Bianglala

  • Home
  • Kaleidoskop
    • BTN Entertainment
    • 128 Kata
    • 30 Tema Menulis
  • Seri Pengingat
    • #1 Paman Pelukis
    • #2 Memaknai Temu
    • #3 Don't Talk to Me About Muhammad
    • #4 Koreksi Niat
    • #5 Menyesal
    • #6 Salat Tepat Waktu?
  • Sosial Media
    • Instagram
    • Steller
Ada waktu dimana terkadang aku iri sama cowok. Misalnya kalau mau jalan-jalan, pakaian cowok kan simple banget. Tinggal pake jeans dipadu kemeja aja udah cakep. Beda sama cewek yang kalau mau pergi aja suka rusuh nentuin pake baju apa, rok warna apa, kerudungnya gimana, kaos kaki nya ada atau nggak. Belum lagi kalau ditambah bawa tas, ujung-ujungnya sibuk sendiri dan paling perlu sekitar 15-30 menit sebelum benar-benar siap buat pergi.

Bikin sebel juga kalau mau pulang kampung, bawa koper yang beratnya sama kayak kapasitas bagasi tapi bajunya cuma berapa stel. Yakali satu stel aja udah baju+kerudung+rok+celana lapis. Terus tambahan ciput, kaos kaki, deker, manset, halah ribet MasyaAdalah pacarnya om Eja.

Memang sudah kodratnya kali ya. Karena cewek memiliki sembilan nafsu dan satu akal jadi secara nggak langsung bikin cewek lebih memperhatikan penampilan daripada cowok yang punya sembilan akal dan satu nafsu. Biar dibilang cantik, anggun, lucu, modis, nggak jemuran, dan lain lain.

Yah, selain memperhatikan penampilan serta hobi ngobrol hal nggak penting. Cewek juga punya kegiatan membuang-buang waktu misalnya membuat foto-foto dengan pose yang kebanyakan nggak jelas.

Bentar,





INI KENAPA KESANNYA GUE NGERENDAHIN CEWEK SIH?!
#yha #gak #sadar #diri



Maafkan diri ini yang hanya sebutir pasir dibanding luasnya angkasa raya.

Tapi menurutku cewek memang makhluk rempong sih. Udah, akuin ajalah. Aku gak punya saudara cowok jadinya aku tak tahu kabar yang berembus bahwa cowok itu simple udah sesuai dengan fakta ataukah hanya kabar burung semata.

Waktu Pemotretan dua pekan lalu, begitu kita (KLASIK-red) turun dari mobil yang mengantar kita hingga sampai di Gumuk Pasir para panitia langsung menggelar tikar. Jadi di deket Gumuk ada kayak semacam kios yang menyediakan aneka makanan-minuman, persewaan tikar, persewaan papan luncur, serta ruang ganti untuk pemotretan model/pre wedd. Aku baru tau Gumuk suka dibuat spot pemotretan kayak gitu, sekilas aku lihat ruang ganti yang disediakan terlihat sangat, umm, tidak memadai? Lagipula kita juga nggak perlu ruang ganti.

Awalnya semua personil masih ngadem di semacam teras kios tersebut, ternyata mas-mas fotografernya udah nyampe duluan. Mungkin udah nunggu lama soalnya janjian mulainya jam 9 sedangkan kita nyampenya jam 11 makanya kelompok 1 langsung disuruh siap-siap untuk difoto.

Yearbook kali ini, KLASIK dibagi jadi 7 kelompok yang adegan dari kelompok satu hingga tujuh membentuk sebuah cerita.

[Klik untuk baca cerita tema yearbook KLASIK di part 1]

Kebetulan aku dapet kelompok empat jadi masih bisa jalan-jalan dulu menjelajahi gumuk sembari menunggu waktu pemotretan. Aku, Ula, sama Maya langsung nyari pohon buat dijadiin spot foto karena ceritanya kita lagi istirahat makan siang di tengah-tengah pencarian harta. Kelompok empat terdiri atas Maya, Sasa, Shofwa, dan Ula. Di luasnya Gumuk, kita cuma liat satu pohon dan jaraknya sekitar 150 meter dari tempat peristirahatan KLASIK, yaudah kita kesana sekalian ngecek bagus nggak buat dijadiin tempat foto. Perjalanan ke pohon tuh rasanya luarbiasa sekali, pasir-pasirnya beneran bersuhu diatas 50 derajat atau berapa aku nggak ngerti lagi dah, kalau panasnya dari atas mah aku masih bisa nahan tapi kalau panas dari bawah terus kena kaki, ampun, kayak habis naruh kaki diatas bara api. Yang jelas, aku lebih membutuhkan pinjaman sepatu daripada pinjaman payung.


"Kita fotonya disini aja." Kata Ula
"Boleh lah. Nanti tinggal bawa makanan kesini." Kata ku
"Ayo selfie dulu." Kata Maya

Aku nggak tau jenis pohonnya, yang jelas Kingdom Plantae, tapi Divisi, Kelas, Ordo, Familia, Genus, sama Species apa aku pun tak tahu. Bentukannya mirip pohon kelapa, apa emang kelapa ya. Seingetku gak ada buah kelapanya, coba kalian lihat foto di atas ada sedikit penampakan si pohon. Di sebelah atas payung pink, kelihatan kan? Nah, simpulin sendiri itu pohon apa.

Kita cuma sebentar di pohon itu, terus balik lagi ke tempat peristirahatan. Lagi-lagi kakiku kepanasan gegara ulah para pasir yang tak berperiperasaan, pengen lari cuma tahu lah ya lari di atas pasir tuh bikin banyak banget tenaga terbuang apalagi kalau misalnya jatuh terus pasirnya nempel di baju dan susah dihilangin. Huh, pasir kekurangan kasih sayang.

Di tempat peristirahatan, banyak anak yang sedang mengipasi dirinya sendiri. Oh ya, kalian belum tau kan kalau KLASIK termasuk kelas yang memiliki banyak kipas, hampir separuh personil selalu membawa kipas ke sekolah. Dan setauku cuma ada satu kipas yang memiliki nama, nama kipasnya Bowny (mbuh tulisannya bener kaga) bentuknya persegi berwarna kuning, memiliki mata dan pipinya berwarna merah, sekilas mirip spongebob tapi kata temen-temen Bowny ini kayak mendoan. Pemiliknya bernama Farras.

Aku ikutan duduk buat memanjakan kakiku yang sehabis terkena pasir panas, kelompok satu belum selesai juga dan aku kelaperan. Kuputuskan buat makan siang dulu pake fried chicken yang udah dipesen beberapa hari sebelumnya, temen-temen yang kelaperan juga ikutan makan soalnya emang udah waktunya lambung diisi makanan, kalau nunggu pemotretan dulu baru makan bisa-bisa maagnya kambuh malah berabe. Beberapa juga ada yang, apa istilahnya buat orang yang lagi dandan, make-up wajah? Seperti itulah, di tengah tikar udah ada satu tas kecil yang isinya alat-alat make up yang aku nggak tau namanya apa aja. Alat yang jadi populer dan banyak dipakai adalah eyeliner. Terus 'Aisy yang emang dari lahir udah baik membantu memakaian eyeliner di mata para cewek-cewek pejuang UN 2016.

" Aku mau dong dipakein."
" 'Aisy, aku habis dia ya."
" 'Aisy, aku mau."

'Aisy, gimana kabar AlQamar kuu T.T

Aku cuma liatin 'Aisy megang mata temen yang merem terus sret...sret...nyapuin eyeliner di ujung kelopak mata. Dalam hati mau juga tuh dipakein, kayaknya bikin tambah kece dan bikin tambah ke-arab-an. Cuma tiba-tiba mikir, gimana kalau besok yearbook ku dilihat sama anak sendiri

Me : Ini nih dek, bunda dulu kayak gini, (nunjuk foto)
Dedek : Lho, bunda make apa di mata?
Me : make eyeliner, cantik kan bunda?
Dedek : Jelek, masih sekolah kok make eyeliner. Bunda sok cantik.

HAHAHAHAHA, ASTAGFIRULLAH. ANAK SIAPA. KAYAK AYAHNYA DEH.

Udah ditawarin 'Aisy buat dipakein tapi ujung-ujungnya tetep nggak make. Aku emang rada takut make begituan (APAAN, CUMA EYELINER DOANG!), habisnya wajah ku sama pemiliknya suka gak diurus, ke sekolah make bedak aja gak pernah. Lagipula mau foto yearbook tapi malah mukanya ditambahin macam-macam malah nanti nggak kelihatan natural di kemudian hari #alesangakmutu

Aku cukup puas dengan cuma ngeliatin temen-temen yang menjadi cantik di hari itu.

Sehabis makan dan menunggu, akhirnya kelompok tiga dapet giliran pemotretan. Aku sama Maya memutuskan buat kembali ke pohon sambil bawa tas berisi makanan, Ula dan Sasa bakal nyusul sambil bawa properti untuk mendukung pemotretan. Berangkatlah aku dengan keteguhan hati untuk merasakan pasir panas lagi, kira-kira 50 meter sebelum sampai pohon langkahku terhenti tiba-tiba begitu melihat penampakan di bawah pohon

Aku tertegun.

Maya ikut menghentikan langkah.

Tanpa kusadari, tas meluncur ke bawah dari bahu.

Tak kurasakan lagi pasir yang sepertinya sudah mengalami penurunan suhu.

Dengan sedikit keras aku pun berkata,


NGAPAIN MEREKA ADA DISANA??!!
Hari ini Pemotretan
.
.
.
.
Ah, lebih tepatnya hari itu, hampir dua pekan lalu, Minggu tanggal satu November.

Pemotretan adalah hal yang langsung aku ingat begitu membuka mata di pagi hari, kamar sudah terang akibat sinar matahari yang masuk dari jendela dan itu yang membuatku yakin kalau jarum jam tidak lagi menunjukkan pukul lima pagi. Aku bukan orang yang konsisten setiap hari harus bangun jam segini terus langsung beraktivitas ngelakuin banyak hal, nggak, jadwal bangunku tidak pernah sama. Alih-alih langsung mandi setelah qiyamul lail seperti teman-teman yang lain, aku lebih suka tidur lagi buat nunggu adzan subuh, kalau masih ngantuk aku bakal kembali ke kasur setelah halaqoh pagi kemudian baru bangun jam enam untuk siap-siap ke sekolah. jika libur, tak jarang aku begadang lalu paginya akan terlelap hingga bangun di tengah-tengah waktu dhuha.

Yah, aku sepemalas itu.

Makanya, walaupun aku ada pemotretan tidak otomatis membuatku lebih rajin untuk bangun pagi. Excited sih iya, meski nggak se-alay temen kamarku yang heboh karena ini pemotretan pertamanya. Dan pemotretan pertamaku juga. Waktu aku bangun di hari itu, aku menatap kosong langit-langit kamar buat ngumpulin nyawa yang berceceran akibat tidur di lantai.

“Jam berapa Jih?”

“Udah mau jam tujuh.”

Aku masih tetap berbaring setelah tahu jam berapa aku terbangun sambil mikir apa yang harus dilakukan pertama kali.

“Aku punya waktu dua jam.”
“Sarapan dulu, udah laper.”
“Jangan shof, mandi terus sarapan.”
“Oh, aku belum nyuci baju seragam.
“Hmm, baju buat nanti belum di setrika.”
“Sarapan pagi ini apa ya.”
“Apa aku laundry aja.”
“Laundry mahal, ntar sore deh nyucinya.”
“Kalau nanti sore males gimana?”
“Nyuci dikit dulu aja deh.”

Nyuci baju juga rutinitas yang mau nggak mau harus dilakukan minimal sepekan sekali, sebagai anak Asrama yang menjunjung tinggi semboyan Pelit Pangkal Kaya Raya membuatku ngerasa laundry merupakan hal yang bikin uang terbuang secara percuma.

#EA
Udah insap.

Minggu hari itu, seperti minggu-minggu yang sebelumnya. Aku mandi seperti yang biasa kulakukan tiap hari sambil nyuci baju terus ke jemuran pakaian sekalian ngambilin baju yang udah kering lalu balik ke kamar. Terlihat tidak akan ada apa-apa di hari itu, tidak ada yang istimewa, semuanya normal sampai-sampai aku mikir kalau anak Asrama pada gak peduli apakah hari itu pemotretannya jadi dilakukan atau nggak. Akhirnya aku ikutan santai, habis dari jemuran aku ngambil sarapan lalu nyalain laptop buat nonton drama Falling For Challenge yang baru kutonton satu episode. Aku inget jam udah berada hampir diangka delapan dan aku tetep leha-leha sarapan sembari menikmati wajah Xiumin. Well, bukan menikmati tapi berusaha tetap menonton soalnya aku agak aneh sama perannya dia yang jadi Badut. Kenapa wajahnya dia yang perpaduan cakep-unyu-polos harus tertutupi dengan lapisan bedak putih. Mungkin aku ketularan phobianya Mpret (tokoh dalam novel Petir-nya Dee).

Baru juga kelarin episode dua (durasinya sekitar 14 menit per episode) aku denger rusuh-rusuh dari arah belakang,

"HEIIII, Kamar A siapa?"
"Ada yang make punya Ustadzah nggak?"
"Yang lagi di dalam mandinya cepet dong!!"
"Kamar yang nyetrika kamar apa?"

Teriakan-teriakan tersebut kayak bikin satu Asrama sadar (apa cuma aku doang) kalau ada pemotretan yang harus dijalani.

((PEMOTRETAN))

Njir, sok high class kali kau.

Tapi tetep aja, meskipun udah denger berbagai macam teriakan dan ada beberapa temen yang mampir ke kamar dengan pakaian untuk pemotretan. Aku nggak melakukan gerak apa-apa selain mata fokus ke layar laptop, HAHA. Kayak lupa kalau baju belum disetrika, lupa kalau gak bisa make kerudung, lupa kalau gimana kalau misalnya bajunya nggak pas meanwhile aku belum sempet nyoba di hari sebelumnya.

Akhirnya setelah episode tiga selesai, aku beranjak juga ngambil pakaian di lemari. Agak-agak berat hati becoz aku adalah orang yang nggak suka nunda-nunda nyelesein drama, apalagi Falling for Challenge yang kupunya baru sampe episode empat. Aku nyetrika di kamar sebelah dan melihat bahwa hampir semua anak Asrama sudah berganti baju, langsung aja perasaan terburu-buru menghampiri diriku yang dengan sabar menggosok kerudung baru yang baru dibeli dan belum di cuci #dasarjorok #halah #KayakKamuGakPernahAja

Rencananya KLASIK bakal melakukan pemotretan yearbook di gumuk pasir-nya Pantai Depok. Berhubung jaraknya jauh dan bakalan capek kalau naik motor (ya lo bayangin aja, udah cantik-cantik pake kerudung terus naik motor kena angin berembus bisa kacaulah dunia). Kita, KLASIK maksudnya, bersepakat buat naik mobil. Beberapa hari sebelumnya udah dirembukin dan kita bakal pakai mobilnya Fatchiya, Farras, sama Asa terus Ainun nyediain Elf. Dihitung-itung, satu mobil bisa muat 7 orang dan Elf berkapasitas 12 orang jadi totalnya 33, cukup buat personil KLASIH yang 34 orang (Sasa berangkat sendiri sama keluarganya sekalian bawa persediaan makan siang).

Titik kumpul di Masjid samping sekolah jam 9 pagi, aku yang baru selesai nyetrika langsung ke kamar mandi buat ganti baju. Kayaknya waktu itu cuma aku yang belum ganti baju, anak-anak IPS udah siap berangkat ke tempat pemotretannya mereka. Setelah ganti baju, aku balik lagi ke kamar terus nyiapin barang-barang yang mau dibawa kayak Air Minum, Tissue, sama Alquran dan beberapa komik. Habis kelar semua urusan barang bawaan, tinggal satu hal yang harus aku lakukan.

Make Kerudung.

Mampus.

Kalau boleh jujur, aku tuh nggak ahli dalam memodifikasi kerudung kain, bahkan untuk model yang sederhana sekalipun. Satu-satunya model yang bener-bener aku kuasai cuma model kerudung sekolah, selebihnya jangan tanya aku. Makanya aku kalau kemana-mana lebih suka make kerudung kaos/kerudung bergo/jilbab/you name it. Simple dan gak ribet. Soalnya aku juga benci yang ribet-ribet. Makanya untuk pemotretan kali ini, karena gak ada yang make kerudung model sekolahan, terpaksa aku juga nggak makai kerudung seperti saat aku ke sekolah. Istilahnya "ini kan buat yearbook, buat kenang-kenangan, masa mau yang biasa aja." Jadilah aku minta tolong temen buat makein sambil berpesan,

"Pokoknya kamu harus tanggung jawab atas kerudungku sampai selesai."

 Kemudian aku langsung berangkat ke sekolah, dan begitu sampai hampir semua personil KLASIK udah menunggu buat berangkat. Waktu itu udah jam sembilan lewat dan kita menunggu mobil Fatchiya baru bisa berangkat. Alhasil, kita melakukan kegiatan sejati para cewek yakni mengobrol


 Aku sama Maya memutuskan ke Pamella buat beli makanan. Soalnya memang aku memerlukan makanan untk scene pemotretan. Balik ke masjid mobilnya Fatchiya belum datang. Aku sama Maya pergi lagi ke Alfamart gara-gara titipan Ula gak kebeli. Balik ke masjid mobilnya Fathiya belum datang lagi, katanya masih nunggu sopir. Aku sama Ula pun pergi ke Ana Mart untuk beli air mineral. Balik ke masjid bertepatan dengan datangnya panitia pemotretan, usut punya usut sopirnya Fatchiya nggak datang-datang terus yang panitia mutusin buat naik motor biar bisa langsung berangkat.

Padahal ternyata Ainun bawa Elf sama make mobil soalnya Ibu nya ikut.

Masalah pun selesai, aku naik Elf sambil berharap semoga nggak mabok. Tapi kayaknya nggak sih soalnya AC-nya nggak berbau memabukkan. Beberapa menit perjalanan, telingaku mendengar nada yang familiar

Tunggu, kayaknya gue kenal nih sama lagu ini

Dari belakang terdengar sahutan

Ian : "Ini lagu apa e?"
Ula : "Itu loh, kenangan terindah."

ANJIR

HARUS LAGU INI BANGET?

Kata Bang Tere, kalau mau tau isi hati seseorang tinggal tanyain aja apa lagu yang sedang ia dengarkan. Dan dulu, ada suatu waktu dimana lagu kenanganterindah-sialan masuk dalam kategori lagu yang suka aku dengerin. Toh, seisi Elf jadi rame gara-gara banyak yang ikut nyanyi. Itung-itung sebagai penghiburan dan pengingat kenangan #apaaandeh

Kita sempat beberapa kali berhenti, buat beli minum (sebelumnya kita udah beli tapi ketinggalan di kelas), buat bayar tiket masuk, sama buat nyari lokasi pemotretan. And finally


WELCOME TO GUMUK PASIR!
Photo spot for KLASIK's yearbook

Tema yearbook nya KLASIK kira-kira seperti ini :
Jaman dahulu kala, terdapat 34 wanita Arab berkarakter random yang ingin mencari harta karun. Mereka memutuskan untuk memulai pencarian harta setelah memiliki sebuah peta dengan simbol X yang telah melegenda. Tanpa lelah mereka mencari dengan berjalan beriringan, mencari di tengah padang pasir yang membuat tangan mereka belang (sumpah, siang di gumuk emang panas gila). Beberapa saat kemudian, mereka memutuskan untuk beristirahat sejenak di tengah teriknya Matahari yang tidak seberapa dibandingkan panas Neraka. Setelah pencarian panjang penuh perjuangan, mereka pun menemukan simbol X yang berada tepat di atas pasir. "Ini dia simbolnya," sahut seseorang. 
"Tidak bukan, itu." 
"Tapi lihat, ini tanda X yang kita cari."  
"Apa kamu bodoh? bagaimana bisa ada tanda di atas pasir? Memangnya pasir sama dengan tanah?" 
 Namun, 34 wanita tersebut memutuskan untuk tetap menggali. Dan benar, mereka menemukan sebuah peti cokelat yang tidak bertakhtakan batu mulia apapun. (jangan tanya gimana cara menggali diatas pasir). Mereka mencoba untuk membuka peti tua dengan sedikit susah payah. Mereka terkejut begitu melihat apa yang mereka temukan di dalam peti.

Intinya mah, anak-anak Klasik yang made in Indonesia berubah jadi kafilah Arab pencari harta.


Sampai jumpa di part selanjutnya! Semoga part dua tidak menunggu waktu yang lama untuk di posting.

full of feelings
shofwamn
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

Bianglala's Author

Shofwa. Manusia yang lebih senang berbicara dalam pikiran, punya kebiasaan bersikap skeptis terhadap sesuatu yang dianggap tidak masuk akal, jatuh cinta dengan makna nama yang dimiliki: keikhlasan dalam cinta.

My Post

  • ►  2025 (2)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (1)
  • ►  2024 (5)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  April (1)
  • ►  2023 (5)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2022 (1)
    • ►  Agustus (1)
  • ►  2021 (10)
    • ►  November (2)
    • ►  September (5)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (1)
  • ►  2020 (6)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2019 (36)
    • ►  Desember (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Mei (3)
    • ►  Februari (28)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2018 (18)
    • ►  Desember (7)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (2)
  • ►  2017 (41)
    • ►  Desember (2)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (13)
    • ►  Maret (9)
    • ►  Februari (13)
  • ►  2016 (21)
    • ►  Desember (2)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (3)
    • ►  Januari (1)
  • ▼  2015 (33)
    • ►  Desember (4)
    • ▼  November (2)
      • BTS Pemotretan BTS [part 2] : Cewek-cewek Rempong
      • BTS Pemotretan BTS [part 1] : Pencarian Dimulai
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (5)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (8)
  • ►  2014 (3)
    • ►  Desember (3)
Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright © Bianglala. Designed by OddThemes