Bianglala

  • Home
  • Kaleidoskop
    • BTN Entertainment
    • 128 Kata
    • 30 Tema Menulis
  • Seri Pengingat
    • #1 Paman Pelukis
    • #2 Memaknai Temu
    • #3 Don't Talk to Me About Muhammad
    • #4 Koreksi Niat
    • #5 Menyesal
    • #6 Salat Tepat Waktu?
  • Sosial Media
    • Instagram
    • Steller
Sebenarnya sama sekali tidak berencana untuk membeli buku ini dalam waktu dekat, benar-benar tidak ada rencana. Selain karena harga, memikirkan ongkir ke Sumbawa yang tidak bersahabat sukses membuat diri ini mengurungkan niat.

SEDIH AKU TU:')  Ongkirnya lebih mahal dibandingkan harga satu buah komik huhu cry.

Hingga akhirnya aku melihat snapgram dari seseorang yang datang ke book sign-nya nkcthi, dan ternyata seseorang yang aku panggil kak Nabila ini mau ngirim paket ke Sumbawa buat adeknya. Long story short, tau-tau aku udah nitip beliin buku nkcthi ke dia.

Daaaan free ongkiir, yuhuu yes yes.

Tanpa banyak cakap, mari kita bedah isi bukunya sembari tidak lupa jika bianglala nulis ginian, bobotnya akan menjadi 99% curhat 1% inti.

Here we go


Cover


Sebagai seseorang yang lemah terhadap buku-buku self improvement dengan hard cover. Aku nggak bisa berkomentar banyak sih, dengan warna navy (atau ungu tua?) menurutku covernya cukup simpel. Nggak yang rame-rame banget gitu kayak #88LoveLife, cenderung sepi dan itu membuatnya terlihat kalem serta memancarkan aura bijak/?/
Judul buku terletak di tengah dengan background jendela yang memperlihatkan sebuah ruangan dengan cat warna biru langit (awalnya kupikir langit beneran, tapi ada penampakan lampu di tengah-tengah dan di bagian kiri kayak siluet manusia yang sedang duduk nggak sih) dua pot tanaman menghiasi jendela tersebut, dan oh! satu lagi! Mainan pesawat dari kertas yang tersampir di pinggir jendela, seakan ingin memberi kesan bahwa ada pesan yang ingin disampaikan.

Terus nama pengarangnya ada di bagian bawah.

Sooooo simpel. Impresinya bagus😍

Ngomong-ngomong, menurutku judul bukunya lumayan unik!>.< pertama kali tahu tuh ketika menemukan akun @nkcthi saat main Instagram, awalnya ngira kalau itu singkatan nama pemilik akun, semakin lama menjadi followersnya, akhirnya tahu bahwa akun tersebut merupakan konsep untuk sebuah buku: Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini.

Luv.


Padahal baru launching Oktober 2018 lalu, tapi yang aku punya udah cetakan kedelapan:)) apakah ini membuktikan banyak orang Indonesia yang tengah membutuhkan asupan motivasi dan mencarinya lewat nkcthi?

Isi

Ketika memutuskan untuk membeli buku ini, sebenernya udah tahu kalau isinya adalah kumpulan ilustrasi dengan kutipan-kutipan kalimat. Karena aku nggak paham sama sekali mengenai dunia per-ilustrasi-an, jadi aku memberikan ekspektasi terhadap kumpulan kutipan yang akan kutemukan ketika membacanya.

Ekspektasi dengan perasaan yang nggak jelas. Perasaan nggak jelas yang didasari oleh rasa penasaran/?/ bahkan sebelum bukunya tiba di tanganku, sebelum aku mulai membaca dengan membuka lembar pertama, aku udah yakin akan ada halaman di mana aku butuh mengambil jeda untuk membuka halaman selanjutnya, yakin akan ada halaman yang membuatku menarik nafas panjang, yakin akan ada halaman yang membuatku tersenyum... sembari mengingat masa lalu.

Ketika bukunya tiba, aku nggak langsung membacanya karena menunggu momen yang pas wkwkw. Momen ketika aku bisa membaca buku itu tanpa gangguan siapapun, atau terpotong di tengah jalan.

Well, karena ini buku self improvement dengan sedikit kalimat. Jadi bacanya pengen sambil menghayati sehingga pesan-pesannya dapat tersampaikan dengan baik.

Isi buku ini ada empat bagian: Pagi, Siang, Sore, Malam.

source: pinterest
Baru di lembar pertama aja kalimatnya udah ngejleb gitu (bagi aku) wkwk, kalimatnya membuat ingatanku terlempar pada peristiwa beberapa bulan yang lalu.

"Kita belum siap untuk bertemu, jadi mari mempersiapkan diri dengan menjemput hal-hal baik di pagi hari."
-esha, 20yo


Tuuh kaan, terlalu relatable dengan lika-liku tahun 2018 yang aku lewati.

Bukunya baguuuus, simpel tapi ngena, to the point dengan gaya yang sederhana.


Sebelum akhirnya memutuskan untuk meminang buku ini (keputusan yang super mendadaq), aku sempat melihat snapgram @nkcthi yang membahas mengenai respon orang-orang ketika membaca ataupun mengetahui keberadaan buku ini.

Ada yang menangis.
Ada yang tersenyum.
Ada yang kembali menemukan semangat.
Ada yang mempererat hubungan.

Namun ada pula yang mengkritisi,
"Tulisannya dikit, harganya mahal."
"B aja. Tulisannya dikit, 15 menit selesai."

Sebagai negara dengan minat baca yang tidak terlalu tinggi, keberadaan ilustrated book di Indonesia masih nggak terlalu banyak (meskipun makin lama, jumlahnya makin meningkat). Entah karena pangsa pasarnya nggak ada, atau harganya yang lebih tinggi dibandingkan buku-buku seperti novel, komik, dkk.

(belum pernah nemu ilustrated book yang harganya di bawah 50k)

Sebagai konsumen, bisa dengan mudah ngasih komentar, "ih mahal", ketika melihat harga sebuah buku. Namun kalau kita memiliki andil di dalamnya, (baik menjadi penulis, editor, penerbit, distributor, agen-agen toko, ilustrator, dll) mungkin kita bisa lebih pandai menilai, bahwa ada rezeki banyak pihak yang tergantung di balik harga sebuah buku.


hidup itu lucu, ya
yang dicari, hilang
yang dikejar, lari
yang ditunggu, pergi

sampai hari kita lelah dan berserah
saat itu semesta bekerja


beberapa hadir dalam rupa sama
beberapa lebih baik dari rencana

- NKCTHI, halaman sekian.

Nanti Kita Cerita Tentang Hari ini menjadi penutup di 2018. Buku terakhir yang aku beli di tahun ini. Daya tarik nkthi terlalu tinggi, sampai-sampai aku lebih memilih untuk membeli nkcthi daripada Aroma Karsa-nya Dee Lestari.

Ini nggak ada yang mau ngasih aku novel Aroma Karsa apa? Kasian dia sudah lama berada di bucket list, entah kapan bisa terbeli:')

Salam hangat,
shofwamn

ps:
Mau minjem buku ini?
Nggak boleeeeh~ hehe.
Kalau kalian temen kuliahku dan pengen baca NKCTHI, ke BTN Ent aja^^ bacanya di kontrakanku. Ok?
Sekarang, buku ini jadi kesayanganku. Nggak kuizinkan dia pergi jauh-jauh sisiku.

Kadangkala, yang menyebabkan renggangnya sebuah hubungan bukan karena sudah tidak satu visi, terdapat perbedaan misi, ataupun berbeda jalur. Kadangkala yang menyebabkan renggangnya sebuah hubungan adalah hal sesederhana kurangnya komunikasi.

Ampun deh. Sesibuk apa sih kita sampai menyapa kawan aja nggak sempat?

Di depan dua porsi roti bakar dan seporsi pisang bakar coklat (yang demi apa rasanya pahit, tapi tetap saja habis karena aku adalah bagian dari #nomubazirmubazirkleb), aku memandang seraut wajah yang sudah lama nggak kulihat. Padahal UTS mah masih belum luas-luas banget tapi papasan sama doi di jalan aja hampir nggak pernah. Dia sudah nyerocos selama kurang lebih 30 menit hingga es jeruk nipis yang ku pesan tinggal terisi setengah.

Beberapa kali aku membutuhkan usaha yang lebih dalam untuk berpikir agar mampu mencerna kalimat-kalimat yang dia lontarkan. Lama tidak saling bercakap, banyak yang aku update dari kehidupannya. Kalau ocehannya mulai mereda, cukup melontarkan satu pertanyaan singkat, kemudian dia akan nyerocos lebih banyak.

Hmm, i like it~ wkwkw.

Mendengar ocehannya, sedikit banyak mengingatkanku akan sebuah snapgram yang cukup memberikan insight, mengenai pendidikan tauhid yang kurang tertanam dalam diri seorang muslim.

Karena nilai-nilai Islam dapat ditemukan dalam setiap aspek kehidupan, sudah seharusnya seorang muslim paham akan tauhid, benar apa benar?

Semakin lama mendengar dia berbicara, ada satu kalimat yang nyantol di kepala.

Jangan sampai politiknya kental, organisasinya kuat, tapi nilai-nilai tarbiyahnya hilang. Harus ada koreksi niat, sebenernya da'wah ini mau dibawa kemana? untuk siapa? tujuannya apa?

Mendengar kalimat tersebut, malah teringat akan hal lain.

Hijrah.

Mengingat kata 'hijrah,' bikin kembali teringat akan Hadits Arbain nomor satu,


عَنْ أَمِيْرِ الْمُؤْمِنِيْنَ أَبِيْ حَفْصٍ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ : إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى . فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ .

[رواه إماما المحدثين أبو عبد الله محمد بن إسماعيل بن إبراهيم بن المغيرة بن بردزبة البخاري وابو الحسين مسلم بن الحجاج بن مسلم القشيري النيسابوري في صحيحيهما اللذين هما أصح الكتب المصنفة]


Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al Khottob radiallahuanhu, dia berkata: Saya mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : Sesungguhnya setiap  perbuatan tergantung niatnya.  Dan  sesungguhnya  setiap  orang  (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan.
 [HR. Bukhari, no. 1 dan Muslim, no. 1907]

Jleb.

Jleb jleb.

Jleb jleb jleb.

Menusuq tanpa ampun ke dalam qolbu.

#autoalay

"Emang seharusnya tujuannya untuk siapa?" Tanyaku sembari melahap sepotong roti bakar bertopping keju parut.

"Untuk Allah lah! Sekarang aku liatnya banyak yang udah agak melenceng, agak keluar jalur. Makanya aku tuh salut sama yang dilakukan seorang kakak tingkat, dia nggak peduli apakah dia bergerak dengan membawa nama organisasi tertentu atau enggak, yang penting tujuan dia untuk menyebarkan kebaikan tercapai. Wah salut banget pokoknya."

"Hah? Emang ada yang begitu? Ada yang bergerak didasari oleh nama suatu organisasi?"

"Ada lah waaaaak."

Auto mikir, apa yang ada di pikiran orang-orang yang seperti itu?

Pergerakan itu seharusnya dilakukan untuk mencapai keridhaan Allah dan RasulNya, kan?

Bukannya ketika memutuskan untuk bergerak, sudah sewajarnya bergerak karena ingin mencapai keridhaan Allah dan RasulNya?

Atau aku yang selama ini terlalu... lugu?

Teringat tentang peristiwa sebulan yang lalu, ketika sempat ingin menolak kenyataan (padahal mah kenyataan yang ditolak hanya akan melahirkan denial semata~).  Ingin menolak kenyataan karena tidak rela untuk melepaskan sebuah nama yang membuat bangga, Hingga akhirnya tersadarkan,

Buat apa menolak kenyataan? Jadi tuh selama ini kamu bergerak karena manusia? Datang dan membuat lingkaran karena ilmu? Niatnya kemana? Allah ada di posisi keberapa?

(nanya sendiri soal pikirannya orang laen, padahal juga masih sering terdistraksi secara pribadi, hmm)

Teringat tentang peristiwa hampir sebulan yang lalu, ketika tanpa angin tanpa hujan tanpa pertanda apapun, tiba-tiba diberikan sebuah tantangan kehidupan yang belum pernah kudapatkan sebelumnya.

(memakai istilah 'tantangan kehidupan' karena mendadak ngerasa eneg kalau baca kata 'amanah')

Merasa belum mampu? OH JELAZ.

Merasa belum layak? SO PASTI.

Tapi kalau selalu merasa belum mampu, selalu merasa belum layak, selalu menghindar, kapan belajarnya?

Sebelum melakukan sesuatu, niat tidak boleh terlupa, karena niat adalah bahan bakar untuk membuat bara api yang bernama komitmen.

Jika ada yang terasa salah, bukan langsung menyalahkan keadaan, liat dulu dari hal yang paling mendasar: niat. Koreksi. Niatnya dikoreksi. Apakah selama ini niatnya sudah tepat?

Karena sesungguhnya setiap  perbuatan tergantung niatnya.

Meluruskan niat tuh sangaaaat sulit. Godaannya bejibun. Apalagi emang fitrahnya manusia untuk bersifat manusiawi (yang kadang berbumbu duniawi jugak).

Ketika menggerakkan da'wah menjadi hal yang krusial, yang selalu digembor-gemborkan, yang selalu di 'bergerak atau tergantikan!', tapi hal yang fundamental malah terasingkan: Tauhid.

Tauhid. Hati yang taqwa, takut pada Allah.

Buat apa sibuk berda'wah tapi hati lalai dan tidak takut pada Allah?

Melaksanakan tentu saja tidak semudah mengucapkan, menyelesaikan terkadang lebih rumit dibandingkan saat memulai. Aku nulis gini bukan berarti aku udah khatam tentang Tauhid. Bahkan aku baru sadar akan hal ini ketika membaca snapgram sebuah akun Instagram.

Niatkan pada lillah, insha Allah dipermudah.

Sumbawa, 08 Desember 2018.
cr: pinterest

Seriosa bersuara sumbang
Enggan berhenti meski tak bisa
Makin bertekad walau tertahan
Asing namun familier
Nampak seperti kilas balik
Gaung antara kita berdua
Anggun berderet rapi
Tak tersentuh meski dengan debu

Senjamu masih sama
Berhembus angin membisiki berita
Aku belum datang, belum beranjak dengan setia
Menggugus angin menyebarkan cerita
Kamu yang menunggu, di bawah dekapan pohon bunda
cr: pinterest

I lost him.
I lost myself.
Then i found a new me.


It might that i am losing something.
It seems like i am a loser.
It not as simple as i thought.


You was gone.
Now i am alone.


What is wrong?
When there is no mistake.


Oh i know.
Where i should been right now.

Unworthy.
Unwanted.
Unneeded.

Once?
Twice?
Thrice?

New me.
Newest me.
New newest me.
Disclaimer: postingan ini bukan review music video EXO, sama sekali bukan.


cr: pinterest

Hello tasks.
Can we be friend?
I know you dont need me.
But i need you.

Keseringan mendengar orang-orang yang membicarakan tentang tugas mereka yang seabrek dengan progress lambat, jadi mau membicarakan punyaku pun udah nggak mood duluan. I mean, mau ngeluh juga udah terlalu sering mendengar racauan orang/?/ lalu, buat apa ikut-ikutan/?/

(tapi memang kadang masih sering ikut-ikutan)

Ketika semester dua, atau semester tiga (lupa aku tu, tapi ada bukti tulisannya sih) sempet hopeless karena nggak kunjung mendapat subjek untuk salah satu mata kuliah. Hopeless yang OMAIGAD HOW I CAN FIX MY TASK *CRY* tapi nyatanya sekarang aku udah di semester lima, dan mata kuliah itu berhasil kulalui dengan baik karena aku menemukan subjek yang kubutuhkan (meski super mepet dan dibantu juga dalam pencariannya).

All iz well.
All iz well.
All iz well.

Untuk kalian yang sedang berada dalam perjuangan menyelesaikan tugas, semangaaaaaaaaat!!! Ganbatte ne!! Hwaiting!

/sebenernya nyemangatin diri sendiri/

Terima kasih sudah mewakili perasaanku dari status dan tweet kalian. Rasanya sedikit lega ketika tahu kalau masalah tugas itu masalahnya sejuta ummat.

Pada akhirnya, melihat daftar tugas saja tidak cukup.

Ya dikerjainlah Ferguso, mau ngomong simsalabim man jada wa jada selesailah wahai tugas 472894662 kali pun, mustahil bakalan selesai.

Usaha dong, usaha. Jagonya speak doang sih.

Gimana kalau semester ini tidak dilalui dengan baik?

Up and down.

Setiap orang punya temponya masing-masing.

Jangan tertekan, karena akan mengundang kekalahan.

Jangan dikacaukan, ikuti saja iramanya.

Jangan menunggu, berbuatlah sesuatu.

Gedung BTN Ent
07 Desember 2018
00.12 WITa
Halo,

Postingan ini akan berisi link untuk membawa kalian ke postingan yang sebenarnya/?/ biar kalian tidak ribet kalau ingin membaca tulisan mengenai 'Pengingat'.

Err.. jadi tuh di Bianglala ada satu seri tulisan, yang diberi tajuk 'Pengingat.'

Meski dulu pernah bilang kalau Bianglala nggak mau bersifat 'menggurui' atau 'sok tau' atau hal-hal yang memberikan kesan 'you should do this you shouldnt do that'. Hidup ini kan berdinamika~ ini bagian dari usaha untuk perbaikan konten sekaligus sarana dalam /ehem/ menyebarkan kebaikan.

Mudah-mudahan seri ini lebih banyak berisi tulisan yang bermanfaat yah! Aamiin.

Selamat membaca:) klik aja judul tulisan di bawah ini.

Pengingat: #1 Paman Pelukis
Pengingat: #2 Memaknai Temu
Pengingat: #3 Don't Talk to Me about Muhammad
Pengingat: #4 Koreksi Niat
Pengingat: #5 Menyesal
Pengingat: #6 Salat Tepat Waktu

Desember
Episode akhir untuk menyambut awal
Semua menyatu
Enggan bergerak, enggan pergi, namun tidak ada opsi menetap
Mampukah? Pantaskah?
Bukan tentang mimpi, yang kadang terlalu tinggi
Esok lusa, sabarlah, esok lusa pasti akan tiba
Realitas yang dinanti kehadirannya

Dengan siapa kubagi mimpi ini?
Eksistensimu semakin memudar
Ntah meninggalkan apa, ntah pergi kemana
Gerak, selalu bergerak, melesat dengan cepat
Andaikan kamu di sini
Nyatanya, kamu tidak ada

Cerita ini tentu saja belum usai
Entah kapan menemukan titik temu
Rindu? Bisa jadi
Ingatan yang berharga di masa lalu
Terus melekat, membuahkan satu tanya yang tak pernah sampai
Apa kabar, kamu?
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

Bianglala's Author

Shofwa. Manusia yang lebih senang berbicara dalam pikiran, punya kebiasaan bersikap skeptis terhadap sesuatu yang dianggap tidak masuk akal, jatuh cinta dengan makna nama yang dimiliki: keikhlasan dalam cinta.

My Post

  • ►  2025 (2)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (1)
  • ►  2024 (5)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  April (1)
  • ►  2023 (5)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2022 (1)
    • ►  Agustus (1)
  • ►  2021 (10)
    • ►  November (2)
    • ►  September (5)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (1)
  • ►  2020 (6)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2019 (36)
    • ►  Desember (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Mei (3)
    • ►  Februari (28)
    • ►  Januari (2)
  • ▼  2018 (18)
    • ▼  Desember (7)
      • #NKCTHI
      • Pengingat #4: Koreksi Niat
      • Psithurism
      • Repetition
      • Don't Mess Up My Tempo (not a review)
      • Seri Pengingat
      • Desember dengan Cerita
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (2)
  • ►  2017 (41)
    • ►  Desember (2)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (13)
    • ►  Maret (9)
    • ►  Februari (13)
  • ►  2016 (21)
    • ►  Desember (2)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (3)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2015 (33)
    • ►  Desember (4)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (5)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (8)
  • ►  2014 (3)
    • ►  Desember (3)
Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright © Bianglala. Designed by OddThemes