Bianglala

  • Home
  • Kaleidoskop
    • BTN Entertainment
    • 128 Kata
    • 30 Tema Menulis
  • Seri Pengingat
    • #1 Paman Pelukis
    • #2 Memaknai Temu
    • #3 Don't Talk to Me About Muhammad
    • #4 Koreksi Niat
    • #5 Menyesal
    • #6 Salat Tepat Waktu?
  • Sosial Media
    • Instagram
    • Steller
"Komidi Putar adalah cinta dalam arti kesederhanaannya. Seperti singgasana dua mempelai dalam fabel hidup ini."
- Andrea H

Belum lama ini aku pergi ke pasar malam, begitu memasuki area pasar malam, aku langsung diterpa oleh perasaan yang asing. Biasanya di pasar malam tuh ada komidi putar, dan di pasar malam yang aku datangi memang ada komidi putarnya. Semakin dekat aku berjalan ke arah komidi putar, semakin kuat pula perasaan asing itu, asing tapi familier, seakan-akan mengajak untuk nostalgia. Ketika aku memperhatikan keramaian pasar malam dan berdiri di dekat komidi putar, ada satu nama yang mendadak muncul di pikiran. Muncul begitu saja, membuka memori lama.

Andrea Hirata.

Novel-novel Andrea Hirata dan beberapa novel Tere Liye punya satu kesamaan: hidup sederhana. Novel mereka memberi makna pada kesederhanaan.

Kalau baca novel-novel Andrea Hirata tuh serasa dibawa ke dunia yang sederhana tapi penuh tawa, yang biasa-biasa aja tapi tetap damai sentosa, dunia dengan hiburan alakadarnya tapi tetep bisa dinikmati. Makanya ketika aku pergi ke pasar malam, rasanya seperti melihat langsung tulisan Andrea Hirata di depan mata, keramaian pasar malam, wahana-wahana bertenaga manusia, penjaja makanan yang dikelilingi pelanggan, hiruk pikuk suara orang.

Dan satu lagi, purnama sedang sempurna di langit Sumbawa.

Malam itu aku naik komidi putar berdua sama Ula karena cuma dia yang mau naik. Anak-anak lain lebih memilih untuk menunggu sambil ngemper di pinggir jalan.

Padahal komidi putar di pasar malam sederhana sekali, seperti sangkar burung versi sedikit lebih besar dengan cat yang sudah terkelupas di banyak tempat dan berkarat, hanya cukup untuk dua orang dewasa yang duduk saling berhadapan, di atas komidi putar aku bisa melihat keseluruhan pasar malam yang tidak terlalu luas. Ini yang aku suka. Pada ketinggian tertentu aku bisa melihat hal-hal yang tidak bisa aku lihat ketika berdiri di atas tanah.



"Tau nggak sih, aku langsung keinget sama Andrea Hirata pas datang ke sini." Ujarku pada Ula ketika komidi putar mulai membawa kami berdua menjauh dari bumi.

"Kalau aku, jadi inget sama bukunya yang Sirkus Pohon."

Aku lupa apa saja yang aku dan Ula bincangkan selama komidi putar melingkar dengan perlahan dengan bunyi genset sebagai musik latar.

Orang-orang yang hidup dengan passion dan bersinggungan langsung dengan kerasnya dunia. Sebelum naik komidi putar, aku dan Ula naik wahana lain yang cukup berbahaya dengan tenaga manusia sebagai penggeraknya, sebuah cara mencari uang tanpa jaminan keselamatan namun mereka masih bisa tertawa.

Mungkin dunia malam dan dunia pasar malam bukan sisi dunia yang aku pahami, meski keberadaannya nyata dengan orang-orang yang mungkin sudah menemukan seni dalam menjalani hidup.

Apalagi penjaga komidi putarnya adalah anak kecil, matanya jenaka dengan pembawaan yang ramah.

"Kuberi tahu Kawan, rahasia romansa komidi putar adalah fisika sederhana: hukum gravitasi! Waktu komidi putar mencapai posisi empat puluh lima derajat dari porosnya, daya tarik bumi membuat mempelai dalam kurungan ayam tadi seperti akan terjungkal. A Ling histeris, takut campur manja, memeluk erat tanganku. Perasaanku melambung, melesat-lesat seperti merecon banting. gadis hokian itu menatapku mohon perlindungan dan aku jatuh cinta, sungguh jatuh cinta untuk pertama kalinya."
—Andrea Hirata (2007: 30)

Di kemudian hari, pada kesempatan lain, aku ingin naik komidi putar lagi.

"Guys, berhubung anak kontrakan ada yang udah mau balik~
Tanggal 21 bisa pada di kontrakan nggak? harus bisa laaaah. 
Tanggal 21 habis Isya' dilarang memiliki agenda selain di BTNEnt🌝
Makan malam bareng gitu sekalian bercakap-cakap akan diapakan BTNEnt selama periode liburan."

Begitu isi pesan yang aku kirim ke grup whatsapp kontrakan.

Semuanya berawal gara-gara es krim, sebenernya aku bukan orang yang ice cream addict, bahkan sampai sekarang aku belum pernah makan magnum, ngerasa sayang aja gitu ngabisin duit belasan ribu untuk makanan yang bikin enek gara-gara kemanisan. Frekuensiku mengonsumsi es krim termasuk super jarang, apalagi untuk es krim sekelas cornetto.

Selalu enek di akhir, terlalu manis.

Tapi di sisi lain, aku orangnya excited dengan varian baru suatu produk, makanya ketika suatu malam aku pergi ke Indomaret dan baru pertamakali melihat cornetto rasa silverqueen, rasa penasaranku langsung meningkat.

Tapi tetep aja nggak beli, sayang duit. Maunya dibeliin aja.

Sebagai gantinya, aku langsung bikin status di whatsapp.

Siapa tahu ada yang berbaik hati membelikan.

Siapa tahu, kaaaan.




Meskipun nggak berharap bakal beneran ada yang beliin karena aku tau para viewers status aku mayoritas adalah orang-orang yang hanya ingin tahu kehidupan orang lain dan sebenernya juga nggak terlalu peduli terhadap status yang seperti itu.

Besoknya, aku menemukan sebuah cornetto silverquee bertengger manis di freezer kulkas.

Kaget? YAIYALAH COY!


Wkwkwkw.

Pasca kemunculan es krim cornetto secara misterius di freezer, beberapa personil BTN Entertainment ikutan membuat status whatsapp bergambar es krim.

Di hari selanjutnya, jumlah es krim di freezer nambah tiga buah.

“Kita tunggu, sapa tau besok es krimnya nambah lagi. Terus bisa dibikin buber hari selasa,” ujar seorang anak kontrakan.

Sesuai dugaan, jumlah es krimnya kembali bertambah, untuk pertamakali aku melihat freezer yang biasanya dipenuhi oleh es batu terisi dengan tumpukan es krim cornetto.

“Gini caranya, kita emang kudu buber!”

BTN Entertainment atau lebih sering disingkat dengan nama BTN Ent merupakan nama kontrakanku, awal mulanya sih nama itu hanya dipakai untuk menamai grup whatsapp namun lama kelamaan para penghuninya sering menyebut dan memperkenalkan kontrakan sebagai BTNEnt. 



Kenapa BTN Ent? Karena kontrakan pertama kita berada di daerah BTN, sekarang sih udah pindah ke daerah Panto Daeng tapi kita mah istiqomah, nggak mau ngubah-ngubah nama, toh, BTN Ent juga udah terkenal.

Cukup banyak lika-liku yang dialami BTN Ent mulai dari pertamakali terbentuk hingga usianya yang sudah mau memasuki dua tahun, mungkin orang-orang mengira kontrakanku adalah kontrakan yang adem ayem penuh dengan kehangatan.

Hahahaha. O tentu saja tidak.

Berantem? Pernah.
Marahan? Pernah.
Diem-dieman? Pernah.
Apatis dan individualis? Pernah.
Saling berbeda pendapat? Sering!

Coba sebutin permasalahan yang pernah kalian alami ketika hidup di kontrakan bersama orang-orang yang sebelumnya tidak saling kenal, bersama orang-orang yang berasal dari latar belakang keluarga yang berbeda, bersama orang-orang yang membawa ciri khasnya sendiri.

Aku jamin, BTN Ent juga pernah mengalaminya.

Terus, gimana cara penyelesaiannya?

Seperti yang seharusnya sudah kalian pahami, bahwa... komunikasi adalah koentji.

Komunikasi adalah hal utama, tanpa komunikasi yang baik sebuah hubungan bisa menjadi renggang, komunikasi juga merupakan langkah untuk menyamakan persepsi.

Selain itu, ada juga yang bernama perasaan nyaman.

Bagiku, kontrakan bukan hanya sekadar tempat naruh barang, tempat untuk tidur, atau tempat untuk mandi, tapi kontrakan seharusnya bisa menjadi tempat ‘pulang’ untuk aku yang sedang berada di tanah rantau ini.  Jika udah nyaman, maka ketika dihadapkan oleh sebuah masalah di internal kontrakan, menyerah dan pindah tempat tinggal tidak akan berada di pilihan pertama. Waktu itu BTN Ent pernah melingkar, niatnya sih membahas jadwal piket yang sudah berantakan tapi ujung-ujungnya malah membahas perihal ‘rasa nyaman’ ini, wkwkw.

Ngomong-ngomong, personil BTN Ent merupakan orang-orang sibuk. Edyan. Kadang sibuknya nggak masuk akal. Nggak paham lagi aku tu sama anak kontrakan, kenapa mereka bisa produktif dan sibuk sekali. Padahal kebersamaan juga tak kalah penting.

Makanya ketika melihat tumpukan es krim cornetto di freezer, ditambah fakta bahwa fase mudik personil BTN Ent akan segera dimulai, aku mengajukan opsi untuk makan malam bersama.



Bukan mengajukan opsi, lebih tepatnya menyuruh, dengan mengirimkan pesan ke grup whatsaap seperti yang ada di awal postingan.

Pesan itu aku kirim setelah aku bertanya ke beberapa anak kontrakan, meminta persetujuan terlebih dahulu.

Kalau nggak gitu, biasanya nggak bakal kejadian.

 Kalian harus tahu betapa susahnya mengumpulkan personil BTN Ent di satu waktu pada malam hari.

Alhasil, pada tanggal 21 Mei 2019, untuk pertamakalinya di bulan Ramadan, BTN Ent makan malam di luar! Fullteam!

Rasanya tuh, fabi'ayyi ala'i rabbikuma tukazziban.



Momen makan malam bareng juga kita manfatkan untuk memberi kue ke personil BTN Ent yang ulang tahun di bulan April dan Mei. Ngasih kue itu udah semacam tradisi, tapi ya langsung disatuin biar gak boros, itu pun hanya berlaku untuk tiga personil yang lahir di bulan Desember dan tiga personil yang lahir di bulan April-Mei, karena personil yang lahir di bulan Juni-Agustus nggak pernah dikasih kue gara-gara sedang berada di periode liburan.

Kita memutuskan untuk makan di rumah makan ‘Warung Jogja’. Malam itu Warung Jogja rame banget gile, kita sampai harus nunggu di luar sekitar 15 menit baru bisa dapat tempat duduk. Aku dan Aisyah adalah yang pertamakali nyampe di Warung Jogja, kemudian disusul oleh Umai, kak Fara, Ula, Widi, dan Putri, kemudian Ahda dan kak Neny datang terakhir karena mereka bertugas membeli kue.

Strategi untuk ngasih kuenya kurang perencanaan jadi sedikit awkward, tapi gapapaa, kan yang penting niatnya.

Momen makan malam di luar dengan formasi lengkap itu pokoknya fabi'ayyi ala'i rabbikuma tukazziban.

“Eh ke pasar malam yuk!”

Kalian sudah sering mengalami rencan yang antiwacana karena mendadak? Nah, malam itu BTN Ent juga gitu, ketika satu orang ngusulin untuk ke pasar malam sehabis makan, langsung disetujui sama yang lain.



Kapan lagi gitu, keluar malam dengan formasi lengkap.

Meski Putri dan Aisyah harus mampir ke kontrakan dulu untuk naruh barang, meski aku harus pergi ke suatu tempat dulu untuk menyelesaikan suatu urusan, pada akhirnya kita tetep pergi ke Pasar Malam.

Wah, aku senang.

Apa ceritanya selesai di Pasar Malam?

Iya, dan tidak.

Iya bagi Putri dan Ula yang langsung pergi ke tempat rapat dari lokasi pasar malam.
Iya bagi Umai, kak Fara, dan Aisyah yang begitu sampai langsung masuk ke kontrakan.
Tapi tidak bagi aku, Ahda, Widi, dan kak Neny. Kami leyeh-leyeh dulu di teras, dan mainan kembang api.



Sebenarnya mainan petasan juga, tapi baru berhasil nyalain satu kali, udah ada bapak tetangga yang datang dan memberi teguran.

Main kembang api juga menyenangkan, kok.

Terima kasih untuk waktunya, BTN Ent.

/oke, kalimat epilognya nggak banget/
/kesel sama kemampuan nulis cerita yang malah makin buruk/

see ya on the next post!
xoxo,
 shofwamn

Dulu aku mengganggap semua orang di dunia ini baik.

Semuaaa. Tanpa terkecuali.

Sejahat-jahatnya seseorang, pasti dia memiliki sisi baik.

Sekejam-kejamnya seseorang, pasti dia pernah melakukan hal baik.

Dulu aku mengganggap begitu.

Sekarang?

Masih.

Masih seperti itu.

Sejahat apapun, sekejam apapun, semenyebalkan apapun, sekurangajar apapun, senakal apapun, pasti dia memiliki sisi baik.

Dulu aku pikir, dengan beranggapan bahwa semua manusia itu baik maka aku bisa dekat dengan semua manusia.

Sayangnya, aku salah😂

Semua manusia itu baik, namun aku tidak bisa merasakan kebaikan-kebaikan dari semua manusia.

Aku salah.

Ternyata, meskipun aku mengenal seorang manusia yang baik, belum tentu aku bisa berteman dengannya.

Ada manusia yang baik, bagi orang lain dia ni super duper baiik. Tapi bagiku? Biasa aja.

Baik belum tentu cocok.

Meski semua manusia baik, belum tentu semuanya cocok dengan aku.

Cocok untuk berteman, cocok untuk berinteraksi.

Dinamika kehidupan, aku sedang mencoba menikmatinya.

Sumbawa, May 15th 2019
BTNEnt.
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

Bianglala's Author

Shofwa. Manusia yang lebih senang berbicara dalam pikiran, punya kebiasaan bersikap skeptis terhadap sesuatu yang dianggap tidak masuk akal, jatuh cinta dengan makna nama yang dimiliki: keikhlasan dalam cinta.

My Post

  • ►  2025 (2)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (1)
  • ►  2024 (5)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  April (1)
  • ►  2023 (5)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2022 (1)
    • ►  Agustus (1)
  • ►  2021 (10)
    • ►  November (2)
    • ►  September (5)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (1)
  • ►  2020 (6)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
  • ▼  2019 (36)
    • ►  Desember (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Juli (1)
    • ▼  Mei (3)
      • Naik Komidi Putar
      • Warung Jogja dan Pasar Malam
      • Orang-Orang Baik
    • ►  Februari (28)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2018 (18)
    • ►  Desember (7)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (2)
  • ►  2017 (41)
    • ►  Desember (2)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (13)
    • ►  Maret (9)
    • ►  Februari (13)
  • ►  2016 (21)
    • ►  Desember (2)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (3)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2015 (33)
    • ►  Desember (4)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (5)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (8)
  • ►  2014 (3)
    • ►  Desember (3)
Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright © Bianglala. Designed by OddThemes