Sebenarnya, alih-alih merasa sedih karena belum diizinkan
untuk pulang, aku justru excited ketika mengetahui akan merayakan Hari Raya di
Sumbawa, yang mana sekarang menjadi tanah rantauan.
(kesampingkan saja segala cerita kepulangan yang ada, plus kisah tentang para anggota bilang-gak-pulang-tapi-mendadak-pulang kleb)
cr to: Ulala |
Hari ini, aku dan Aiko kesiangan berangkat ke tempat sholat. Memang lapangan buat sholatnya nggak luas-luas amat sedangkan jama’ah membludak dan itu membuat ruas-ruas jalan digelari oleh berbagai macam karpet atapun koran bekas (yang tidak dipungut lagi, meninggalkan sampah koran di mana-mana -__-) yang bikin aku berdecak adalah, penataan jama’ahnya kurang terorganisir. Masa di belakang shaf aku isinya bapak-bapak, terus dua shaf di depanku juga diisi sama bapak-bapak. Udah nggak bener, tapi mau gimana lagi, baru kali pertama sholat Eid Fitr di Sumbawa dan datangnya agak telat jadi nggak menyangka kalau shafnya bisa random seperti itu.
Ketika tahu kalau lebaran kali ini akan dihabiskan di Sumbawa, sudah merencanakan beberapa hal, salah satunya adalah: masak! Setidaknya berusaha agar bisa makan enak ketika Lebaran dan sebisa mungkin menghindari konsumsi micin di Hari Raya. Niat baik pasti akan bertemu dengan niat baik karena beberapa hari sebelum lebaran, seorang kakak tingkat yang juga tidak mudik bernama teh Shofy menghubungi
aku melalui layanan whatsapp,
“Uwaa, anak-anak BTN halbi yuk! Kita masak-masak buat makan bareng.”
Sejak bulan September 2017, aku bersama sembilan orang temen mengontrak sebuah rumah yang kami namai sebagai BTN Entertainment (ada Instagramnya loh! check
@btn_ent). BTN Ent sendiri berlokasi di BTN Bukit Permai dan memang banyak
mahasiswa UTS yang mengontrak ataupun nge-kost di wilayah tersebut, sehingga
dibentuklah aliansi PPN-BTN dengan anggota para mahasiswa yang tinggal di
wilayah PPN ataupun BTN agar bisa saling membantu jika membutuhkan. Dari sepuluh orang pemegang saham BTN Ent, hanya delapan orang yang menghuni kontrakan tersebut. Alhasil, aku dan Ula yang sama-sama memutuskan untuk tidak pulang diberikan mandat untuk menjaga BTN Ent selama libur Ramadaan dann Eid Fitr karena enam penghuni lainnya menjadi bagian #TeamMudik2018
“Kapan tuh? Anak Aliansi nih?”
“Iyaa, tapi kalau ada himara (himpunan mahasiswa rantau) lain yang mau join ya gapapa.”
Ekspektasi aku nih ya, ajakan tersebut memang ajakan untuk
anak-anak aliansi yang memang tidak mudik. Makanya aku kaget ketika kemudian
teh Shofy menyebar broadcast halbi, bahkan ada posternya pula. Setiap melihat
nama-nama peserta halbi yang di-update di grup, aku sembari membayangkan berapa banyak energi yang harus dikeluarkan untuk bersosialisasi dengan manusia-manusia yang mayoritas tidak kukenal.
Aduh, bakalan capek banget.
Bukan bermaksud untuk membatasi diri atau bersikap ansos,
tapi kembali lagi ke ekspektasi aku bahwa itu merupakan acara makan-makan untuk
aliansi agar feel kekeluargaannya bisa lebih dapet, agar nggak merasa
sendiri saat Lebaran.
Tapi, sebenernya aku juga terbuka dengan open house,
kapan lagi gitu ngadain makan bareng di hari kemenangan? Nggak papa sih kalau emang
banyak yang datang ke halbi, nanti anak-anak aliansi bisa menjadi tuan rumah dan yang datang adalah tamu undangan.
Tamu undangan tapi ditagihin uang iuran makan wkwk.
Lagipula ekspektasi aku tidak kebanting amat kok, karena beberapa
anak aliansi ngumpul untuk masak-masak buat persiapan halbi di malam takbiran,
ada bang Hamdi selaku tuan rumah, lalu mas Azzam, kak Aladin, Teh Shofy, dan
Ula, plus dua penghuni sementara BTN Ent: Aiko dan kak Ipeh. Kami baru selesai
masak sekitar jam satu dini hari dan, yah, i had so much fun back then even aku sama
sekali tidak membantu masak dan hanya berkontribusi terhadap penyiapan bahan
masakan serta mencuci piring plus sibuk merekam tingkah duo Ipeh-Ula yang hobi karaokean
dengan menggunakan pisau kupas sebagai microphone.
Karena memang udah memiliki agenda halbi, aku dan Aiko
langsung menuju ke rumahnya bu Putri begitu sholat Eid selesai karena di sana
ada Ula dan kak Ipeh yang menunggu. Bu Putri ini salah satu dosen Ula yang
sedang mudik, jadi beliau menitipkan rumahnya ke Ula biar ada yang menjaga dan
kami memanfaatkan kulkas yang terdapat di rumah beliau untuk membuat es batu.
Dari rumah bu Putri, aku dan Aiko pulang dulu ke BTN Ent
sedangkan kak Ipeh dan Ula mampir ke kontrakan mas Azzam untuk ngambil karpet.
Habis itu langsung ngumpul di rumah bang Hamdi karena masih harus memasak tempe
mendoan dan menyiapkan tempat untuk makan.
Tradisi yang selalu aku lakukan kalau lebaran adalah
sungkeman setelah sholat Eid, entah mau lebarannya di Lampung atau di Bacan,
sungkeman nggak pernah absen. Berhubung
tahun ini lebarannya di Sumbawa, jadi sungkemannya ditiadakan dulu karena siapa
pula yang mau di-sungkem-in? Sebenarnya aku menunggu telepon dari rumah tapi
sama sekali nggak ada telepon masuk sampai bingung sendiri hari ini jadi lebaran nggak sih? kemudian sadar, lah gue kurang ajar amat
jadi pihak yang menunggu, harusnya kan anak yang berbakti kepada orang tua jadi
harusnya ya anak yang menghubungi orang tua, bukan sebaliknya wkwk, makanya aku
langsung telepon ummi..... dan nggak diangkat dong:)
Iyalah nggak diangkat, waktu di Sumbawa kan satu jam lebih
lambat dari waktu di Bacan, bisa jadi orang rumah udah keliling-keliling buat silaturrahim ke kenalan ketika aku masih di lapangan dengerin khutbah Eid Fitr sambil ngeliatin dua gadis kecil yang lucu parah.
Karena nggak berhasil menghubungi rumah, aku berinisiatif mau
menghubungi kak Muna yang tahun ini lebaran di Tangerang tapi inisiatif tersebut aku
urungkan karena pasti kak Muna masih sholat Eid. Tangerang kan waktunya satu jam
lebih lambat dari Sumbawa.
Padahal masih beda WIB – WITA – WIT doang tapi mau berkomunikasi
aja udah rada ribet gitu.
Ngomong-ngomong, yang datang halbi sekitaran lima puluh orang
dan tentu saja mayoritas tidak aku kenal. Karena aku nggak mau repot-repot kenalan,
jadi yang aku lakukan hanya muter-muter nggak jelas, ngambilin emping, nyomot
kue, minum es, main hp, ngobrol sama orang yang aku kenal, menyapa seadanya ke
orang yang aku tahu, dan tidak terlalu memperdulikan sisanya.
Seharian ini yang stay di rumah bang Hamdi adalah
orang-orang yang turut serta dalam memasak makanan untuk halbi (bang Hamdi, mas
Azzam, kak Aladin, Teh Shofy, Ula, Aiko, kak Ipeh). Menu yang kami sediakan untuk
halbi hari ini ada lontong, nasi, opor ayam, sambal kentang, tahu goreng, tempe
mendoan, sambal kecap, kerupuk udang, emping, es sirup, dan air mineral, lalu
ada makanan perintilan macam kue-kue kering, buah, serta brownies.
Rumah bang Hamdi udah berasa rumah sendiri, selepas dhuhur
beberapa dari kami tidur di gazebo, ada yang tidur di kamar, ada juga yang
tidur di ruang tengah, terus kalau mau makan tinggal ambil makan, mau ngemil
juga banyak camilan. Sorenya, kak Ipeh menggoreng sisa tempe yang belum sempat
digoreng, kak Ipeh juga menggoreng ayam opor karena khawatir santannya sudah
mulai tidak bagus untuk dikonsumsi.
Kami mulai beres-beres merapikan pekarangan
rumah bang Hamdi yang sudah dipakai sebagai lokasi penyelenggaraan halbi ketika yakin tidak ada lagi orang yang akan datang untuk makan. Ada yang nyuci piring, ngerapiin alas duduk, buang sampah, beberes meja, menata barang-barang yang dipinjam selama halbi, berbagai macam kegiatan tersebut selesai ketika maghrib menjelang. Seusai sholat, Mas Azzam, bang Hamdi, teh Shofy, sama Ula pergi buat ngembaliin alat-alat.
Tentu saja kami tidak lupa mengabadikan momen terakhir halbi sebelum pamit undur diri dari kediaman bang Hamdi yang super cozy buat dijadiin tempat nongkrong, sebelum akhirnya kembali mencari kesibukan masing-masing untuk megisi waktu libur setelah diiznkan merusuh sejenak di rumah bang Hamdi.
Terimakasih untuk malam ketemu malamnya!
minus kak Aladin yang harus pamit lebih dulu karena suatu urusan |
Padahal cuma stay di satu tempat tapi ngerasa capek, i would say it might be caused by my introvert side. Seorang introvert perlu banyak energi untuk bersosialisasi dengan orang-orang sedangkan bersosialisasi merupakan cara seorang ekstrovet untuk mencharger diri.
Ehtapi bisa jadi ngerasa capek karena emang jarang melakukan aktivitas seharian penuh dan lebih sering mendekam dalam kamar, berduaan sama Kai haha.
Lebaran kali ini berbeda karena jauh dari keluarga namun
bisa berakhir dengan menyenangkan! Tahun kedelapan merantau, diberi kesempatan untuk
merasakan lebaran di tanah rantau, alhamdulillah.
best regards,
shofwa muhimatunnisa
3 komentar
Dan aku kemaren gaada makan nasi atopun lontong bahkan opor 😂 cuma ngemilin mendoan dan makanan kecil lainnya. Eh aku makan ayam yang udah digoreng sih~
BalasHapusDari yang berekspektasi makanan akan kurang sampai akhirnya lebih banyak ~
BalasHapusTerima kasih lebaran pertama aku di tanah rantau ceman - ceman <3
Makasih udah nemenin lebaran di perantauan
BalasHapus