isinya nggak jelas topiknya tentang apa dan gaya bahasanya seperti apa. 

Terus inget tulisan 17 halaman yang baru kelar setelah satu tahun.

Jadi orang tidak boleh sombong. Memang sih pasti ada hal-hal yang meskipun nggak ditulis tapi kita mengingatnya, kayak dulu aku pernah ngirim pesan ke orang isinya, "made in (nama orang)" kemudian dibales, "made by (nama orang) kali." Astaga, udah sok pake inggris, eh, malah salah. Sampai sekarang aku langsung geleng kepala kuat-kuat kalau kenangan itu balik lagi. Tapi dengan adanya kesalahan, aku kadang jadi lebih baik.

Ah, apa karena aku terlalu fokus pada "hal memalukan" makanya aku jadi sering melupakan hal-hal penting.

Aku merumuskan manusia menjadi empat :
1) Orang yang cerewet di dunia nyata tapi pendiam di dunia maya.
2) Orang yang pendiam di dunia nyata tapi cerewet di dunia maya.
3) Orang yang cerewet di dua dunia.
4) Orang yang pendiam di dua dunia.

Lingkungan pertemananku mayoritas merupakan orang-orang yang cerewet in real life mereka, dan aku tidak menyesalinya. Karena itu berarti teman-temanku masih menghargai pertemanan di tengah zaman gadget yang memiliki efek mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat.

Bukan berarti aku termasuk kelompok pertama, mungkin aku lebih condong ke kelompok yang kedua dengan batas-batas yang bisa ditoleransi. Aku lebih suka mendengarkan daripada didengarkan, memang ada saat dimana aku ingin didengar dan jika sudah begitu aku mikir, "emang omonganmu berbobot shof?" seketika itu aku langsung mengurungkan niat untuk berbicara, toh, belum tentu mereka akan mendengarkan omonganku dan aku sayang sama suara aku yang masih terdengar janggal ketika menyebut dua huruf itu. Kelemahan adalah kelebihan seseorang bukan? #PositiveThinkingDipraktekkan

Biasanya hal tersebut hanya terjadi kalau aku sedang berada di kelompok pertama sih. Aku sebenernya menyesuaikan situasi yang ada, aku nggak terlalu tahan sama situasi canggung dan krikkrik, kalau sudah berada dalam situasi seperti itu aku bakal diam sambil mengkhayal banyak hal atau mencoba mencairkan suasana

Yah

Walaupun jatuhnya bakal garing

Back to topic, aku pernah iseng bikin blog sebelum memiliki ini. Penasaran bagaimana keadaannya sekarang, aku nyoba nyari lewat mbah google. Dua kali nyari, akhirnya nemu my first blog yang hanya berisi satu postingan dan langsung melongo



Sabtu, 05 Maret 2011
pengantar
Ass maaf kalau gak ada isi z masih dalam tahap jadi kurang tau.jangan marah yah???insya allah dlm wkt dkt By:orang miskin informasi




ASTAGHFIRRULLAH,

HAHAHAHA.

SIAPA ITU.

TULISAN MACAM APA ITU.

DASAR ALAY!!


2011 berarti aku masih kelas 7, yah, aku nggak tau kenapa gaya tulisanku bisa kayak gitu, belum tahu cara menempatkan tanda baca dan kapital, serta singkatan yang wajar. Jaman saat kata "banget" ditulis "bwngtz," Aku bahkan lupa pernah nyingkat "nya" pake satu huruf terakhir dalam alfabet.

Alhamdulillah sekarang lebih tertata, entah sejak kapan aku ketularan penyakit "tidak bisa menyingkat kata," kalaupun aku menyingkat kata, itu bersifat mendesak dan sewajarnya kayak yg atau nggak diganti ke inggris biar lebih irit kayak atau jadi or, kenapa jadi why, karena jadi  cause, dan lain sebagainya.

Menulis bukan tentang menjadi penulis, bahkan kalaupun kamu adalah komikus kamu pasti akan menulis entah itu jadwal kegiatan, deadline, atau apapun. Masalah pendidikan dimana siswanya belum bisa nulis termasuk masalah yang bikin aku greget, bisa dimaklumi kalau siswa belum bisa membaca tapi belum bisa menulis??! Aku sedih kalau lihat berita seperti itu, belum perlu lah belajar huruf rusia yang kayak sandi rumput, atau huruf ibrani yang (kelihatan) lebih susah dari huruf arab, atau hangeul, katakana, hiragana, tapi cukup alfabet dulu. Hanya 26 huruf, dan kamu bisa mendapatkan serat menyebarkan ilmu yang unlimited. 
Kenapa libur hanya diberikan satu hari tiap pekan.
Padahal banyak tugas dan kegiatan yang mau dilakukan, belum lagi istirahat dari beban hidup.

Well, ketika kalimat pembuka aja udah ngeluh duluan.

Berasa hidup ini hanya berisi kesusahan belaka.

WKWKWKWK

Ahad, 06 September 2015. Seperti beberapa malam sebelumnya, aku tidur larut hanya untuk menulis. Memang bukan kewajiban, lebih ke mood yang selalu nongol tanpa bisa dicegah.
Padahal udah kelas 12, kenapa mood ku sendiri nggak menuruti aku?-__-

Beberapa hari lalu temen ku bilang kalau di UGM ada festival Jepang, aku lumayan suka sama sesuatu yang berhubungan dengan Negeri Sakura tersebut, apalagi aku juga menggemari beberapa manga meskipun bukan Otaku.

Otaku itu seseorang yang menyukai manga/anime kan? #SokTau

Dan saat itu tanggapanku cuma "oh, kayak mangafest gitu ya?"

Aku pernah sekali ke MangaFest yang ternyata (menurutku) biasa aja, padahal aku udah membayangkan MangaFest itu acara yang wah. Tapi lagi-lagi aku dikecewakan oleh kenyataan. 

Bener-bener nggak tertarik sama Festival Jepang yang dikasih tau temenku itu, sama sekali nggak ada niat untuk pergi. Bukan takut dikecewakan, cuma memang aku lagi pengen istirahat di Asrama menghabiskan akhir pekan.

Kemudian entah darimana, aku tau kalau Festival yang dikasih tau temenku itu ternyata JOGJA JAPAN WEEK 2015 #JJW2015

Apa itu #JJW2015? Jogja Japan Week adalah acara dua tahunan yang merupakan salah satu wujud apresiasi masyarakat Yogyakarta terhadap jalinan hubungan kerjasama dengan Jepang yang sudah ada sejak lebih dari dua puluh lima tahun.

Diadakan di Grha Sabha Pramana UGM

Aku langsung excited begitu tahu kalau JJW lokasinya d GSP. Soalnya, kalau acaranya di GSP pasti layak diperhitungkan.

"Keren nih, kayak Festival Anti Korupsi akhir tahun lalu dong. Pergi ah."

Jogja Japan Week diadakan mulai tanggal 3-6 September. Aku datang di hari terakhir soalnya bertepatan juga sama acara anak #MentoringKeren yang mau jalan-jalan menyusuri Fakultas-Fakultas di UGM.

Keluar Asrama jam setengah 9 bareng Azmi, Hilma, sama Inas. Kami nungguin Bis Jalur 4 yang subhanallah, kenapa lama sekali. Sekali lewat, bis nya penuh. Setelah nunggu sekitar satu jam dan hanya satu kali Bis Kota lewat, kami pun naik Taxi.

Mahal memang, tapi kami nggak tega biarin anak #MentoringKeren menunggu kami terlalu lama.

Singkat cerita, ba'da dhuhur #MentoringKeren udah selesai menjelajahi (beberapa fakultas) UGM. Kami langsung jalan ke Grha sabha Pramana, sebenarnya Hilma mau langsung pulang tapi karena nggak ada temen, yaudah, dia terpaksa ikut ke JJW.

Mendekati GSP, aku melihat kalau pintu masuknya JJW ternyata ada di salah satu ruas jalan menuju GSP.



Seketika itu pula aku mulai merasakan kekecewaan (lagi) dan ngomong 

"Festivalnya bukan di gedungnya toh? yah, tau gini mending pulang aja."

Tapi kami tetep masuk karena desakan tenggorokan yang meminta hak nya untuk di isi air. Kehausan level tinggi. Jadi niat kami masuk hanya untuk membeli minum, eh, nggak taunya pas udah belok kanan.

Ternyata Jogja Japan Week nya juga diadakan di area dalam gedung Grha Sabha Pramana.

Alhamdulillah nggak jadi kecewa, meskipun bukan di gedung utama kayak Festival Anti Korupsi tapi lumayan lah ya.

Pintu Masuk
Begitu masuk, terdapat banyak stand yang dapat dikunjungi. Aku beli gantungan kunci dari daun dan bunga.
Di dalam gedung terdapat area Haru (musim semi) sama Fuyu (musim dingin). Aku nggak memperhatikan apa ada area untuk Aki (musim gugur) dan Natsu (musim panas).

Yang namanya Jepang, pasti identik sama cosplay (berpenampilan seperti salah satu tokoh komik). Sejauh mata memandang, aku ngelihat banyak cosplayer berseliweran. Lagi pula memang hari ini ada lomba cosplay. Tapi, sebagai orang yang udah lama nggak update Anime, cosplayer yang aku tau cuma dari tokoh One Piece dan Naruto.

Plus Vocaloid bernama Hatsune Miku.

Foto sama Miku 

Oh ya, aku ketemu sama Dila, Niswah, Azka.
Mereka bertiga jauh lebih suka Jepang daripada aku.

Karena memang aku nggak tau orang-orang pada nge cosplay siapa, kami nyari cosplayer yang (bisa dikatakan) nggak berpenampilan aneh.

Kakaknya cantik ya?
Selama mengitari area Joga Japan Week, aku tiga kali ketemu Luffy. Walaupun papasan lebih dari sekali, aku nggak foto sama tokoh favorit ku itu.

Pertamakali lihat, aku ngempet ketawa karena si Luffy ini tingginya nggak sama seperti yang asli. #NggakSadarDiri #KayakPunyaBadanTinggiAja

Keduakali, nggak berani minta foto. Padahal aku yakin orangnya baik.

Ketigakali, aku lagi kepisah sama si empunya kamera jadi percuma aja minta foto. Siapa yang mau fotoin?

Di total dari pagi, kaki ku udah berjalan sekitar lima jam. Capek, Lelah, Penat. Tapi seneng juga meskipung nggak banyak foto bareng cosplayer. Nggak nyesel udah bela-belain datang ke Jogja Japan Week!
Cakepan Sasuke yang asli, hehe
Beberapa tahun dari sekarang mungkin aku nggak bakal ingat semua nama dan wajah personil KLASIK. Buktinya, ingatanku tentang teman sekelas semasa SD sudah sedemikian memudar.

Bentar coba aku ingat-ingat dulu, ada 36 orang, yang terdiri atas :

18 cewek : Ati, Nisa, Febi, Sela, Wiwin, Wiska, Vena, Bela, Nadia, Mila, Ika, Adelia, lupa.
18 cowok : Ryan, Harun, Munawir, Yahya, Boby, Iqbal, Dodi, Sofyan, Ade, Kristo Latupapua, lupa.

See? Aku cuma bisa mengingat sedikit. Beberapa wajah masih terlihat samar namun nama mereka seperti menghilang dari otak.

Makanya aku nggak mau ingatanku bareng KLASIK malah bernasib sama dengan ingatan masa SD ku.

Kalau sebelumnya aku mendeskripsikan personil kamar E (baca disini) sekarang aku akan mendeskripsikan personil KLASIK.

Yang jumlahnya 34 orang

Padahal personil kamar E yang cuma enam orang aja terbagi menjadi dua part

Kalau ada 34 orang

Aku harus nulis berapa part?

#mukalelah #lelahtapisenang


Ide ini aku dapat dari calon Penguasa Dunia, soalnya aku bukan tipe orang yang mudah menilai seseorang.

Kan tiap orang berubah setiap hari.

Jadi, post edisi #SifatAnakKlasik merupakan kolaborasi antara aku dengan salah satu personil KLASIK. Dia yang namanya-masih-dirahasiakan bertanggung jawab untuk menulis sifat tiap personil. Dan karena pikiran manusia tidak selalu sama, aku mencoba untuk membantu dengan menambahkan deskripsi menggunakan font yang berbeda.

INGAT : font ini untuk deskripsi yang dia tulis, sedangkan yang aku tulis bakal di bold.

Langsung aja yaa, dari absen pertama


Ainun Nahdhia Azhari (AINUN) 
Putih, tinggi, cantik, pinter, hafalan qur’annya banyak, bisa dihampir semua pelajaran (IPA, IPS, Bahasa, OR, Seni), jago Bahasa Inggris. Pokoknya hampir perfect! Tapi Ainun itu pendiem, iya, diam-diam menghanyutkan. Dia punya cara sendiri untuk menyelesaikan sebuah permasalahan, apalagi di Matematika -__- Oiya doi juga pinter merajut, dia udah pernah bikin selimut sendiri dengan rajutan penuh cintanya. Doakan ya biar cewek kelahiran 2 september ini tembus Astronomi ITB!^^

Dan Ainun susah sekali dimintai foto-_- entah karena nggak mau atau nggak suka. Oh ya, terkadang kalau ada anak yang minta diajarin sebuah soal ke Ainun, kadang Ainun bilang gak tau dan bilang kalau dia jawab ngasal. Ngasal tapi bener-_- mata batinnya mah emang beda.

Education goal : Astronomi, Fisika

‘Aisy Rufaedah (FIDA AISY)
           Si bendahara kelas yang hafalan qurannya banyak dan bacaannya bagus. Kadang bikin iri soalnya kalau ngafalin quran terlihat mudah. Kalau kata aku sih, mukanya istriable banget :3 Fida ini punya rasa ingin tahu yang sangat besar, sampai kadang bingung kalau ditanyain .__. katanya mau ke Turkey, doakeun yaps :3

Suka kalau liat Fida ketawa lepas, khas gimana gitu. Dia juga baik, kalimat favorit ku yang dari dia, "Aku mau aja ngajarin asal kamu mau diajar." Guru tahsin pribadi:)

Education goal : Pertanian

Alifah Ashil Salsabila (ALSA)
          Salah satu moodbooster KLASIK dan merupakan wakil ketua kelas yang extra somvlak. Alsa sangat tertarik dengan topik, “bagaimana cara mengecilkan perut,” “bagaimana cara mengecilkan paha,” dan lain sebagainya. Kepribadiannya yang bodo amat pas banget sama tingkah lakunya yang nggak jarang bikin ngakak. Tapi over all good, dia juga salah satu perwakilan KLASIK untuk menjadi panitia angkatan.

Mungkin kelas bakalan sepi tanpa kehadiran Alsa. Kadang aura kepemimpinannya sebagai wakil ketua terasa tapi kadang juga menghilang/?/

Education goal : Kedokteran


Amalia Suci Ramadhani (CICI)
        Cici ini bendahara selain Fida Aisy. Punya sepupu juga di SMA IT tapi anak ikhwan. Cici merupakan otaku, sedikit mengerti dunia per-kpop-an dan pecinta cowok berkacamata garis keras. Dia ini diam-diam menusuk, bukan menghanyutkan lagi. Selera humornya juga sangat receh wkwk. Seperti Fida Aisy, rasa ingin tahunya juga mayan besar. Tapi karena suaranya yang kecil, tiap dia mau nanya pas pelajaran pasti ada aja yang ngimbuhi, “USTADZAH CICI MAU NANYA.” Keseringan sih Fatchiya dan Alsa yang teriak gitu

Cewek yang punya darah sulawesi dan tidak suka memakai kacamata. Ada logat khas yang tersembunyi dibalik setiap ucapannya /?/ Kalau ngomong juga suka ketawa yang khas. Kalian harus denger sendiri. Cici orangnya suka berterus terang apa adanya tak ada yang di tutupi.

Education goal : Kedokteran

Annisa Nur Hayati (NUHA)
           Buat yang belum tahu, nama ‘nuha’ itu Ula yang bikin (dasar songong kau). Soalnya waktu kelas 7 dulu banyak banget yan namanya Nisa. Balik lagi ke topik, Nuha ini mayan pinter Kimia, terkadang aku heran sama dia kenapa bisa sesuka itu dengan Kimia yang di mataku tampak bullshit hhh-___- Nuha mayan alim, kaos kakinya panjang, pake deker, kerudungnya gede dan bukan tipe pembolos banget (lirik shofwa) (Ula nggak nyadar diri) (bodo amat)

Setelah absen kelima, sosok asli dia yang-namanya-dirahasiakan terbongkar juga. Iya, aku bikin tulisan ini bareng Ula.
Nuha adalah satu dari sekian anak yang setia bersekolah di Yayasan MULIA. Pernah belajar wingchun dan merupakan ketua CAB. Nuha itu, hmm, gitu deh pokoknya. Dia termasuk kaum minoritas di kelas yang suka nanya pas pelajaran Kimia berlangsung ketika kaum mayoritas hanya ngangguk-ngangguk sok ngerti.

Education Goal : Kedokteran
Asa Ahsana (ASA)
               Murid baru di kelas 12 ini pindahan dari SMAN 5 YK. Alasan dia pindah sih katanya tiap ditanya, “mau memperdalam islam” dan lebih dari setengah anak kelas ngempet ketawa. Asa klop banget sama Alsa soalnya nama mereka cuma beda huruf “L” doang (?) hehe. Pokoknya mereka kayak substrat dan enzim dah. Oiya, Asa ini anak baru tapi kayak udah di SMA IT sejak awal, kayak bukan anak baru wkwk.

Penampilan Asa waktu ngomong di depan kelas untuk pelajaran Bahasa bikin ketawa namun sarat makna #asekk. Mayan kaget sih pas tau ada anak pindahan di kelas 12. Kadang Asa gampang ditipu hehe, Asa juga nggak segan buat muji anak kelas. Kayaknya tiap hari pasti ada ahja yang dipuji sama dia.

Education goal : Psikologi

Asiah Nur Aini (ASIAH)
               Si cewek dari Pulau Berau yang cantik anet :’) Badannya ideal banget jadi iri huhu. Asiah ini suka banget sama warna biru. Sprei, selimut, dan sebagian besar barangnya berwarna biru. Dia suka sama makanan pedas dan (menurut penglihatan author) suka mengoleksi jam. Awalnya kelihatan pendiem, tapi kalau udah kenal asik+cerewet gewla. Dua juga tipe yang suka cerita-cerita ke temen :D

Nggak pernah satu kamar sama Asiah, hehe. Cewek yang namanya kayak istri Firaun ini sering menampilkan ekspresi sesuai dengan suasana hatinya. Kalau udah deket sama Asiah, anaknya lumayan humoris kelompok pemilik selera humor receh sih #soktau

Education goal : Psikologi


BERSAMBUNG KE PERSONIL KLASIK (PART 2)

p.s : big thanks to titiw's camdig.
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

Bianglala's Author

Shofwa. Manusia yang lebih senang berbicara dalam pikiran, punya kebiasaan bersikap skeptis terhadap sesuatu yang dianggap tidak masuk akal, jatuh cinta dengan makna nama yang dimiliki: keikhlasan dalam cinta.

My Post

  • ►  2025 (2)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (1)
  • ►  2024 (5)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  April (1)
  • ►  2023 (5)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2022 (1)
    • ►  Agustus (1)
  • ►  2021 (10)
    • ►  November (2)
    • ►  September (5)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (1)
  • ►  2020 (6)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2019 (36)
    • ►  Desember (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Mei (3)
    • ►  Februari (28)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2018 (18)
    • ►  Desember (7)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (2)
  • ►  2017 (41)
    • ►  Desember (2)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (13)
    • ►  Maret (9)
    • ►  Februari (13)
  • ►  2016 (21)
    • ►  Desember (2)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (3)
    • ►  Januari (1)
  • ▼  2015 (33)
    • ►  Desember (4)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (1)
    • ▼  September (4)
      • EVEREST : Now or Never (review film)
      • Menulis
      • Melelahkan Kaki di Jogja Japan Week
      • Personil KLASIK [part 1]
    • ►  Agustus (5)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (8)
  • ►  2014 (3)
    • ►  Desember (3)
Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright © Bianglala. Designed by OddThemes