Bianglala

  • Home
  • Kaleidoskop
    • BTN Entertainment
    • 128 Kata
    • 30 Tema Menulis
  • Seri Pengingat
    • #1 Paman Pelukis
    • #2 Memaknai Temu
    • #3 Don't Talk to Me About Muhammad
    • #4 Koreksi Niat
    • #5 Menyesal
    • #6 Salat Tepat Waktu?
  • Sosial Media
    • Instagram
    • Steller
Fotonya disimpen di rumaaaaaaaaaaah. Nggak ada yang kubawa.

Foto bayi kan di mana-mana gitu doang, perbedaannya paling terletak dari segi kualitas kamera wkwk.


19. A picture of your room


Ini penampakan kamar ku kami dilihat dari depan pintu yang ditutup.  

Kenapa kamar kami? soalnya aku tinggal di asrama dan ketika kamu tingal di asrama, memiliki ruangan sendiri itu adalah sebuah kemustahilan.

Dan kamar cewek dilindungi oleh privasi pemilik (ketika berantakan).

Tadi habis ngubek-ngubek galeri, perasaan dulu pernah ngefoto kamar buat before-after kondisi kamar waktu diberesin tapi yo kok nggak nemu.


Sayangnya, aku sedang dalam masa di mana tidak memiliki ketertarikan pada acara TV, sekarang ini program-program yang disediakan oleh dunia pertelevisian banyak yang tidak berbobot.

Kalau dulu ada lumayan banyak, are you smarter than a 5th grader atau master chef, terus programnya TPI yang menayangkan kompetisi dari Jepang (aku nggak tau judulnya apa) seringnya kompetisi masak sih, tapi beberapa kali berupa membuat bangunan dari pasir, akuarium dari kaca, dan lain lain. 

Program yang kuanggap layak ku tonton tuh kebanyakan program yang disediakan NET :)) terus beberapa program Trans7 kayak spotlite, hitam putih, on the spot, laptop si unyil, atau nggak film-film yang ditayangin di RCTI pas musim liburan. Sedangkan program yang nggak banget tuh sinetron india (udah gak jelas) (pake dubbing lagi) sinetron indonesia yang epiodenya udah ribuan yang hubungan antara jalan cerita dengan judul telah terputus, atau acara berjalan cerita sinetron tapi dipoles dengan kata variety show, contohnya kayak termehek-mehek (program dulu bangeet) tapi sekarang banyak kan program yang serupa.

Hidup tanpa TV enak loh, hidup tanpa smartphone yang rada-rada bikin sengsara.

*shofwa mulai lelah dengan 30 tema ini*
*mari selesaikan dengan segera*
Sepertinya sih belum ada.

Ini maksudnya spesifik ke satu judul buku atau satu jenis buku atau gimana deh?

Belum ada buku yang bener-bener bisa bikin aku gak bosen baca se detail-detailnya tapi karya Andrea Hirata not bad lah. Tulisannya Rick Riordan juga bisa kubaca berkali-kali meski paling cuma di beberapa poin penting aja. Dan sederet nama-nama pengarang yang tidak bisa kusebutkan satu per satu.


Mereka semua adalah penulis novel.


Kalau buku pelajaran......
.
.
.
.
.
*kibarkan bendera putih*



Semuanya kembali ke mood sih, lagi pengen baca bacaan yang kayak apa. Nggak jarang pas rajinnya lagi kambuh aku 'melirik' buku-buku sarat ilmu yang biasanya terabaikan, apa ya, kayak kalau mau baca buku-buku begitu kondisi mentalnya emang kudu pas lagi bisa menerima dan mau menangkap ilmu baru habis istilah yang dipakai kadang terlalu dewa #ngeles

Lagipula mood adalah salah satu faktor penting yang dapat memengaruhi tingkah laku seseorang di satu waktu.



Gak punya foto sendiri hari ini. Cuma ini.

Gils, keajaiban kamera memang sesuatu. Padahal lagi eteb betul gara-gara ujian psikologi kepribadian yang soalnya bikin sadar kalau aku belum terlalu serius jadi mahasiswi tapi karena difoto jadi bisalah senyum senyum miris ㄱㄱㄱ

Masuk kelasnya telat, keluarnya termasuk yang akhir-akhir. Jawabnya sedikit ngawur karena tiba-tiba si otak gak pengen diajak bernalar padahal udah 'dibonusin' sama dosen dengan boleh menjawab empat dari lima pertanyaan.

Kerudung parisnya hadiah dari seorang teman💗 terus sebenarnya aku lagi pake PDL-nya KLASIK yang berwarna senada dengan almamater.



Tjie tjieeee

Paan neh

Confession?

Rahasia?

Yang kayak apa?

Rahasia mah banyak. Pengakuan juga.

Oh, ini aja deh.

Aku nggak suka speak up 'bout what i am thinking. Apalagi untuk hal yang belum pasti.

Takut aja. Antara ekspektasi dengan omongan orang yang nggak sesuai.

Itu yang bikin aku berusaha untuk menjadi a good listener.

Mau ngutip status facebook tertanggal 10 Maret 2014,

iya sih aku nggak pintar
terus kenapa?
orang pintar belum tentu hidupnnya lurus-lurus aja tanpa hambatan.

iya sih aku nggak cantik,
lalu kenapa?
wajah yang cantik nggak menjamin  besok bakal mendapat pasangan yang baik

mungkin aku alay
tapi kadangkala ke-alay an bisa menemukan sesuatu yang kreatif

mungkin juga aku egois
namun egoisme juga terkadang dapat membuat sesuatu menjadi berguna

karena apa yang baik belum tentu juga menghasilkan hal baik dan apa yang buruk belum tentu menghasilkan hal buruk.

Agak nggak nyambung kan? hehe. Aku lupa pernah nulis begituan di facebook. Alay bener. Padahal baru tiga tahun lalu. Nggak kuasa bayangin seberapa parah level alay ku ketika baru makai facebook.

Mau confession yang lain?

Ini entah masuk ke pengakuan atau nggak, jadi di salah satu dari sekian media sosial yang aku punya, passwordnya tuh nama orang yang aku kagumi beberapa tahun lalu, haha. Apa banget kan ya. Mana medsos yang pakai namanya dia merupakan medsos yang penting dan sering aku pakai. Makanya tiap mau masuk terus ngetik namanya tuh bawaannya pengen ketawa mulu, kenapa gitu dulu waktu bikin medsos bagian passwordnya kudu pakai nama dia. Dan aku udah nggak kontakan lagi sama orangnya sejak jaman kapan tau, udah lama banget yang jelas.

Orang-orang selalu datang dan pergi. Meninggalkan jejak-jejak cerita.

Toh jika dipikir-pikir, pasti bukan aku aja yang kayak gitu meskipun hal tersebut SANGAT. AMAT. TIDAK. MUNGKIN dilakukan oleh kakak ku. Iya pakai capslock biar lebih tegas.

Ngomong-ngomong ini baru tema kelimabelas ya😣😣 susah ternyata bikin satu post satu hari.

Semakin lama waktu berjalan, semakin tinggi jenjang pendidikan, semakin sedikit 'kebebasan berekspresi' yang dapat dikenang.
- caption Instagram 04 Agustus 2014


Sekarang udah bukan lagi anak-anak esde. Ada yang udah kuliah, masih SMA, atau SMP akhir.

Rindu?

Pasti.

Ini kayak foto aib, tapi ini juga satu satunya foto kalian yang aku punya. Jadi, maafkan.

Karena ingatan masa kecil gak akan berharga tanpa campur tangan kenangan.

Waktu baca tema kali ini, langsung kepikiran kalian, kalian yang difoto dan juga beberapa orang yang gak aku punya foto masa kecilnya.

Kebersamaan yang sebentar yha, karena semua pada mencar begitu jenjang esde dilewati.

Setelah mencar, belum dikasih kesempatan buat ketemu lagi.

Baik-baik aja deh buat kalian❤

Sakjane yang hilang dari masa kecil aku cuma kebahagiaan bermain sepuasnya tanpa harus berpusing dengan tugas, tanggung jawab, serta ujian hidup.

Alhamdulillah aku mengalami masa kecil yang lumayan indah. Indah buat dikenang, indah pula buat dilupakan.
업서

Eopseo

Nothing

Tidak ada

Tara ada

Mboten enten



"Even those fingers we used to type have their own hisab in mahsyar, so everyone are obligated to make everysingle second of their life be an extraordinary meaningful."
- F.H.I


Postingan 30 TM-nya diskip sama ini dulu ya.

Sebelumnya, aku mau minta maaf kalau entar ada kalimat, kata, frasa, atau bahkan paragraf yang terkesan agak berlebihan atau di dalamnya terkandung -naudzubillah- riya. Semoga postingan kali ini bisa menjadi postingan yang bermanfaat diantara sekian banyak postingan yang tidak berfaedah.

Nggak terasa udah membesarkan bianglala selama sekitar tiga tahun. Dari postingan pertama yang Cuma ‘say Hi!’ doang, terus puisi yang kumenangkan di Bulan Bahasa UGM 2014 (lomba puisi pertamaku ^^), kemudian diisi oleh postingan-postingan lain yang sedikit lebih tertata.

Nggak terasa juga udah melewati satu semester dengan status sebagai mahasiswi.

Rasanya? Mixed feelings.
Cerita soal dunia perkuliahan ada kok, tapi dipostingnya nanti ya, beberapa tahun lagi. Insha Allah.

Ketika menulis ini, aku sedikit nggak nyangka kalau akhirnya bianglala bakal memuat tulisan yang seperti ini.    

Aku yakin semua orang pasti punya target, yang sepele banget kayak selalu sikat gigi sebelum tidur sampai hal besar yang realisasinya membutuhkan waktu bertahun-tahun. Mengobjekkan semua orang berarti aku ada di dalamnya karena alhamdulillah aku adalah manusia, bukan peri yang turun dari kahyangan dan bersuamikan Ooh Sehun, meski aku juga gak bakalan nolak kalau dilamar Ooh Sehun.

Asal doinya udah jadi muslim.

#what

Ada orang yang percaya diri mengemukakan target-targetnya, ada orang yang percaya diri targetnya diketahui orang lain, dan ada juga orang yang lebih suka menyimpan targetnya untuk diri sendiri.

Bagi yang kenal aku pasti tau aku termasuk orang yang mana.

Bukan sebuah kesalahan ketika seseorang mengemukakan target yang ia miliki ke semua orang yang dikenalnya. Karena kita nggak tahu ada berapa banyak doa yang menjuntai ke langit setiap waktu, nggak tahu ada berapa banyak doa yang berisi tentang target kita dan berasal dari orang lain, nggak tahu doanya siapa yang akan dikabulkan.

Meski begitu, aku tidak termasuk orang pertama atau orang kedua.

Aku cuma merasa kalau target yang aku punya seharusnya nggak disebar-sebar, selain menghindari pertanyaan,”gimana kabar target X mu? Target Y masih berjalan? Target Z sukses nggak?” aku juga rada nggak sreg sama misalnya nih ya, aku ngasih tau target aku ke beberapa orang terus tiba-tiba ada orang yang datang ke aku kemudian ngomong, “shof katanya si fulan kamu mau gini gini gini ya?” atau aku lagi di suatu forum lalu tiba-tiba mendengar pembocoran informasi kayak, “wah si abcd belajar bahasa korea? Itu si shofwa katanya juga tertarik belajar bahasa korea.”

Nggak enak, nggak enak menjadi topik pembicaraan (apalagi pembicaraan di belakang alias jadi topik dari gossip retjeh), nggak enak mengelu-elukan kejadian yang belum terjadi. Karena jika gagal, proses pemulihannya akan jauh lebih lama.

Memang aku lebih milih diam dan memberi respon yang baik di saat temen-temen bercerita tentang resolusi mereka tahun ini, impian jangka menengah mereka, atau apa yang akan mereka raih ketika dewasa kelak. Diam bukan berarti aku tidak memikirkannya, lagipula aku bisa mentolerir beberapa targetku yang tidak masalah jika diperbincangkan.

Misalnya, tentang fisik.

*sighs*

Udah pernah sedikit dibahas di sebuah postingan jaman baheula secara tersirat.

Baca : Kehilangan Seni Menikmati Hidup karena Satu Hal.

Aku ngerokemndasiin tulisan itu buat dibaca sama kalian. Harus kalian baca. HARUS. Biar jumlah readersnya nambah wkwkwk. Nggak deng. Pemaksaan isnt my style. Aku cuma habis ngebaca ulang tulisanku yang itu dan malah cengo sendiri, ternyata shofwa sempat jadi manusia yang sedikit bijak.

Contoh yang lain,

Hafalan.

Aku tidak masalah kalau mau ngomongin tentang hafalan, meski ada beberapa poin yang sebaiknya tidak dibicarakan juga. Seperti, udah berapa banyak? Tinggal berapa juz? Dsb dsb.

Dan target hafalan adalah target yang mau kubicarakan di sini karena tahun ini aku membuka 2017 dengan pengalaman baru.

Baru karena emang baru pertama kali ikut.

Baru karena akhirnya dikasih kesempatan sama Allah buat mengalami pengalaman ini.

Pengalaman yang bikin aku sadar, menjadi pihak yang dicintai ternyata nggak semudah yang selama ini aku bayangkan.

Target hafalanku baru terbentuk ketika aku berada di penghujung kelas 11, sebelumnya mah aku ngafal ya ngafal aja karena kan emang program wajib dari sekolah dan alasan aku nggak mematok target tertentu adalah karena aku belum siap dengan konsekuensinya. Konsekuensi yang aku dapat kalau melupakan ayat-ayat yang aku hafal. Emang pikirannya udah salah duluan, makanya sekarang aku punya target berapa juz yang mau aku genggam sebelum bertemu Malaikat Izrail.

Bukan 30 kok, at least belum. Kalau ditanya pengen apa enggak, ya apatah ummat muslim tidak mau jadi keluarganya Allah? Apatah setiap anak tidak mau memberikan hadiah paling mulia untuk orangtuanya?

(trying to use -tah element, cmiiw)

Saat ini, keinginan untuk punya hafalan 30 juz tuh umpanya masih berupa keinginan yang tersembunyi di celah-celah kecil dan belum bisa berbuat banyak alias belum bisa menggerakkan hati ini agar menggapainya. Karena bagi aku, ketika seseorang udah menyelesaikan hafalannya, mungkin itu merupakan akhir dari perjuangan menghafal ribuan ayat-ayat suci, tapi di sisi lain, itu juga baru langkah awal menuju ke sesuatu yang lebih besar. Secara pribadi, mending hafalannya sedikit demi sedikit tapi levelnya udah mutqin daripada banyak tapi kesebar-sebar, tapi itu pilihan kan ya, bebas mau memilih yang mana, toh akan bertemu pada pelabuhan yang sama.

Wow, look who is talking.

Orang si Nadia yang udah di wisuda aja masih belum ku akui kok.

#lah #sapague

Di sini, aku bilang aku punya target menghafal, tentang berapa juz yang hendak ku gapai, silahkan menebak sendiri, hehe. Doakan saja kesampean:)

Menghafal itu bukan sesuatu yang main-main (yaiyalah, pls), waktu aku memutuskan untuk ikut dauroh awal Januari lalu sebenernya aku punya sedikit harapan bisa memperbaiki hobiku yang sering memendekkan yang seharusnya panjang dan memanjangkan yang pendek. Itu adalah masalah terbesarku dan yang menjadi dasar kenapa pas tiap mau ngafal pasti aku mikir dulu, karena sekalinya ngehafal dan ternyata salah, bakal susah benerinnya. Aku juga berharap bisa ketemu pendamping yang nggak cuma terima setoran tapi bener-bener membetulkan bacaan.

Duh, jadi kangen ‘Aisy kan. Dia satu-satunya temen SMA ku yang nggak punya belas kasihan soal setoran, nggak punya belas kasihan yang berkonotasi positif. Siap-siap aja mushafnya penuh sama coretan kalau minta disima’in sama dia. Dan kalau bukan gara-gara dia, aku sampe sekarang bakal masih salah baca antara dza dengan za. I swear.




Tahun 2017 kubuka dengan mengikuti sebuah program yang bertajuk dauroh al-qur'an 30 hari. Pengalaman mengikuti dauroh tuh mengajarkan banyak banget hal-hal baru yang mungkin selama ini belum kusadari atau tidak kuacuhkan. Aku jadi tau sebenarnya kemampuanku tuh seberapa, jadi tau juga kalau lagi nemu ayat yang susah dihafal itu tandanya si ayat lagi jatuh cinta sama aku dan pengen kita bersama lebih lama.

Nah, ini nih alasan kenapa aku bilang menjadi pihak yang dicintai ternyata nggak semudah yang selama ini aku bayangkan.

Selelah itu loh, padahal tau kalau ini adalah cinta yang tidak berujung pada dosa.

Tau juga kalau lelahnya adalah lelah yang disukai Allah.

Pekan pertama dauroh tuh rasanya berat, berat banget. Adaptasi terhadap tempat yang tidak sesuai ekspektasi, tekanan dari anggota lain yang sehari bisa dapet hafalan berlembar-lembar, sampai uring-uringan gegara tau kalau setiap ahad boleh megang hape dan ada chatt yang belum terbalas.

Oke. Yang terakhir itu urusan perasaan.

Pekan pertama juga pekan penuh gossip, ngomongin si a, bicarain si b, ngerumpiin si c. Dasar wanita, nggak lengkap rasanya kalau tidak membahas hal yang tidak penting.

Saat ini, kalau berbicara tentang fakta dan kemampuan, hasil yang aku raih selama 30 hari itu bukan hasil maksimal. Seharusnya bisa dapat lebih banyak. Seharusnya.

Tapi ya gimana, waktu baru mau berangkat niatnya emang udah tercemari sama kebahagiaan-kebahagiaan fana dunia. Bcs, helloooo, its lombok men, pulau seribu masjid yang punya banyak pantai indah and the most important thing is there is a MALL!!! KFC!! GRAMED!!!!

Kebahagiaan yang tidak dapat ditemukan di Sumbawa.

Pekan kedua aku berusaha lebih fokus. Bales chatt udah, minta maaf ke banyak orang juga udah. Ngomong-ngomong soal minta maaf, itu adalah inisiatif yang muncul setelah mendengar ceramah dari si pemilik dauroh,

“Saya punya cerita, ada anggota dauroh yang sulit sekali menghafal, sulit dan lamaaaa sekali, beliau ini progressnya lambat, lima hari ikut dauroh, setengah halaman ar-rahman aja belum dihafal. Setelah muhasabah, beliau ingat kalau beliau pernah marah sama istrinya, akhirnya beliau minta maaf ke istrinya. Setelah itu, subhanallah, beliau ngafalnya lancar bahkan bisa menyalip hafalan anggota lainnya. Makanya, kalau kalian merasa tidak ada kemajuan, coba minta maaf ke orang-orang terdekat. Siapa tau ada kesalahan yang tidak kita sadari.”

Begitu denger cerita itu, aku langsung nge-list ke siapa aja aku akan meminta maaf. Orang-orang yang kumintai maaf nggak ada yang nggak bingung~ yha gimana, anaknya gak pernah minta maaf secara mendadak.

Di pekan kedua juga untuk pertama kalinya aku melihat apa yang seharusnya nggak bisa kulihat. Pengalaman yang cukup bikin deg-deg an sih, deg-degan bukan karena apa yang aku lihat, tapi karena tempat yang ku tinggal selama dauroh cukup hmm. Mana malam jum’at lewat tengah malam lagi. Selamat shofwa, kamu telah menambah daftar pengalaman yang tak terlupakan dalam hidupmu *applause*

Di penghujung pekan kedua kami pindah tempat tinggal yang jauh lebih kondusif, dekat dengan sawah dan jauh dari keramaian. Jatah dua pekan terakhir dauroh, aku benar-benar ngejar target (yang ku buat sendiri) dan tetap nggak kapok ‘menabung’ hafalan. Kalau peserta dauroh yang lain, begitu selesai ngafal satu halaman mereka langsung setoran ke pendamping, sedangkan aku nggak bakal nyetor kalau nggak ditagih, jadi tiap udah hafal satu halaman bakal kuulangi dulu beberapa kali baru pindah ke halaman lain tapi nggak ku setor, yah palingan minta tolong temen buat di sima’in. Alhamdulillahnya, sepekan sebelum pulang, buku mutabaah ku hilang, artinya, nggak ada yang tau progress hafalanku kecuali aku sendiri.

Begitu lebih baik.

maafkeun kalau fotonya petjah,

Setelah dauroh berakhir, aku semacam punya amunisi baru untuk muraja’ah. Mau nggak mau emang harus muraja’ah soalnya selama dauroh metode hafalannya dimulai dari lembar akhir tiap juz dan berlaku sistem putaran. Misalnya kamu mau ngafal tiga juz, nanti kamu mulai dari halaman terakhir juz satu, lalu halaman akhir juz dua, lalu kalau udah sampai halaman akhir juz 3 berarti udah satu putaran. Setelah itu lanjut deh ke halaman kedua dari terakhir juz satu, lalu juz dua, begitu seterusnya sampai putaran ke 20, kalau kamu udah nyelesein putaran ke 20 berarti kamu udah hafal 3 juz dan yang perlu kamu lakukan adalah menyusun hafalan mu biar tertata. Nggak mudah, nggak ada yang bilang itu mudah.

Itu termasuk salah satu tantangan yang kalau dibawa enjoy, bakalan seru kok^^

Bikin postingan ini tuh sekaligus buat reminder bagi diri sendiri mau dibawa kemana target hafalan yang udah dibikin. Definisi menghafal al-quran menurutku adalah ketika aku udah hafal di luar kepala ayat-ayatnya dan aku mengetahui atau (kalau bisa) memahami artinya. Bukan cuma sekedar hafal-setor-duh lupa. Makanya kalau ditanya jumlah hafalan, aku nggak tau. Begitulah.

Kita cuma bisa membuat target dan mengeksekusinya dengan langkah-langkah yang kita ambil, soal apakah target tersebut sukses atau gagal, tidak usah dirisaukan. Kita tidak bisa melihat akhir dari target yang kita buat sebelum kita mengerahkan ikhtiar terbaik kita. Segalanya yang gelap tidak selamanya berakhir indah tapi yang berakhir indah selalu melewati fase yang berat.

*berhenti sejenak*

*edit sana-sini*

Akhirnya selesai jugaaaaaa, sejujurnya aku selama ini mikir mau menceritakan pengalaman daurohku dengan cara yang kayak gimana. Pengennya sih dari keberangkatan yang ngerusuhin banget sampe berurusan sama pak polisi segala terus cerita apa aja yang terjadi selama dauroh, sampai pas kepulangan kami ke Sumbawa yang cukup hectic. Malah mau dibikin empat post, satu postingan mewakili satu pekan dauroh. Tapi, setelah dipikir-pikir sepertinya versi cerita detailnya cukup disimpan saja di laptop, tidak usah dipublikasikan.


regards
EsHa
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

Bianglala's Author

Shofwa. Manusia yang lebih senang berbicara dalam pikiran, punya kebiasaan bersikap skeptis terhadap sesuatu yang dianggap tidak masuk akal, jatuh cinta dengan makna nama yang dimiliki: keikhlasan dalam cinta.

My Post

  • ►  2025 (2)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (1)
  • ►  2024 (5)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  April (1)
  • ►  2023 (5)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2022 (1)
    • ►  Agustus (1)
  • ►  2021 (10)
    • ►  November (2)
    • ►  September (5)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (1)
  • ►  2020 (6)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2019 (36)
    • ►  Desember (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Mei (3)
    • ►  Februari (28)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2018 (18)
    • ►  Desember (7)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (2)
  • ▼  2017 (41)
    • ►  Desember (2)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (13)
    • ▼  Maret (9)
      • 30 TM #20 A picture of you as a baby
      • 30 TM #19 A picture of your room
      • 30 TM #18 A TV show that you have recently become ...
      • 30 TM #17 What book could you read over and over?
      • 30 TM #16 A picture of what you ware today
      • 30 TM #15 a confession/secret of yours
      • 30 TM #14 Something you miss from your childhood
      • 30 TM #13 Talk about your piercings or tattoos (if...
      • Target yang Tak Terlihat
    • ►  Februari (13)
  • ►  2016 (21)
    • ►  Desember (2)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (3)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2015 (33)
    • ►  Desember (4)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (5)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (8)
  • ►  2014 (3)
    • ►  Desember (3)
Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright © Bianglala. Designed by OddThemes